Read More >>"> Cinta si Kembar Ganteng (Bagian 3 – waktu kini) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta si Kembar Ganteng
MENU
About Us  

Ika Rizkya Keumala duduk berhadapan dengan Teuku Rifky Kurniawan, di sebuah kafe sedikit remang malam itu. Keumala terlihat sangat bahagia dengan keadaan yang dimilikinya. Apa yang dinanti telah terjadi. Tinggal waktu yang menghadapkan pada benar nyata atau tidak untuk terus bersama sampai usia memisahkan.

Rifky sedikit tidak tenang. Bukan sulit tetapi bingung hatinya untuk bersikap sejauh mana. Di cermin lemari yang bisa memperlihatkan seluruh tubuhnya, ia telah berlatih semampunya. Gaya bahasa yang sering Rafky pakai kalau berbicara. Suara sedikit manja dan tak ada pemisah antara suka dan duka.

Keumala terus memperhatikan cincin seberat 2 mayam di jari manisnya. RK. Tertulis jelas cincin itu; di bagian dalam. Sesekali, pantulan cahaya lampu dari kafe yang makin ramai itu, memantulkan warna keemasan entah ke sudut mana. Seolah-olah, Keumala ingin berteriak maupun ingin mengumumkan kepada siapa saja yang tak dikenalnya di sana, bahwa dirinya telah bertunangan.

“Aku masih belum percaya, kamu bisa seserius ini, Sayang!” ujar Keumala dengan benar-benar bahagia, yang belum pernah sekalipun Rifky melihat pada rona mata wanita lain di dunia ini.

“Kamu sebahagia itu, Sayang?” ujar Rifky; begitu ganjil untuk dirinya dengar sendiri.

“Jelas dong. Ini momen yang aku tunggu-tunggu. Aku sudah nggak sabar untuk segera cerita ke banyak orang, kalau aku segera menikah!” suara Keumala seolah-olah histeris panjang di telinga Rifky.

Jangan cerita. Cukup kamu dan aku saja. Tapi, “Ceritakan saja, itu bisa membuat hatimu tenang. Begitu kan, Sayang?”

“Sayang, kamu tahu nggak. Teman kantorku, sampai posting di feed dia lho. Nggak pernah-pernah. Anak itu biasanya posting sekali purnama,” girang Keumala.

“Suka dia kalau kamu bahagia,”

“Iya. Waktu yang buat aku bahagia dan nggak galau lagi,”

“Biasanya kamu galau apa, Sayang?”

“Kamu asyik tunda terus,”

“Kamu asyik paksa terus,”

“Untuk kebaikan kita lho, Sayang,”

“Bukan kebaikan kamu, Sayang?”

“Kita berdua, Sayang,”

“Iya, kita berdua!”

Keumala dan Rifky sama-sama tersenyum. Tanpa Keumala sadari, senyum itu tak lain milik Rifky, bukan Rafky orang yang  dirinya cinta. Keumala terlanjur memancarkan cahaya kebahagiaan dari dalam dirinya yang panjang.

Alunan musik lembut membuat malam makin panjang dan romantis. Di sudut ruangan, sepasang anak muda sedang berdebat panjang. Mungkin hal sepele yang membuat mereka ingin mengakhiri hubungan atau memang suka saja bertengkar, sebagai bumbu percintaan.

“Kamu ingat nggak, Sayang,” ujar Keumala setelah berpaling dari pasangan muda itu. Semua orang di kafe itu, sejenak memalingkan wajah ke arah suara yang menyalak dari orang bermesraan itu. Meskipun, pasangan tersebut tidak menyadari karena sedang kau dan kau yang salah karena ini dan karena itu pada waktu-waktu lalu dalam kisah mereka.

“Semua tentang kamu aku ingat, Sayang,” kata Rifky sambil mengerutkan kening. Antara, sebuah tebakan, atau apa yang dirinya tidak ketahui. Semoga benar. Itu saja. Rafky dan Keumala pernah berdebat atau mungkin bertengkar di suatu tempat, dalam ramai pandangan tanpa malu orang melihatnya.

“Waktu aku bilang, Raf, ayo dong, teman-temanku sudah punya anak, sudah bulan madu ke Venessia, sudah ke Seoul, sudah mau lahir anak kedua,” Rifky memusatkan konsentrasi pada apa yang tidak diketahuinya. “Kamu jawab apa waktu itu?”

Aku tidak tahu.

