Keesokan paginya ketika cuaca sangat mendukung untuk berangkat ke sekolah, walau dengan hati tidak tenang aku segera berangkat setelah melalui malam yang bagaikan mimpi itu. Dalam perjalanan yang begitu cerah dan matahari seakan menyuruh ku untuk bersemangat dan bahagia menjalani hari ini, aku pun melaju berharap sampai di sekolah dengan biasa saja dan tidak terjadi apapun. Sesampainya di sekolah aku segera memarkirkan motor dan berjalan perlahan menuju kelas dengan hati yang tidak tenang. Tidak lama aku sampai di kelas dan sudah ada Mila, Yuna dan Tya yang sedang sibuk mengobrol satu dengan yang lain.
“Pagi Han?” kata Mila.
“Yah, pagi . . .,” jawab ku dengan lemas.
“Kenapa kamu?” tanya Yuna.
“Iya, lemes amat,” kata Tya.
“Wahh . . . gue enggak lemas kok,” jawab ku sambil mengubah ekspresi wajah.
Pagi itu aku benar-benar tidak bersemangat bahkan saat mengikuti pelajaran. Aku tidak konsen walaupun aku sangat bahagia bisa melihat Alex yang baik-baik saja setelah menyatakan perasaannya. Namun entah kenapa hati ini benar-benar bimbang, harus bisa tahan Hann, lo bisa, kata ku dalam hati.
Istirahat pun di mulai dan aku ikut dengan Mila untuk membeli makanan dan minuman di koperasi dan lagi-lagi Yuna dan Tya tidak ikut.
“Kenapa sih lo, cerita aja,” kata Mila pelan sambil menatap langkahnya agar tidak terjatuh saat menuruni tangga.
“Mil, kemarin Alex ngirimin gue chat kalau dia sukak sama gue,” kata ku pelan sambil menundukkan kepala.
“Aah serius?” kata Mila pelan dan terlihat santai.
“Iya Mil, gue galau banget nih rasanya kayak ga mau masuk hari ini,” kata ku sambil berjalan.
“Sudah gue duga . . .,” kata Mila. Akupun melihat wajah Mila dan terkejut.
“Hann, lo tahu kan lo masih ada Kak Jerry dan itu pun dia Kakak Kelas kita, dan Alex gue ragu kalau dia suka sama lo. Di lihat dari sikapnya yang baik sama semua temen cewek-cewek di kelas dan gue enggak yakin kalau dia beneran sukak sama lo beneran apa enggaknya,” kata Mila sambil mengajak ku duduk di dekat Laboratorium depan Koperasi.
“Gue juga enggak tahu sih Han, tapi dari sikapnya dia benar-benar membahayakan,” kata Mila lagi.
Aku pun hanya mendengarkan apa yang di katakan Mila karena hati ku benar-benar tuli.
“Tapi Hann, gue paham banget kalau orang suka tuh dia enggak bakalan peduli apa kata orang, jadi saran aja lo harus hati-hati. Kalau suka sama Alex lo putusin dulu Kak Jerry. But, kalau lo masih pengen sama Kak Jerry dan temennan sama Alex lo harus jaga hati. Lo bilang kan enggak akan suka sama Alex, tapi sekarang lo jadi suka kan. Ya mau enggak mau, lo harus punya strategi buat hadapin itu. Gue cuma bisa kasih saran sih ya and semua tergantung sama keputusan lo sendiri,” kata Mila sambil tersenyum ke arah ku.
Mila pun segera berlari ke arah koperasi sedangkan aku masih duduk sambil merenungkan apa yang Mila katakan. Semua yang dikatakan Mila ada benarnya dan aku memutuskan untuk tidak mengutarakannya pada Alex dan itu adalah keputusan yang tepat untuk saat itu. Aku juga berpikir semua akan baik-baik saja jika alex tidak tahu dan aku anggap semua yang dia katakan adalah candaan belaka.
Menurutku semua adalah hal yang bisa aku pertahankan untuk dapat bersama Alex dan menjaga hati ku sementara untuk Kak Jerry, bahkan aku tidak pernah tahu akan berakhir sperti apa dan mengapa menjadi serumit ini. Namun aku harus tetap bersikap biasa saja seakan tidak ada yang terjadi. Aku pun sampai di kelas dengan semangat yang sedikit demi sedikit pulih kembali. Mila pun melihatku dengan tatapan seakan memastikan aku baik-baik saja atau tidak. Hari ini ada pelajaran Geografi yang dimana harus melihat video untuk yang terakhir kalinya karena semester akan berakhir.
