Read More >>"> RUMIT (Sahabat Baru) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - RUMIT
MENU
About Us  

Sudah lebih dua pekan Azfar menjauhi Ainun. Sesekali di sekolah mereka bersisitatap, tersenyum, lalu mengalihkan pandangan cepat-cepat karena takut akan dilihat Fiskal.

Jumat pagi di SMA Sultan Alauddin, selalu diisi dengan kegiatan dzikir bersama untuk seluruh siswa Muslim. Usai dzikir bersama, lalu diisi dengan sedikit ceramah singkat. Biasanya siswa yang mengisi ceramah adalah siswa, namun pagi ini yang mengisi adalah seorang guru lelaki, ia adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Ratusan siswa Muslim duduk di lapangan basket dengan beralas terpal. Para siswa tidak duduk sesuai kelasnya—putra-putri dipisahkan. Putra sebelah kanan, dan Putri sebelah kiri.

Saat sudah duduk rapi di lapangan, Fiskal sejak tadi melongok-longok mencari keberadaan Azfar, ketemu. Bola mata Fiskal sesekali memerhatikan dari jauh gerak-gerik Azfar.

Guru lelaki itu maju kedepan usai dzikir bersama, berdiri dengan anggun di depan sana, mulai menyampaikan ceramah singkatnya.

“Tahukah kalian siapa orang-orang yang mendustakan agama? Salah satunya adalah: fadzalikalladzi yad'ul yatiim. Orang yang menyakiti anak Yatim.” Suara Guru itu lembut tapi tegas dan menyentuh ke hati.

Fiskal menatap lekat-lekat Azfar yang sedang fokus mendengar ceramah, wajahnya selalu terangkat, memerhatikan dengan fokus Guru lelaki yang sedang berceramah. Fiskal tahu Azfar adalah anak Yatim, karena ia pernah melihat Azfar  kumpul bersama semua anak yatim di sekolah ini: perkumpulan anak yatim itu adalah sebuah program dari semua guru untuk membagi-bagikan nasi kotak kepada semua anak yatim. Setelah memandang Azfar dari kejauhan, kemudian Fiskal menunduk sangat dalam, mengingat kembali perlakuannya pada Azfar di hari-hari yang telah berlalu.

“Sayangi anak yatim, cintai anak yatim, buat anak-anak yatim bergembira, bahkan Nabi kita, Muhammad SAW, beliau mengatakan: ‘Aku nanti di akhirat bersama orang-orang yang menyantuni anak-anak yatim seperti dua jemari’.” Guru lelaki itu mengangkat kedua tangannya, mengacungkan dua jari ke udara, “Seperti dua jemari. Artinya apa? Nabi akan berdekatan bersama orang-orang yang menyantuni anak yatim, mencintai anak yatim, punya rasa kepedulian pada anak yatim,” lanjutnya.

“Nabi Muhammad SAW sangat cinta anak yatim, beliau paling sayang pada anak yatim. Jangan coba-coba menghina anak yatim, menghardik anak yatim, membentak anak yatim, karena, menghinakan anak-anak yatim, sama artinya dengan melukai hati Baginda Nabi Muhammad SAW.”

“Astagfirullah,” gumam Fiskal mendengar kalimat menyentuh dari Guru itu.

Sepuluh menit, ceramah singkat pun selesai, para siswa berarak-arakan meninggalkan lapangan, ada yang menuju ke kelas, ada pula yang ke kantin. Sedangkan seluruh anak yatim berjalan menuju Masjid, ada pembagian nasi kotak di sana.

Di kelas XI IPA-2, Fiskal berniat menemui Azfar, untuk meminta maaf pada lelaki itu, tapi ia malu, karena begitu tajamnya setiap hinaannya pada Azfar di hari-hari kemarin. Fiskal memutuskan meminta pendapat dari teman sekelasnya, Zaky, ia terbilang anak alim di kelas, sering menghadiri majelis ilmu di Masjid.

