Read More >>"> KataKu Dalam Hati Season 1 (Bab II - SENTUHAN, TANGIS DAN KEBENARAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KataKu Dalam Hati Season 1
MENU
About Us  

Keesokan harinya dengan embun yang masih menempel pada bumi, aku menuju jendela untuk merasakan udara yang masih dingin itu masuk ke dalam kamar. Akupun mengulurkan tangan ku untuk merasakan tetesan embun yang menetes melalui atap rumah. Apakah kejutan yang Engkau siapkan hari ini Tuhan? Apakah hari ini aku akan bahagia? kata ku dalam hati sambil menatap langit.

Tidak lama aku segera menutup jendela dan turun untuk mandi serta sarapan. Kemudian aku bergegas untuk naik ke kamar memakai seragam, mengambil tas dan segera berangkat. Udara masih begitu dingin bahkan tulang-tulang ku pun dapat merasakannya. Sebenarnya masih ada rintik hujan yang terbawa angin saat aku dalam perjalanan ke sekolah, namun aku terus melaju dan fokus pada perjalanan. Sesampainya di sekolah karena hari ini jadwal pelajaran Prakarya Mila meminta ku untuk bertemu dengannya di depan perpustakaan sebelum menuju ke kelas.

“Hai, Mil . . .,” kata ku dengan senyuman.

“Oohh, Hann sini,” jawab Mila.

“Gimana jadinya?” tanya ku.

“Sebentar, nunggu Alex sama Hugo dulu ya?” jawab Mila.

“Eeh . . . gue pikir cuma kita Mil,” kata ku.

“Enggak lah, “jawab Mila sambil tersenyum.

Tidak lama Alex dan Hugo muncul dan kami pun segera membahas nya. Mila mengatakan jika hari ini sudah mulai menjahit dan akan di sesuaikan di kelas tentang warna apa saja yang akan di berikan pada kain yang telah di beri gambar. Hugo pun menyetujuinya dan akan menyetujui warna apa saja yang akan kami pilih. Setelah semua selesai di bahas kami pun segera menuju ke kelas dan mengikuti pelajaran pertama dan kedua dengan sangat fokus, namun di sela waktu pelajaran aku dan Mila mencuri-curi untuk membahas warna benang yang akan di jahit untuk hari ini.

Kami membahas nya dengan pelan dan tetap fokus dengan pelajaran pada pagi itu. Tidak hanya itu Yuna dan Tya pun juga mengambil waktu untuk menanyakan saran tentang warna  benang yang akan mereka gunakan untuk di aplikasikan hari ini pada kain mereka. Hari ini adalah hari yang sibuk karena semua kelompok Prakarya berencana untuk segera menjahit agar pengumpulan tepat waktu. Jam pelajaran pun berlalu dan Bu Asti segera masuk ke kelas untuk memberikan arahan pada setiap kelompok untuk segera menjahit dan memilih tempat yang baik untuk menjahit kain. Kami pun segera berkumpul dengan kelompok dan memutuskan untuk menjahit kain di depan papan tulis.

Ketika menjahit kain di mulai Mila dan Hugo pun memutuskan untuk keluar sebentar mengambil benang yang berada di jok motor Hugo, namun masih ada beberapa benang yang ada di kelas. Aku dan Alex pun memutuskan untuk menjahit bagian sisi kain yang sama karena benang untuk bagian tersebut sudah ada.

Entah apa yang ada di pikiran ku atau memang sudah di rencanakan oleh keadaan. Kami pun menjahit bersama dan kejadian yang membuat jantung ku berdebar, serasa waktu begitu lama dan tidak mengizinkan semua itu cepat berlalu. Bahkan semua orang tidak memperhatikan karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Akupun menjahit bagian daun demikian juga dengan Alex, karena mengerjakan bagian yang sama jadi kami mengerjakan daun bawah dan atas. Aku pun fokus untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, namun karena terlalu fokus aku tidak sadar jika Alex sudah sangat dekat dengan ku sampai dia tidak bisa menjahit lagi karena bagian Alex terlalu kecil.