Pak Eko menyuruh kami untuk berada di posisi seperti kemarin dan aku berada di sisi kanan bersama Mila sedangkan Tya dan Yuna berada di depan kami. Aku pun melihat Alex yang duduk di sebelah Cintia dan begitu akrab karena ada Hugo di sebelah Cintia. Mereka seakan mengobrolkan sesuatu yang asik bahkan sampai di tegur oleh Pak Eko. Kelas hari ini seakan hujan, aku ingin menangis melihat Alex begitu dekat dengan Cintia. Tapi apa daya semua memang harus terjadi hingga tangan itu tiba-tiba menarikku dan mengajak ku untuk keluar.
“Wahhh . . . mendungnya,” kata Mila.
Aku pun terduduk dan memandang langit dengan mata berkaca-kaca.
“Sudah, tidak usah kau hiraukan, Alex memang begitu,” kata Mila menenangkan.
“Ahh santai sih, gue juga tahu dia orangnya bagaimana?” kata ku pelan walaupun banyak panah menghujani hati dan benar-benar tak tertahankan.
“Kalau sudah tenang, kita masuk lagi ya?” kata Mila.
“Sudah kok, ayo ntar kita ketinggalan video untuk pelajaran Geografi terakhir,” kata ku sambil tersenyum kecil.
Tiba-tiba dengan tidak di duga Alex sudah memindahkan tempat duduknya di samping ku dan Hugo pun sedang mengobrol dengan Tya dan Yuna. Akupun terdiam dan tidak melangkah hingga Mila menarik tangan ku lagi dan berkata
“Bersikaplah, biasa agar anak-anak tidak tahu apa yang terjadi antara kalian,” kata Mila sambil mendekatkan mukanya ke arah telinga ku.
Aku pun segera jalan ke arah tempat duduk dan terdiam melihat Alex yang memandangi ku seakan ingin menanyakan sesuatu. Pak Eko pun menjelaskan beberapa hal yang akan dia keluarkan untuk ujian namun hanya materi dan kisi-kisi saja. Di sela penjelasan, Alex mendekat sambil menggeser kursinya sedikit lebih dekat dengan ku dan berkata
“Hann?” kata Alex.
“Ya, kenapa?” kata ku sambil mencatat kisi-kisi.
“Lo baik-baik saja kan?” kata Alex pelan dengan suara yang dapat menenangkan hati ku.
“Gue baik-baik saja,” kata ku sambil melihat ke arah Alex yang dimana mata kami pun bertemu, membuat ku tidak bisa untuk membencinya.
“Ahh . . . sial!” kata ku dalam hati.
Waktu seakan berhenti membiarkan kami bertatapan sedikit lebih lama dan Mila pun menyadari apa yang terjadi bahkan teman-teman Alex yang lain melihat, hingga Mila menepuk bahuku dan mengatakan ingin meminjam buku catatan yang membuat ku menghentikan apa yang sedang terjadi. Hugo pun melakukan hal yang sama seakan mereka berdua tahu apa yang sedang kami lakukan. Walaupun hanya bertatapan namun semua yang terjadi membuat teman-teman Hugo yang lain pun curiga, apalagi Exel yang memperhatikan dari tadi. Kelas pun berakhir dengan Kisi-kisi dari Pak Eko dan Pak Eko pun berpamitan
“Selamat ya dan semoga sukses kalian akan ketemu saya jika kalian mengambil jurusan IPS besok di kelas 2. Namun kalau kalian mengambil jurusan IPA, ya akan jarang ketemu saya. Sekian dan terimakasih untuk hari ini,” kata Pak Eko dengan senyuman puas dan keluar dari kelas.
Tiba-tiba tangan itu lagi-lagi menepuk bahu ku dan kali ini begitu keras namun lembut dan sedikit menyakitkan.
“Hann, lo gila sih . . .,” kata Mila.
“Emang baru sadar ya, kalau dia gila,” kata Yuna.
“Ihh bukan gila, tapi tergila-gila sama mamas Alex,” kata Tya sambil tertawa.
“Apa, sih,” kata ku.
“Emang kita enggak tahu apa, yang lo lakuin sama Alex tadi? Kelihatan banget kali,” kata Yuna sambil tertawa.
“Iya, tapi kan Hanna udah Profesional yaa kan ya,” kata Tya.
