Loading...
Logo TinLit
Read Story - Diary Ingin Cerita
MENU
About Us  

Usai salat Isya, kembali para senior mengajak Nilam berbincang-bincang di dalam tenda. Suasana sudah semakin sunyi. Sesekali, terdengar desiran angin, gemerisik daun-daun yang beradu, dan suara hewan-hewan malam.

“Nilam, kamu masih ingat kedua orang tuamu?” tanya Kak Cindy.

Nilam berusaha memeras seluruh ingatan yang ada di dalam otaknya. Samar-samar, ia melihat dua sosok sepasang manusia dewasa di dalam foto. Walau tak terlalu jelas, Nilam mengangguk untuk melegakan perasaan semua orang.

“Oh, berarti kita harus mulai dari orang-orang terdekatnya dulu. Karena, itu yang paling mungkin mudah diingat Nilam,” cetus Kak Cindy pada yang lain. Yang lainnya pun mengangguk-angguk tanda setuju.

“Kamu memanggil mereka berdua apa? Papa Mama, Ayah Ibu, Bapak Emak, Dad Mom …?” ucap Kak Cindy lagi pelan-pelan.

Nilam memandangi Kak Cindy, kemudian berkata, “Ayah Bunda.”

“Nah!” seluruh penghuni tenda berseru gembira. Rupanya, diam-diam mereka ikut menyimak pembicaraan Nilam dan Kak Cindy sejak tadi.

“Jadi, harus dimulai dari yang kamu sayang, ya? Coba, kamu sayang enggak sama Kak Ical? Eh, kamu tahu enggak, Kak Ical itu siapa?” celetuk Kak Pay yang masih saja melawak di setiap kesempatan. Nilam menautkan kedua alis sambil menggeleng.

“Wah! Berarti kamu enggak sayang sama Ical nih, kalau enggak ingat!” seru Kak Pay.

“Apaan sih, Kak Pay? Harus gitu, sayang sama Ical?” sergah Kak Cindy sambil menahan senyum melihat ulah Kak Pay.

“Iya, dong! Sebagai ketua, dia patut disayang. Betul enggak, Nilam?” seloroh Kak Pay.

“Oh, Kak Ical itu ketua, ya?” Nilam balik bertanya sambil ragu-ragu.

“Aduh, Nilam! Kalau dalam kondisi normal, kamu sampai enggak kenal ketuamu itu bisa kena push up, lo! Berhubung ini kondisi istimewa, ya sudahlah," kata Kak Pay menakut-nakuti, "Eh, Satya! Panggil Ical dong, ke sini. Penting!”

“Apanya yang penting?” tanya Kak Cindy sambil berbisik pada Kak Pay.

“He! Siapa tahu, kalau lihat wajahnya, Nilam jadi ingat,” jelas Kak Pay memberikan alasan.

Kak Ical pun datang memasuki tenda. “Ada apa, Kak?” tanyanya tegas.

“Nah, ini Kak Ical! Kamu sayang enggak, Nilam, sama Kak Ical?” tanya Kak Pay dengan bersemangat. 

Nilam menatap Kak Ical sungguh-sungguh. Kemudian, dia menggeleng sambil bergumam, “Aku enggak ingat.”

“Wah, Ical! Kamu enggak disayang sama Nilam, ternyata!” seru Kak Pay lagi. Semua yang mendengarnya jadi tergelak-gelak. Termasuk Kak Ical yang sedari tadi memasang ekspresi wajah sangat kaku.

“Ya, kali aja, dengan begini, kita jadi tahu siapa yang lagi ditaksir Nilam, kan? Ternyata, bukan kamu, Cal. Sudah, bertugas lagi sana!” usir Kak Pay. Kak Cindy memukuli bahu Kak Pay. Dia sudah tak sanggup menahan rasa gemas melihat aksi Kak Pay yang ‘bisa aja’ itu.