“Jangan malu untuk meminta maaf. Datangi saja Azfar, minta maaf secara langsung padanya. Jika kamu sama sekali tidak mau meminta maaf padanya, aku khawatir, dia tidak akan pernah melupakan setiap hinaan dari mulutmu. Aku pernah mendengar salah satu ceramah agama: lidah itu lebih tajam dari pedang. Pedang, bila melukai tubuh, lukanya bisa disembuhkan. Tapi lidah? Setiap ucapan yang menyakiti hati seseorang, itu akan membekas untuk selamanya. Jika orang yang pernah kita sakiti lewat perkataan, dan dia ikhlas menerimanya dan memaafkan segalanya, itu lebih dari cukup,” kata Zaky saat Fiskal bertanya.

Fiskal mengangguk. Usai salat jumat nanti ia akan mendatangi Azfar, meminta maaf secara langsung. Sengaja Fiskal memilih di jam itu, karena ia tahu dan sudah hapal,  Azfar pasti ada di taman samping Masjid seorang diri.

 

***

 

Salat Jumat hampir tiba. Azfar, Abimanyu, dan Salman berjalan menuju Masjid. Saat berjalan di teras kelas, ketiga remaja lelaki itu berpas-pasan dengan Ainun dan Nining, kedua gadis itu hendak ke kantin.

“Azfar,” sapa Ainun, tersenyum.

“Iya, Ainun. Ada apa?”

Ainun menggeleng, “Tidak ada apa-apa.”

Azfar tersenyum tipis, kembali melangkah menuju Masjid.

“Semoga hubungan kalian berdua bisa seperti dulu lagi,” kata Abimanyu.

“Aamiin,” balas Azfar.

Usai salat Jumat, Azfar langsung menuju ke taman, sedangkan Abimanyu dan Salman berpamitan pada Azfar, bilang hendak ke kantin. Tiap hari Jumat, Azfar tidak membawa bekal dari panti, karena pagi tadi sudah ada pembagian nasi kotak—itu yang akan jadi sarapan siangnya.

Angin sepoi-sepoi berhembus lembut. Azfar mulai membuka penutup nasi kotaknya. Azfar duduk berlindung di bayangan dedaunan pohon.

Baru suapan pertama masuk ke mulut, tiba-tiba Fiskal datang menghampirinya. Azfar hampir tersedak karena kaget, buru-buru ia minum air.

Assalamualaikum,” sapa Fiskal, sedikit menunduk, malu-malu.

Waalaikumussalam. Mari duduk, Fiskal.” Azfar menepuk-nepuk tempat duduk taman.

Fiskal mengangguk, duduk di samping Azfar.

“Maaf, sudah mengganggu waktu makan siangmu,” kata Fiskal.

“Tidak mengganggu sama sekali.”

Fiskal meletakkan tasnya di paha, membuka, mengeluarkan dua mi instan dan setermos air panas.

“Kamu suka mi ini?” tanya Fiskal.

Azfar tak menjawab, ia hanya menatap bingung pada Fiskal.

“Jangan menatapku seperti itu. Allah Maha mebolak-balikan hati, bukan? Perlakuanku sekarang ini padamu, kamu pasti sudah paham apa yang terjadi.” Tangan Fiskal sambil mebuka penutup mi instan

Seketika wajah Azfar mengukir senyum, wajahnya bahagia, rasa syukur dia ucapkan dalam hati. Tangan Azfar langsung meraih mi instan, membantu menyajikannya.

“Bagaimana dengan bisnis kentang arab dan jalangkotemu,” Fiskal bertanya, berusaha mencari topik agar suasana menjadi hangat.

Alhamdulillah, lancar,” jawab Azfar,

Fiskal mengangguk-angguk, tangannya menuangkan air panas ke dalam mangkuk mi.

“Oh iya.” Azfar teringat sesuatu, ia membuka tasnya, mengambil dua bungkus kentang arab jualannya. “Kentang Arab, cocok juga dimakan dengan mi, juga nasi.... Aku punya nasi kotak, kita bisa memakannya bersama.” Azfar berkata riang.