“Masih ada hari esok kok, Sayang,” lanjut Keumala. “Aku langsung marah dan orang-orang lihat ke kita dengan penasaran. Aku merasa malu sekali sekarang ini lho. Kayak mereka itu mungkin ya. Semua orang lihat ke kita. Aku terus marah-marah. Kamu terus bercanda. Aduh, nggak sanggup deh aku bayangin itu lagi,”

“Dinikmati saja, Sayang,”

“Benar, kan? Kamu itu nggak berubah sama sekali,”

“Kalau berubah aku jadi monster,”

“Nggak. Kamu selalu bilang, kalau berubah aku Bill Gates,”

Rafky nggak bilang soal ini.

“Bill Gates ya?” raut wajah Rifky berubah. Keumala tidak menyadari sama sekali. Cinta yang memaniskan jalan hidupnya tidak pintar menyelidiki apapun.

“Cita-cita kamu mau bangun usaha kopi berbasis digital, mau minta tolong Bang Rifky buat rancang kantor kayak Facebook atau Google, terus semua anak muda Aceh kamu rekrut biar bisa kerja di sana,”

“Terus, kamu dukung, Sayang?”

“Jelas dong. Kamu nggak pernah sekalipun bicara soal kita bagaimana ke depan. Kamu selalu bilang, kalau nanti usaha lancar, gedung sudah siap, investor datang, dan sukses, baru kamu mau memikirkan hubungan kita ke arah yang serius,”

“Kamu tetap dukung?” kali ini mungkin Rifky yang bertanya bukan sebagai Rafky.

“Apapun. Apapun, Sayang,” kedua mata mereka bertemu. Rifky segera berpaling ke jendela, dengan butiran uap air telah menempel di sana. Malam kian larut saja.

“Seandainya kamu bersabar,”

“Kita akan terlambat, Sayang,”

“Terlambat usahaku gagal atau terlambat apa?”

“Kamu mau nggak punya anak pada usia 40 tahun? Nggak, kan? Kapan kamu bangun keluarga, kapan kamu bangun usaha. Kalau usaha kamu berhasil. Kalau usaha kamu gagal,”

“Nggak mungkin gagal,”

“Kamu selalu bilang begitu,”

Rafky bilang begitu?

“Sampai hari ini aku masih bisa bangkit, kan, Sayang?”

“Jatuh bangun kamu itu aku yang paham, Sayang. Tapi sampai kapan? Mau kamu terus-terusan bergantung sama Bang Rifky? Sampai kapan kamu usaha terus, kapan kita bisa menebak usaha kamu akan sukses besar. Menurut aku, usaha kamu sudah sangat sukses, Sayang,”

“Bang Rifky mengerti, kok,” ujar Rifky pada dirinya sendiri.

“Nggak selamanya Bang Rifky bantu kamu. Contohnya sekarang, apa mungkin Bang Rifky gantiin posisi kamu di sini?”

Ini aku sekarang. Rifky.

“Senang aku berlipat-lipat waktu kamu bilang, ayo kita tunangan!”

“Kamu sebahagia itu?”

“Sangat-sangat bahagia!”

Bagaimana jika nanti terluka?

“Aku sudah siapin banyak hal, rencana ke depan bersama kamu, aku sudah lebih dari siap, Raf,”

“Kamu tahu apa aku juga siap, Sayang?”

“Siap. Saat kamu bilang usaha kamu nggak mungkin gagal, kamu juga mau bilang ke aku, kalau perjalanan cinta kita juga nggak akan gagal!”

“Kalau gagal?”

“Kamu tinggal perbaiki,”

“Aku nggak punya cara,”

Rifky tidak punya cara.

“Raf, satu hal yang aku salut dari kamu. Kamu punya cara sendiri dalam mempertahankan hubungan kita. Aku tahu kamu seperti apa. Kamu sangat bergantung pada Bang Rifky. Saat kita berdua, ban mobil kempes saja, kamu telepon Bang Rifky padahal bisa ganti sendiri. Pulsa kamu habis, minta isi Bang Rifky padahal saldo m-banking kamu masih banyak. Tapi, dalam hubungan percintaan kamu tidak bergantung pada Bang Rifky!”

“Bang Rifky segalanya,”

“Karena kalian kembar,”

“Kamu mau anak kembar, Sayang?”

“Nggak!”

“Lho? Katanya cepat menikah, cepat punya anak, masa nggak mau,”

“Repot tahu,”

“Dari mana?”

“Kata orang,”

“Nyak nggak repot besarin kami berdua!” nada suara Rifky sedikit ditekan. Jadi diri sendiri.

“Ya, nggak semua orang sama,”

“Satu di antara kami, mungkin akan punya anak kembar,”

“Keturunan, begitu kamu mau bilang?”

“Silsilahnya begitu,”

“Pusing, deh,”

“Jadi, kamu belum siap?”