“Eh, Nilam, tapi ini benar-benar serius. Sangat serius. Kamu harus menjawab dengan jujur, ya. Kamu sudah punya pacar atau belum?” tanya Kak Pay dengan mata menatap tajam ke arah Nilam. Dia seolah tak mengizinkan Nilam menoleh ke mana-mana sedetik pun.

“Kak, biasa aja kali, tanyanya,” Kak Cindy menegur setengah berbisik.

“Eh? Ini penting! Apa kamu enggak kebayang, Nilam, betapa hancur perasaan pacarmu kalau kamu enggak ingat dia? Coba kamu pikir! Kalau misalnya ternyata Kak Ical itu pacarmu, dan kamu tadi bilang enggak ingat. Alangkah perih hatinya sekarang,” ucap Kak Pay sungguh-sungguh, seperti ingin menghipnotis Nilam dengan sepasang mata lebar dan jelinya.

Nilam jadi ikut memikirkan ucapan Kak Pay. Benar juga, ya. Kasihan sekali kalau sampai aku punya pacar tapi tak mengingatnya. Nilam jadi terpekur sendiri membayangkan kemungkinan itu jika benar-benar terjadi.

“Nah! Makanya, kamu harus mengingatnya dan jawab pertanyaanku. Kamu sudah punya pacar atau belum?” kata Kak Pay lagi dengan nada bicara lebih santai. Nilam berusaha keras mencari wajah yang dapat menimbulkan rasa spesial dari seluruh isi memorinya. Namun, akhirnya Nilam hanya bisa menggeleng.

Bener nih, enggak punya pacar? Nanti aku cek lo, ya. Sabtu malam Minggu ini, aku bakal ke rumahmu. Kalau sampai ada cowok yang datang apel, aku apain kamu, hayo?” ancam Kak Pay sambil bercanda.

“Kak, enggak usah modus, deh. Mau dibantai sesepuh apa?” celetuk Kak Cindy sambil menyikut Kak Pay.

“Eh? Itu modus, ya?” cetus Kak Pay berpikir ulang, “Ya, udah deh. Aku enggak jadi ke rumahmu malam Minggu ini. Tapi, kamu harus sadar, kamu akan menyakiti hati cowokmu kalau sampai enggak ingat dia,” tutur Kak Pay dengan usilnya.

Malam semakin kelam, suara-suara kegiatan diklat yang tadinya masih terdengar dari kejauhan, kini terasa sayup. Semua orang di dalam tenda mulai bersiap-siap merebahkan diri. Usai mencontohkan cara menggosok-gosokkan telapak tangan agar tak kedinginan, Kak Pay menunjukkan kantung tidur yang bisa dipinjam Nilam untuk beristirahat.

Tak mudah tidur dalam suasana dingin seperti ini. Pikiran Nilam masih saja disibukkan dengan kata-kata Kak Pay tadi. Pacar? Apakah aku memilikinya? Mengapa aku tak mengingatnya? Akankah aku menyakitinya nanti, jika aku benar-benar telah melupakannya? 

Walau hanya bergurau, ucapan Kak Pay itu cukup liat menyelinap ke seluk-tekuk otak Nilam. Dia ingin sekali berusaha keras mengingat semua. Namun, semakin mencoba, semakin pening kepalanya. Nilam pun akhirnya tertidur karena kelelahan mengorek kenangan.

***

Nilam masih harus menghabiskan sehari semalam lagi di gunung itu, menunggu hingga acara diklat usai. Selama itu, dia benar-benar dikondisikan untuk tetap santai, nyaman, dan cukup istirahat. Harapannya, fisik yang segar dapat membantu Nilam memeroleh kembali ingatannya dengan cepat.

Hingga tibalah saat seluruh rangkaian diklat berakhir. Semua peserta dan senior menuju ke gedung SMU mereka menggunakan truk ABRI. Dari sana, satu per satu berpamitan pulang. Ada yang dijemput, banyak pula yang pulang sendiri.

