Loading...
Logo TinLit
Read Story - KataKu Dalam Hati Season 1
MENU
About Us  

Keesokan harinya aku terlambat bangun dan tidak belajar pagi, aku bergegas mandi dan siap-siap, mengambil sarapan ku dan segera berangkat. Pagi ini sudah sangat cerah bahkan burung-burung sudah sibuk dengan aktivitas pagi mereka, tidak hanya itu sudah banyak anak-anak sekolah lain yang mengendarai motor mereka dengan speed yang cepat karena takut terlambat. Akupun segera melajukan motor ku agar segera sampai di sekolahan. Setelah sampai aku segera berjalan masuk dan menuju ke kelas. Dalam perjalanan aku melihat banyak siswa keluar ruangan untuk belajar di luar. Melihat mereka aku jadi ikut bersemangat, bahkan langit yang sangat cerah pagi mengisyaratkan aku untuk fokus ujian hari ke 2 ini.

Ting . . . ting . . . ting bel pun berbunyi pertanda ujian pertama akan segera di mulai, karena sudah hari ke dua semua siswa sudah dapat menyesuaikan keadaan. Tidak hanya itu kebetulan juga pengawas di kelas ku tidak begitu memperdulikan siswa, hanya menyuruh kami untuk tidak ramai saja. Setelah kesulitan muncul semua siswa menggunakan jurus jitu mereka yaitu mencontek teman sekelas mereka. Ada yang membagikan jawaban dari depan sampai belakang, ada juga yang membawa buku, tidak hanya itu Kakak kelas bahkan berani menggunakan ponsel mereka untuk mencari jawaban di internet.

Wahh luar biasa kalian semua, kata ku dalam hati. Namun aku juga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan walaupun aku juga sudah belajr namun aku juga ingin membantu teman-teman yang lain termasuk Tya dan Yuna. Kamipun saling lempar jawaban menggunakan isyarat tangan dan memberikan beberapa kertas untuk jawaban pertanyaan essay. Tidak hanya itu aku juga memastikan mereka menjawab semua pertanyaan dengan cara keluar bersamaan.

“Thanks, Hann,” kata Yuna.

“Iya, sama-sama,” kata ku sambil tersenyum.

“Gimana sudah mencatat jawaban pilihan ganda belum?” tanya ku.

“Sudah dong,” kata Tya bersemangat.

Kami pun segera ke kelas Mila yang dimana dia belum selesai mengerjakan tugas. Kamipun segera menanyakan nomor berapa yang belum dengan Mila. Tidak hanya Mila saja namun juga teman-teman yang lain menanyai kami hingga kami kerepotan sendiri.

Lagi-lagi dan selalu dia, aku bahkan mengkhawatirkannya, aku bertanya-tanya apakah kamu bisa mengerjakannya? Nomor berapa yang belum? namun aku sangat enggan. Entah apa yang membuat ku enggan, mungkin karena sudah tidak mengirim pesan lagi. Dalam lamunan itu aku terus melihatnya hingga

“Heii Hann, di tanya in Alex tuh. Lo ngalamun apa sih gue sibuk nih bantuin Mila,” kata Tya.

“Aah . . ., ya nomor berapa?” tanya ku.

“Itu, nomor 5,” kata Yuna.

Aku pun segera menjawab pertanyaan Alex yang wajah nya sudah memerah dan tingkah yang seolah aku sudah melakukan sesuatu padanya.

Wahhh, sepertinya aku ketahuan! kata ku dalam hati.

Tidak lama semua siswa di kelas Mila pun keluar, yang dimana wajah Alex masih memerah.

“Heii Lex, Lo kenapa, Sakit ya?” tanya Hugo.

“Ohh, enggak Go, enggak apa-apa,” jawab Alex dengan salah tingkah.

“Wahh . . . enggak beres!” kata Hugo.

“Kenapa Lex, kok lo salting gitu?” kata Mila.

“Enggak kok, biasa aja,” kata Alex.