Lihatlah, tak ada sebesit pun rasa dendam terpancar di mata Azfar. Fiskal kagum dengan akhlak lelaki itu, akhlaknya baik, tutur katanya lembut, hatinya kuat, mudah memaafkan. Entah terbuat dari apa hati seorang Azfar, sampai bisa sekuat itu menahan rasa sabar. Padahal aku belum mengucapkan kata maaf, tapi dari tingkah lakumu sudah memaafkanku duluan, Fiskal berucap dalam hati.

“Fiskal?” tegur Azfar yang sepersekian detik melihat Fiskal melamun sambil tangannya mengaduk mi-nya.

“E-eh... tidak usah, Azfar, aku tidak mau makan nasi. Sudah kenyang, hehehe.” Fiskal jadi gelagapan.

“Nasi kotaknya aku taruh di tengah deh, kalau kamu mau ambil nasinya, ambil saja, tidak usah malu-malu. Atau kamu mau ayamnya?” Azfar tersenyum.

“Habiskan saja, aku makan mi saja.” Fiskal tetap menolak.

Kedua remaja lelaki itu mulai makan, sambil bercakap-cakap apa saja yang terlintas di kepala. Sepuluh menit, makanan mereka telah habis, menyisakan kentang arab untuk diemil.

“Kentang Arabnya enak.” Fiskal kembali mengunyah.

“Kamu baru mencobanya?”

Mata Fiskal terbelalak, “Eh?.... iya, hehehe. Maaf.”

Azfar menutup mulutnya, tertawa kecil, “Sampai hatinya kamu, sudah lama aku menjualnya, tapi baru kali ini kamu coba.”

Fiskal garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Tersenyum lebar.

Dua remaja itu kini geming, menyisakan suara krepek-krepek dari kentang arab kunyahan mereka.

“Azfar, aku minta maaf atas perlakuanku padamu selama ini.” Fiskal berkata pelan, menunduk dalam karena merasa amat bersalah.

Azfar menoleh, tersenyum lembut, “Tidak apa, Fiskal. Aku maafkan.”

“Segampang itu kamu memaafkan? Padahal waktu itu aku begitu tega menghinamu.” Fiskal seperti tak terima bila hanya dimaafkan begitu saja, ia ingin Azfar memberinya hukuman. Aneh sebenarnya!

“Untuk apa membenci jika bisa memaafkan? Memaafkan adalah cara terbaik hidup bahagia. Jika kebencian selalu ada dalam hati, hidup tak akan pernah tenang, karena hati selalu berhasrat untuk membalas.” Azfar lagi-lagi tersenyum. Senyuman yang membuktikan rasa ikhlas memaafkan Fiskal.

“Tapi, aku ingin kamu memberikan aku hukuman. Aku sudah kelewatan mencacimu.”

“Baiklah. Kamu siap menurutinya?”

Fiskal menelan ludah, wajahnya tegang, hukuman apa yang akan Azfar berikan? Fiskal mengangguk.

“Jadilah sahabatku.” Azfar nyengir lebar.

Mata Fiskal berbinar menatap Azfar, “Itulah yang kuinginkan setelah permintaan maaf ini.”

Mereka berdua berjabat tangan, saling menepuk-nepuk bahu. Tertawa bersama.

“Terima kasih karena sudah memaafkanku.” Fiskal terus mengukir senyum di wajahnya.

“Terima kasih kembali,” balas Azfar.

“Terima kasih, atas?”

“Traktiran mi-nya.”

Lagi-lagi mereka berdua tertawa bersama.

Akhlak mulia merubah segalanya, pada akhirnya seorang Fiskal kini tak seperti hari-hari sebelumnya. Dan semoga sikapnya takkan berubah menjadi orang jahat kembali. Kini kedua remaja itu telah menjadi sahabat baik. Tapi bagaimana dengan perasaan Fiskal pada Ainun?

Siang itu juga, Fiskal meminta tolong pada Azfar agar menemaninya bertemu dengan ke empat sahabatnya. Fiskal juga ingin meminta maaf pada mereka.

Saat melihat Azfar dan Fiskal berjalan bersisian, sambil bercakap-cakap, sesekali tertawa, Abimanyu, Salman, Nining dan Ainun terkejut, betapa tidak, seseorang yang sangat membenci Azfar, kenapa tiba-tiba bisa berada di sampingnya? Seperti tak ada masalah sama sekali.