“Aku siap. Cuma…,”

“Nggak pakai, cuma, kalau begitu kamu nggak siap namanya,”

“Sayang, aku itu bukan nggak siap menikah, tapi nggak siap punya anak kembar,”

“Menikah itu harus siap segala risiko,”

“Sayang…,”

“Aku ini yang nggak suka, kenapa aku bilang tunda dulu. Karena kamu nggak benar-benar siap,”

“Sayang, dengar dulu. Maksud aku bukan begitu,”

Antara Rifky dan Rafky.

“Kamu nggak siap, Sayang,”

“Aku siap,”

“Kamu nggak mau punya anak kembar, sedangkan keluarga kami ada silsilah anak kembar. Kakek dari Abu kembar. Buyut kakek kembar juga. Kami kembar. Di antara kami, bisa jadi ada anak kembar lagi. Siapa yang rezeki karena itu nggak bisa ditebak. Nah, kamu?”

“Aku siap,”

“Menikah tapi?”

Keumala diam.

“Kamu belum benar-benar yakin, Sayang,”

“Aku yakin, Raf,”

“Kamu ingin menikah. Kamu mau bersama. Kamu juga ingin punya anak tapi kamu nggak siap. Mau kamu apa sih?”

“Aku sampai ke sini artinya aku siap, Sayang,”

“Kamu nggak yakin. Kata Raf…, menurutku, kamu terlalu sibuk dengan urusan kantor. Takut nggak bisa urus anak. Nggak mau repot ada bayi. Sulit keluar sama teman-teman kamu. Untuk apa juga menikah kalau begitu?”

Rifky berada diambang kesadaran; kalau dirinya sedang memarahi calon adik iparnya sendiri.

“Raf, aku serius sama kamu,”

“Aku nggak bilang kamu nggak serius, Sayang. Tapi, kamu belum benar-benar siap,”

“Aku siap,”

“Kata kamu. Kemungkinan bisa beda, Sayang. Aku nggak mau menikah, tunda kehamilan, karena keegoisan kita berdua!”

“Aku nggak bilang begitu,”

“Kamu nggak bilang. Kamu ‘cuma’ khawatir kalau kita punya anak kembar dan kamu nggak mau menerimanya!”

Keumala menunduk. Api sudah disulut. Rafky yang dirinya kenal memang begitu. Keumala juga tidak mau dianggap bersalah.

“Raf, aku pikir kita nggak usah perpanjang lagi masalah ini,”

“Aku nggak memulai, kamu yang harusnya memikirkan apa yang baik sebelum yakin apa itu benar buat kamu,”

Sepuluh menit kemudian, diam mereka bersama alunan musik yang menghentakkan nadi. Rifky dalam diri kesal yang berkepanjangan. Keumala diam seribu bahasa sampai mereka pulang.

Di pintu pagar rumah Keumala. Rifky memarkirkan mobil dan menarik napas panjang. “Aku minta maaf, Sayang,” ujarnya.

“Kamu nggak perlu minta maaf, Sayang. Aku yang salah,”

“Aku sudah menyakiti perasaan kamu, Sayang,”

“Kamu nggak pernah minta maaf kalau kita berdebat, Raf!”

Rafky nggak pernah minta maaf?

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PELANGI SETELAH HUJAN
435      306     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
MONSTER
5681      1559     2     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...
DEWS OF MOCCACINO ICE
551      378     0     
Short Story
Awal Akhir
666      416     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
A Perfect Clues
5207      1448     6     
Mystery
Dalam petualangan mencari ibu kandung mereka, si kembar Chester-Cheryl menemukan sebuah rumah tua beserta sosok unik penghuninya. Dialah Christevan, yang menceritakan utuh kisah ini dari sudut pandangnya sendiri, kecuali part Prelude. Siapa sangka, berbagai kejutan tak terduga menyambut si kembar Cherlone, dan menunggu untuk diungkap Christevan. Termasuk keberadaan dan aksi pasangan kembar yang ...
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2292      859     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
IDENTITAS
658      441     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Enemy's Slave
1299      554     7     
Romance
Kesha Ayu Shakira dan Leon Bima Iskandar. Keduanya saling bermusuhan. Bahkan generasi sebelumnya--alias mama dari Kesha dan mama dari Leo--keduanya juga sudah menjadi musuh bebuyutan. Berujung saat mama masing-masing saling menyumpah ketika kehamilan masing-masing; bahwa anak mereka akan saling jatuh cinta dan saling menjatuhkan. Apakah sumpah-serapah itu akan menjadi kenyataan?
I\'m Too Shy To Say
408      270     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Azzash
271      219     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...