“Ohh Gue tahu, hei Mil awasin tuh sahabat lo. Bisa-bisa bikin anak orang gila!” kata Hugo dengan bercanda dan tertawa.

“Wahh . . . Gue juga tahu nihh!” kata Mila.

 “Owww cieee . . .,” kata Yuna dan Tya.

“Kenapa sih? kalian aneh!” kata ku.

Kami pun saling pandang dan akhornya tertawa bersama.

Istirahat pun di mulai dan seperti biasanya aku berada di kelas Mila dengan duduk di bangku Alex. Tidak lama seperti hari kemarin Alex duduk di samping ku dengan menonton sebuah video yang menarik perhatian ku.

“Hei Han, mau nonton enggak?” tanya Alex.

“Boleh,” jawab ku.

Aku pun memposisikan tubuh ku menyesuaikan Alex yang memajukan tangannya dan menjadikan tangannya tumpuan untuk menopang kepala. Kenapa kamu begitu baik? Kenapa aku juga mengiyakan ini? Kenapa harus kamu? kata ku dalam hati. Orang-orang di kelas serasa tidak memperdulikan kami karena mungkin mereka sudah tahu kecuali Hugo yang mengejek Alex beberapa kali namun tak di hiraukannya. Entah hanya anggapan ku saja bahwa kami sedang dekat atau memang hanya aku saja yang menganggapnya begitu, namun waktu itu mereka benar-benar tidak menghiraukan kami. Bahkan Mila, Tya dan Yuna juga membiarkan aku melakukan itu tanpa berkomentar apapun.

Garis wajah Alex yang begitu dekat, tatapan mata yang begitu fokus menatap layar Hp, bahkan sesekali menarik nafas panjang. Namun ku lihat telinga nya sudah mulai memerah bahkan sudah mulai sedikit ada pergerakan pada tubuhnya, entah itu sudah tidak nyaman atau memang sudah tidak bisa menahannya. Aku berpikir dia beruntung waktu itu karena bel berbunyi menandakan ujian ke dua segera akan di mulai, kali ini kamu benar-benar terselamatkan oleh keadaan, kata ku dalam hati sambil memandanginya yang mulai berdiri untuk menyiapkan ujian ke dua. Akupun juga memutuskan untuk beranjak dan menuju kekelas. Tya dan Yuna hanya tersenyum yang dimana mengisyaratkan bahwa mereka menyetujui semua itu.

Aku pun segera duduk di kelas dan menunggu pengawas, waktu juga cepat berjalan dan ujian di kerjakan oleh semua murid dengan tenang. Tidak ada saling berbuat curang karena pengawas untuk mata pelajaran ujian kedua sangat galak, jadi kami semua yang berada di ruangan entah kakak kelas ataupun teman-teman ku tidak berani berbuat nekat. Waktu yang berjalan cepat pun terasa lama karena ku lihat Tya dan Yuna mengalami kesulitan yang dimana aku tidak bisa membantu mereka. Aku juga merasa ragu dengan jawaban ku di salah satu pertanyaan essay, yang membuat ku sedikit galau serasa ingin bertanya. Namun apadaya keadaan sama sekali tidak membantu.

Setelah di rundung perasaan tegang akhirnya kami pun keluar bebarengan dengan Mila. Aku begitu lega jika kami semua sudah menyelesaikan ujian hari ini dengan baik. Kamipun menuju parkiran dengan jalan bersama tidak lupa aku menanyakan Alex pada Mila yang dimana dengan senang hati Mila menjawab semua pertanyaan ku. Setelah sampai di parkiran kami segera pulang dan saling memberikan semangat satu sama lain.

Dalam perjalanan pulang aku melihat langit yang masih cerah dengan awan putih yang berjalan. Tidak hanya itu aku berpapasan dengan Alex di toko tempat biasanya anak-anak berkumpul. Kali ini aku melihatnya yang sama sekali tak melihat ku, apakah begitu menyesakkannya menjadi seorang pengagum? kata ku dengan diri ku sendiri. Akupun segera melaju untuk mempercepat perjalanan.