“Kenapa dia bersamamu, Azfar?” tanya Abimanyu saat Azfar dan Fiskal tiba di hadapan mereka. Tatapan sinis ia lemparkan ke Fiskal.

“Fiskal ingin meminta maaf pada kalian,” balas Azfar.

“Dia sudah meminta maaf denganmu?” tanya Abimanyu lagi.

Azfar mengangguk, tersenyum bahagia.

“Jangan percaya! Itu semua pasti hanya rencana busuknya saja, lalu akan menyakitimu kembali, Azfar!” pungkas Abimanyu.

Fiskal menggeleng cepat, ia benar-benar ingin meminta maaf. “Demi Allah, aku serius ingin minta maaf dengan kalian.”

Salman, Ainun dan Nining hanya terdiam, entah memaafkan atau mendengar ucapan Abimanyu. Azfar, tentunya lelaki itu tidak sepakat dengan perkiraan Abimanyu.

“Fiskal serius ingin meminta maaf, Abi. Malah dia ingin menjadi sahabat kita.” Azfar meyakinkan.

“Bohong! Dia bohong!” Abimanyu tetap dengan pendiriannya untuk tidak memafkan Fiskal.

Sepertinya Fiskal tahu cara meluluhkan hati Abimanyu, ia sudah tahu sifat lelaki itu seperti apa.

“Kita berenam makan gorengan di kantin yuk, aku yang traktir.” Fiskal tersenyum.

Sekilas bola mata Abimanyu menatap Fiskal, lelaki berkulit legam itu senang bila ada traktiran untuknya.

“Gaskan!” Abimanyu seketika melangkah duluan menuju kantin. Di belakang Azfar geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu, bila sudah ditraktir, dia yang jadi terdepan.

“Tunggu dulu! Kita sudah memaafkan Fiskal?” Nining masih termangu di belakang, kakinya masih berat melangkah mengikuti.

Abimanyu terhenti sejenak, menoleh sedikit, “Kalau kita sudah puas makan gorengan, baru kita maafkan.”

Fiskal di belakang tersenyum lebar, ia sangat senang. Mentraktir mereka makan gorengan, bagi Fiskal hanya hal kecil, orang kaya raya seperti dia tak perlu diragukan lagi.

Kini, ke enam remaja itu melangkah bersama-sama menuju kantin, Ainun yang paling bergembira di antara mereka, hatinya berdegup tak karuan. Jika sudah begini, otomatis ia bisa dekat kembali dengan Azfar. Rasa rindu selama dua minggu lebih tak bersama, kini sudah terbayarkan.

 

***

 

Di jam istirahat, seorang diri Ainun mendatangi kelas Azfar, ingin mengajak lelaki itu bertemu. Di tangannya menggantung sebuah kantongan plastik berisi dua minuman botol dingin, juga beberapa snack. Salman yang Ainun dapati di depan pintu kelas, lelaki itu sedang duduk santai di kursi, sambil membaca buku.

“Salman, ada Azfar di dalam?” Ainun bertanya setelah menyapa lelaki itu.

Salman mengangguk, “Dia sedang mencatat tugas.”

“Tolong beri tahu dia, ada aku di depan.”

Salman mengangguk lagi, lalu berjalan masuk ke kelas. Tak lama kemudian, Azfar muncul dari ambang pintu.

Azfar menatap Ainun, wajah gadis itu berseri.

“Semua orang sibuk menikmati jam istirahat, kenapa kamu malah mencatat tugas?....  Oh, jangan-jangan kamu lambat mengerjakannya?” selidik Ainun.

“Tugasnya baru diberikan tadi. Daripada tidak ada yang kulakukan di jam istirahat, lebih baik mengerjakan tugas.” Azfar nyengir lebar.

“Ooohhh….” Ainun mengangguk, dalam hati merasa bersalah karena sudah berprasangka buruk.

Diam sejenak, hanya saling tatap, seketika kedua remaja itu tersenyum.