Mila hanya bisa tersenyum dengan menutupi mulutnya dan aku pun hanya bisa menggaruk rambut yang seakan ingin rontok karena candaan mereka. Suasana pun kembali seperti semula dan kami pun mengobrol hal lain setelah semua terjadi. Kelas pun dilanjut dengan pelajaran terakhir dan saat itu kami mencatat kisi-kisi untuk ujian yang akan datang Minggu depannya. Setelah itu kelas di bubarkan lebih awal dan kami segera turun untuk menuju ke parkiran. Entah walaupun hari ini mendung dan tidak ada matahari namun aku senang ketika Alex menanyai tentang keadaan ku tadi. Semoga bisa terus seperti ini hingga ujung yang tidak tahu akan seperti apa. Dalam perjalanan pulang yang dimana langit sudah menurun kan rintik hujannya aku berpikir bahwa,
Langit akan tetap mendukung apapun yang aku lakukan,
Bahkan untuk membuat ku tersenyum,
Satu kalimat yang seaakan menyentuh lembut perasaan ku,
Dan aku tidak pernah tahu,
Dapatkah ku miliki dia,
Atau hanya singgah sementara,
Lalu pergi bergitu saja,
Aku pun melaju dengan cepat berlari dengan hujan yang lama kelamaan semakin deras. Seragam ku sudah semakin basah karena hujan semakin kesana-semakin deras, namun aku tetap melaju karena aku bahagia. Tidak apa-apa dan biarkan aku bahagia karena tidak bisa aku dapatkan kebahagiaan ini dari hati yang harus ku jaga dan ku pikir ini adalah moment langka. Aku harus bisa bahagia menerima ini semua. Semakin dingin karena mendung yang berhenti dan tidak berjalan, membuat ku ingin cepat sampai.
Aku pun sampai dengan basah kuyup dan Mama sudah menunggu ku di depan sembari membawakan handuk karena beliau tahu aku akan kehujanan. Akupun segera turun dari motor dan menerima handuk Mama setelah melepaskan helm yang ku pakai.
“Sudah cepat mandi, biar enggak masuk angin,” kata Mama.
“Oke, Ma,” jawabku.
Aku segera mandi dan pergi ke kamar setelah selesai. Aku merebahkan diri dan mengingat-ingat kejadian tadi yang membuat pikiran ini selalu teringat-ingat. Kali ini aku memastikan bahwa Alex tidak menghiraukan apa yang dia kata kan melalui pesan kemarin. Hujan masih begitu deras akupun membuka jendela dan mengulurkan tangan ku untuk dapat menyentuh hujan yang turun dari langit.
“Setidaknya kita berdiri dibawah langit yang sama, yang saat ini hujan dan pastinya di tempat mu juga akan hujan,” kata ku dengan diri ku sendiri.
Aku pun duduk di kasur sambil memandang hujan yang membasahi bumi. Dengan suara dan ribuan air dia datang, bahkan tidak memikirkan apakah orang-orang sudah berada di rumah atau masih ada di tempat terasing dalam hidupnya. Hujan memang penuh teka teki bahkan untuk menjalani hari ketika hujan jauh lebih berat. Namun semua terjadi karena hujan dapat menemukan seseorang yang bisa di ajak menggunakan payung bersama, atau berlari bersama di bawah deras nya hujan. Tidak hanya itu hujan dapat menentukan tumbuh nya sebuah kehidupan kecil dari pohon dan tanaman.
Hujan juga membuat orang-orang berlarian untuk menghindarinya, namun aku berpikir lain. Saat hujan sekeras apapun kamu menangis dia justru akan memelukmu erat bahkan membiarkan mu menangis di bawah pelukkannya dan di bawah hujan menangis pun tidak terlihat karena dia sama-sama menangis dengan kita. Aku pun tersenyum memikirkan itu, bahkan masih terduduk hingga sore sambil mendengarkan musik, setelah itu aku turun meninggalkan hp ku, sebelum itu aku melihat pesan dari Kak Jerry yang tidak bisa memberi ku kabar malam ini karena dia ada latihan futshal nanti malam dengan teman-temannya dan aku membalas dengan santai seperti sudah terbiasa.
Hp ku yang masih menyalakan dengan lagu dan jendela yang masih terbuka dengan lebar seaakan membiarkan angin yang diiringi hujan masuk yang membuat tirai di jendela melambai dengan lembut seaakan mereka sedang menari, sebelum aku pergi turun aku memutuskan untuk duduk sebentar karena melihat tirai kamar yang menari-nari. Dan setelah itu aku membuka pintu dan segera turun karena ingin membantu Mama memasak di dapur. Setelah itu kami pun makan malam dan mengobrol di depan tv. Tidak lama karena hujan semakin deras Mama dan Papa menyuruh kami untuk ke kamar masing-masing. Aku pun membuka pintu dan masih melihat tirai jendela yang masih menari-nari dengan cantiknya.
Aku pun segera memeriksa jadwal dan grub kelas yang sudah ramai membahas tentang studi lapangan yang akan di adakan besok. tidak hanya itu Mila mengajak ku untuk berangkat bersama dari rumah dan aku pun mengiyakannya. Aku berharap besok adalah hari yang menyenangkan dan membahagiakan untuk ku. Karena sudah begitu malam aku memutuskan untuk tidur tanpa melihat pesan dari siapapun karena Kak Jerry sudah berpamitan dari sore jika dia tidak bisa memberikan kabar dan menemaniku melalui pesan malam ini. Jadi aku memutuskan untuk tidur dan bermimpi.