“Nilam, kamu dijemput enggak?” tanya Kak Pay. 

Nilam berpikir sebentar, kemudian menjawab, “Enggak tahu.”

“Kamu ingat enggak, dengan gedung sekolah ini?” tanya Kak Pay sambil jari telunjuknya berkeliling mengarah ke dinding dan atap yang melingkupi mereka.

Nilam mengikuti tarian telunjuk Kak Pay, lalu menyahut, “Sepertinya.”

“Oh, ya? Kamu tahu, gedung ini adalah peninggalan zaman Belanda …,” ujar Kak Pay terus bercerita tentang gedung sekolah mereka yang megah itu. Tampaknya, Kak Pay ingin Nilam tidak tegang memikirkan bagaimana jika bertemu keluarga nanti.

Sepertinya, Nilam memang tidak dijemput. Usai para senior melakukan rapat penutupan, Nilam pun diantar pulang menggunakan mobil Kak Pay, didampingi oleh beberapa senior yang lain. Semua berusaha tetap tenang, walaupun dalam hati masing-masing masih berharap-harap cemas.

 

Kau tak pernah tahu

betapa berharganya sebuah kenangan

Hingga kau merasakan kelu

dari hilangnya setiap butir ingatan

Terputusnya jangkar masa lalu

Saat kau harus terus berlayar ke depan

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dewaseduh

    Semoga menang ya, ceritanya unik, dan aku suka diksinya

    Comment on chapter Amnesia
  • suciasdhan

    Keren banget, semoga menang, ya😍

    Comment on chapter Amnesia
Similar Tags
Ketos pilihan
790      545     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
Acceptable
382      255     1     
True Story
“Bahkan dengan diriku sendiri pun, aku mampu untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Aku harus dapat bertahan dengan diriku dan di atas kakiku”.
Kisah Kasih di Sekolah
795      512     1     
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza. Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
The Maiden from Doomsday
10755      2408     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
ALLBLACK
1701      941     7     
Action
Semalam aku terbangun tanpa bisa ingat apa yang sudah terjadi padaku, seakan aku baru terlahir kemarin. Namun juga tidak ada yang bisa membuktikan kalau \"masa lalu\" itu nyata. Bisa saja kita baru terlahir sekarang dan apa yang ada di dalam ingatan kita hanyalah rekayasa. Seperti itulah yang kurasakan saat ini; tersesat, kebingungan, dan tidak yakin ke mana harus melangkah. Jadi mungkin saj...
Mentari dan Purnama
512      340     1     
Short Story
Mentari adalah gadis yang dikenal ceria di kalangan teman-temannya. Tanpa semua orang ketahui, ia menyimpan rahasia yang teramat besar. Mentari berteman dengan seorang hantu Belanda yang berkeliaran di sekolah! Rahasia Mentari terancam ketika seorang murid baru blasteran Belanda bernama Purnama datang ke sekolah. Apakah kedatangan Purnama ada hubungannya dengen rahasia Mentari?
Hello, Troublemaker!
1231      573     6     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertas—sesuai dengan ujian apa yang diinginkan—lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...
KEPINGAN KATA
516      330     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Selaras Yang Bertepi
329      248     0     
Romance
"Kita sengaja dipisahkan oleh waktu, tapi aku takut bilang rindu" Selaras yang bertepi, bermula pada persahabatan Rendra dan Elin. Masa remaja yang berlalu dengan tawa bersembunyi dibalik rasa, saling memperhatikan satu sama lain. Hingga salah satu dari mereka mulai jatuh cinta, Rendra berhasil menyembunyikan perasaan ini diam-diam. Sedangkan Elin jatuh cinta sama orang lain, mengagumi dalam ...
Coretan Rindu Dari Ayah
666      473     1     
Short Story
...sebab tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta yang diberikan oleh keluarga.