“Hann . . .,” kata Alex sambil menatap ku.

“Iya kenapa?” jawab ku sambil mengarahkan wajah ku pada Alex.

Jantung ini tidak bisa berhenti untuk berdebar dengan kencang ketika tangan kami dengan tidak sengaja bersentuhan.

“Eem . . . nih kain bagian gue terlalu sempit dan lo terlalu banyak menariknya jadi gue enggak bisa jahit yang bagian gue lagi,” kata Alex pelan sambil melihat ke arah tangan ku yang sudah menyentuh tangannya dan mengamati kain yang aku pegang.

Aku pun segera melihat apa yang terjadi dan ternyata benar tangan ku terlalu dekat dan aku menarik kain terlalu banyak jadi bagian Alex pun sedikit.

“Ohh ya, maaf ya gue terlalu fokus, jadi enggak tahu kalau bagian lo terlalu susah karena kainnya gue tarik,” kata ku sambil mempersilahkan kain itu kembali ke posisinya.

“Wahh, enggak papa kok Hann,” jawab Alex dengan senyuman sambil menatap ku. Tatapan itu lagi menyapa ku, melihat ku, dan semakin lama semakin menghantuiku.

Aku tidak bisa menghindari tatapan Alex yang begitu lembut dan hangat, bahkan ketika tangan kami bersentuhan dari dekat membuat waktu serasa berhenti untuk mengizinkan jantung ku berpacu dengan cepat. Namun aku segera sadar dan memposisikan diri untuk mengembalikan waktu agar tidak canggung. Akupun memutuskan untuk mempersilahkan Alex menyelesaikan bagiannya karena bagian ku sudah selesai. Dia begitu teliti bahkan saat memasukkan benang ke dalam lubang jarum.

Tangan itu begitu besar bahkan mungkin lebih besar dari tangan ku yang kecil ini. Matanya yang ditutup sebelah saat memasukkan benang ke dalam lubang jarum membuat ku fokus dan ingin membantunya. Bahkan karena tidak mau masuk ke lubangnya dia sampai menundukkan kepalanya. Aku begitu kagum karena jahitannya yang begitu sempurna aku bahkan tidak menyangka bahwa dia bisa melakukan itu, yang aku tahu dia hanya pintar dalam bidang olahraga tapi ternyata dia bisa jahit menjahit. Setelah selesai Alex memperlihatkan senyuman yang menandakan kepuasaan saat mengetahui jahitan bagian dia selesai.

“Wahh . . . bagusnya,” kata ku dengan senyum bahagia karena jahitan milik Alex yang begitu rapih.

“Masa sih, biasa aja kok,” jawabnya dengan senyuman sambil merendahkan diri.

“Menurut gue, bagus kok, rapih lagi beda dari punya gue,” kata ku.

“Masih bagus punya lo ya . . .,” kata Alex dengan bercanda.

Kami pun saling melemparkan pujian karena telah menyelesaikan bagian masing-masing. Sampai-sampai tidak tahu kalau Hugo dan Mila sudah datang dari tadi.

“Eheeii . . .  asik baget dehh kalian,” kata Hugo.

“Iya nihhh . . .,” kata Mila.

“Wahh . . .  sini-sini,” kata ku sambil mengajak Mila dan Hugo untuk bergabung.

Kami menjahit kain di depan papan tulis yang kebetulan ada trap satu tangga dan bisa di gunakan untuk duduk. Kami pun segera melanjutkan menjahit kain, aku benar-benar bahagia hari ini bisa melihat Alex begitu dekat dengan ku.  Entah hanya aku yang bahagia atau dia juga bisa merasakan itu. Aku masih saja memperhatikannya sambil mengerjakan bagian ku, Apa yang harus aku katakan, jika aku menyukai mu. Aku tidak ingin kamu menghilang karena aku begitu bahagia saat kamu berada di dekat ku, kata ku dalam hati sambil memperhatikan Alex yang masih sibuk menjahit.