Sesampainya dirumah seperti biasa aku langsung menuju ke kamar dan membuka jendela kemudian merebahkan diri. Melihat langit-langit kamar dengan hembusan angin yang dari luar jendela membuat ku tak hentinya memikirkan Alex yang sudah semakin dalam memenuhi pikiran ku. Mungkin aku terlalu jahat karena memikirkan orang lain sedangkan aku seharusnya menjaga perasaan ku karena masih ada Kak Jerry. Namun semakin lama semakintak tertahankan bahkan mungkin aku sendiri yang membuat diri ku jatuh pada lubang yang tak seharusnya ku masuki. Aku benar-benar takut, aku benar-benar takut jika nanti aku tak bisa berhenti untuk tidak menyukaimu. “sial” kata ku,

Tok . . . Tok . . . Tok, suara ketukan pintu.

“Iyaa,” kata ku.

“Hann, ini Mama kamu enggak mau makan dulu kah Nak?” tanya Mama.

“Ohh ya Ma, Hanna turun sekang!” kata ku.

Akupun segera turun dan makan siang tidak lupa aku berganti pakaian dulu sebelum makan.

“Bagaimana tadi bisa kan mengerjakannya?” tanya Mama.

“Bisa kok Ma,” jawabku dengan senyuman.

Kamipun mengobrolkan hal-hal lucu dan setelah aku selesai makan Mama menyuruh ku untuk segera tidur agar dapat memulihkan tenaga. Aku pun mengiyakan perintah Mama, aku segera naik dan merebahkan diri kembali. Kali ini aku langsung menutup mata ku tanpa melihat langit-langit kamar yang selalu mengajak ku untuk berimajinasi entah itu tentang Alex atau tentang Kak Jerry. Aku segera tertidur dengan hembusan angin yang menerpa tubuhku.

Aku bangun pukul 4 sore dan masih memegang Hp memeriksa apakah ada pesan yang harus ku balas, namun ternyata tidak ada satu pun pesan. Aku pun beranjak dan turun untuk mandi tidak lupa membantu Mama. Naik ke kamar sebentar dan membuka materi dan turun lagi untuk makan. Setelah makan aku segera naik untuk belajar dan seperti biasanya, menulis, menghafal dan mengerjakan soal. Waktu juga berjalan dengan sangat cepat hufft . . ., akhirnya selesai, wah aku capek banget, kata ku. Akupun segera merebahkan diri tidak lupa menutup jendela terlebih dahulu dan membuka Hpku. Ternyata ada banyak pesan dari Kak Jerry yang menanyakan sedang apa? Sampai apakah aku baik-baik saja karena tidak membalas pesannya.

Aku pun membalasnya dengan segera namun sudah tidak di balas lagi karena pesan itu menunjukkan pukul 7 malam yang dimana aku masih sibuk belajar dan notifikasi Hp ku silent. Wahhh, gawat nih, kata ku. Ya sudah lah, setidaknya aku sudah membalas semua pertanyaannya, kata ku lagi.

Malam semakin malam yang dimana aku harus dapat menidurkan diri ku agar tidak bangun kesiangan dan dapat bangun untuk belajar pagi. Akupun segera tidur dan bermimpi.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Doctor My Soulmate
118      105     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Aku Milikmu
2081      917     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Rewrite
9573      2756     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Gray November
3821      1314     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Play Me Your Love Song
4772      1652     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Diary Ingin Cerita
3453      1652     558     
Fantasy
Nilam mengalami amnesia saat menjalani diklat pencinta alam. Begitu kondisi fisiknya pulih, memorinya pun kembali membaik. Namun, saat menemukan buku harian, Nilam menyadari masih ada sebagian ingatannya yang belum kembali. Tentang seorang lelaki spesial yang dia tidak ketahui siapa. Nilam pun mulai menelusuri petunjuk dari dalam buku harian, dan bertanya pada teman-teman terdekat untuk mendap...
When Magenta Write Their Destiny
6232      1690     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
KEPINGAN KATA
516      330     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Dunia Alen
5945      1720     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Aku Benci Hujan
7368      1937     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...