“Ayo ke taman!” ajak Ainun.

“Berdua saja?”

“Iya.”

“Ayo.”

Azfar dan Ainun berjalan menyisiri teras-teras kelas, melewati lapangan basket, hingga tiba di taman samping Masjid, tempat biasa Azfar makan siang.

Hembus angin terasa lembut, seperti ikut bahagia dengan kedekatan dua remaja itu lagi. Setengah jam lebih kedua remaja itu bercakap-cakap, tertawa bersama, hingga di ujung percakapan membahas tentang novel yang Azfat kembalikan dua minggu yang lalu.

Ainun merogoh tasnya, mengeluarkan dua novel karangan Ahmad Fuadi, “Edisi pertama tidak aku bawa, karena sudah selesai kamu baca. Ini edisi kedua dan ketiga.”

Azfar meraihnya, tersenyum, “Terima kasih.”

“Iya. Selamat menikmati kisah perjalanan Alif Fikri. Membaca novel ini, seakan-akan kamu dibawa menjelajah benua Amerika.” Ainun berkata mantap.

Azfar membuka novel itu, mengambil pembatas novel berbentuk daun mapel. daun yang identik dengan negara Canada.

“Daun mapel. Daun yang identik dengan negara Canada, negara tempat Alif Fikri diloloskan mengikuti program Pertukaran Pemuda.” Ainun sedikit menjelaskan.

Azfar mengangguk-anggukan kepala, tak sabar ia ingin membacanya.

“Semoga kita bisa mengikuti perjalanan Alif.” Ainun tersenyum.

Tatapan Azfar ke novel, kini menoleh ke arah Ainun, "Aamiin."

Saat meninggalkan taman, Azfar dan Ainun berpas-pasan dengan Fiskal, lelaki itu sedang berjalan-jalan santai di pelataran sekolah, sambil menikmati minuman dingin. Tatapan Fiskal biasa saja, rasa cemburunya mulai menghilang, rasa sukanya pada Ainun juga sementara berusaha ia hilangkan. Fiskal teringat dengan sebuah kutipan mutiara dari Ali bin Abu Thalib: Hal paling sakit adalah mencintai seseorang yang tidak mencintaimu.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Si 'Pemain' Basket
3568      1012     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...
Take It Or Leave It
4570      1661     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Dream of Being a Villainess
1014      580     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Rewrite
6935      2273     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Antic Girl
95      77     1     
Romance
-Semua yang melekat di dirinya, antic- "Sial!" Gadis itu berlalu begitu saja, tanpa peduli dengan pria di hadapannya yang tampak kesal. "Lo lebih milih benda berkarat ini, daripada kencan dengan gue?" tanya pria itu sekali lagi, membuat langkah kaki perempuan dihadapannya terhenti. "Benda antik, bukan benda berkarat. Satu lagi, benda ini jauh lebih bernilai daripada dirimu!" Wa...
Dikejar Deretan Mantan
368      222     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
Demi Keadilan:Azveera's quest
760      429     5     
Mystery
Kisah Vee dan Rav membawa kita ke dalam dunia yang gelap dan penuh misteri. Di SMA Garuda, mereka berdua menemukan cinta dan kebenaran yang tak terduga. Namun, di balik senyum dan kebahagiaan, bahaya mengintai, dan rahasia-rasasia tersembunyi menanti untuk terungkap. Bersama-sama, mereka harus menghadapi badai yang mengancam dan memasuki labirin yang berbahaya. Akankah Vee menemukan jawaban yang ...
Lullaby Untuk Lisa
3818      1288     0     
Romance
Pepatah mengatakan kalau ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Tetapi, tidak untuk Lisa. Dulu sekali ia mengidolakan ayahnya. Baginya, mimpi ayahnya adalah mimpinya juga. Namun, tiba-tiba saja ayahnya pergi meninggalkan rumah. Sejak saat itu, ia menganggap mimpinya itu hanyalah khayalan di siang bolong. Omong kosong. Baginya, kepergiannya bukan hanya menciptakan luka tapi sekalig...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5830      1574     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
Denganmu Berbeda
7966      2339     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...