Aku pun segera menyelesaikan bagian ku, bahkan mereka menyetujui jika aku yang harus menjahit nama mereka di kain jika sudah selesai nanti. Waktu pun berlalu dan kami semua sudah berhasil mengerjakan 60% dari jahit menjahit. Bahkan Bu Asti memuji jahitan kami semua. “Kalian begitu jago ya anak-anak tidak ibu sangka bahwa jahitan kalian rapih dan bagus” kata Bu Asti sambil memperlihatkan senyuman yang puas di wajahnya. Setelah melihat respon Bu Asti aku sontak langsung melihat ke arah meja Alex yang di mana dia juga begitu bahagia sampai merangkul Hugo yang ada di dekatnya dan kemudian menatap ku dengan memberikan senyuman yang hangat itu lagi.

Aku pun langsung tersipu dan melihat ke depan seakan tidak mengindahkan senyumannya itu pada ku. Belpun berbunyi dan kami segera istirahat dan pergi ke koperasi untuk membeli minuman karena aku begitu haus hari itu.

“Wahh, Hanna nih lagi bahagia,” kata Tya.

“Yupps, yupss . . . tadi aku memperhatikan mu dengan Alex serasa di ruangan hanya milik berdua,” kata Yuna.

“Iya, sampai aku di cuekin coba,” kata Mila.

“Sorry Mil, kalau itu beneran gue enggak tahu,” kata ku sambil tersenyum dan terus berjalan karena mereka mengejek ku terus.

“Ciee . . . Hanna,” kata Tya.

“Iyaa nih, ciee . . . ntar kita di traktir kalau jadian,” kata Yuna.

“Hei . . . Hann tunggu.” Kata Mila.

Akupun terus berjalan seakan tidak mendengar dan mempercepat langkah karena mendengar Tya dan Yuna yang tidak berhenti mengejek ku

“Hei . . . tunggu . . .,” kata Yuna dan Tya sambil mengejar ku.

 Setelah membeli minuman, aku dan teman-teman memutuskan untuk segera kembali ke kelas dan bersiap untuk pelajaran selanjutnya. Karena pelajaran terakhir kelas serasa begitu ramai dan tidak dapat di kontrol ditambah lagi guru yang mengampu pelajaran terakhir pergi ke toilet dalam waktu yang lama. Aku pun segera fokus pada tugas yang di berikan dan mengerjakannya dengan cepat karena semangat ku sedang membara.

Aku tidak memperhatikan mereka, bahkan aku menyelesaikan tugas lebih dulu di bandingkan Tya, Mila dan Yuna. Entah apa yang terjadi dengan ku hari itu aku serasa mendapatkan energi positif yang begitu besar. Waktu pun berlalu dan aku serta teman-teman segera menuju parkiran setelah bel berbunyi. Dalam perjalanan aku bertemu dengan Kak Jerry setelah Tya memberi tahu ku jika ada Kak Jerry di parkiran.

“Hei . . . Hann?” kata Kak Jerry.

“Hai, Kak,” kata ku.

Dia pun hanya menyapa ku dan bergegas berlalu pergi, hanya memberikan senyuman yang seperti biasanya. Dia berjalan dengan teman-temannya, aku memperlambat langkah ku dan berhenti. Aku pun melihatnya semakin jauh, jauh dan jauh bahkan setelah sampai di motornya dia seakan mencari ku dan mengetahui aku sudah bersama Yuna, Mila dan Tya. Kemudian dia segera menaiki motornya dan melaju pergi dengan menyapa ku lagi. “Sepertinya aku harus membiasakan diri dengan sikapnya itu,” kata ku dalam hati.

“Wahh, sabar ya Hann,” kata Mila.

Aku pun hanya tersenyum dan terus berpikir positif tentang itu walaupun banyak panah menghujani, namun aku harus tetap semangat untuk pulang dan bisa sampai di rumah dengan selamat. Dalam perjalanan aku berpikir

“Apakah Kak Jerry sudah bosan?” kata ku.

Memang hubungan ku dengan Kak Jerry sudah cukup lama dan berjalan dengan begitu-begitu saja. Bahkan kenangan yang kami buat hanya sedikit tidak ada yang begitu membekas. Aku benar-benar lelah dan langit tiba-tiba mendung menandakan akan terjadi hujan deras seakan dapat merasakan apa yang aku rasakan hari ini cerah dan tiba-tiba gelap. Tidak lama aku segera sampai di rumah dengan sedikit basah karena hujan sudah menguyur walau tidak deras. Aku segera masuk ke kamar setelah menyapa Mama dan mencuci tangan dan kaki ku. Menuju jendela dengan langkah yang tidak bersemangat, menyentuh daun pintu jendela yang ku buka dengan pelan. Dengan alunan musik yang lembuat dan menyayat hati bahkan bisa dikatakan Sad Songs Aku menyentuh pinggiran jendela merasakan angin yang di sertai rintik hujan masuk, menundukkan kepala ku.

Air mata itu menetes melalui pipi ku mengalir deras di dukung dengan hujan yang lama-lama semakin deras, meninggalkan ku dengan sejuta harapan untuk membuat keadaan baik-baik saja. Aku pun segera menangis bebarengan dengan hujan yang begitu deras, berharap tidak ada yang mendengar, tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihatnya. Hingga aku terduduk, menundukkan kepala ku, ku pegang wajah ku agar tetap tegak namun apa daya angin membuat ku lemah dan akhirnya menyerah ku biarkan diri ku menangis, hingga aku lelah dan tertidur dengan jendela terbuka.

“Aku mohon berhentilah hati, berhentilah untuk merasakan sakit dan kesepian ini,” kata ku sambil memejamkan mata dan mulai tertidur.

Aku pun terbangun dan melihat langit sudah gelap bahkan aku masih memakai seragam sekolah. Aku segera turun dan mandi, Mama dan yang lain untungnya tidak menanyaiku kenapa aku terlambat untuk makan malam. Setelah selesai Papa menyuruh kami untuk segera kembali ke kamar karena udara semakin dingin dengan hujan yang masih deras. Akupun naik dengan langkah yang lemas, masih tidak bersemangat dan ingin merebahkan diri tanpa menghiraukan apa yang ada di sekitar ku.

Aku melihat hp dan ternyata ada notifikasi dari Kak Jerry menanyakan aku dimana? Dan kenapa tidak membalas pesannya? Aku pun segera membalas dengan permintaan maaf ku pada Kak Jerry. Tidak hanya itu hal yang mengejutkan adalah pesan dari Alex yang mengatakan bahwa Dia menyukai ku. Aku pun terkejut bahkan tidak bisa mengatakan apapun, aku berdiri sambil menatap hp ku yang berisikan pesan dari Alex dan merenungkannya sebelum membalas. Bahkan aku bingung akan mengatakan apa, karena ternyata aku juga menyukainya. Akupun menbalas pesan dari Alex dengan jawaban,

 “Aah . . ., jangan bercanda,” kata ku.

Tidak lama Alex pun membalas dengan kalimat,

“Aku enggak bercanda sih Han,” jawab Alex.

 Aku pun membalas pesannya dengan kalimat,

“Wah . . . masa sih,” balas ku lagi.

Aku tidak bisa berpikir, bahkan hati ku sesak dan ingin berteriak rasanya malam itu, entah apa yang aku rasakan apakah aku harus bahagia atau aku harus sedih melihat pesan dari Alex malam itu. Sampai aku tidak bisa membalas apa yang di kata kan Alex dan mungkin dia tidak akan pernah tahu. Akupun menuju jendela untuk merasakan angin malam itu, seandainya aku dapat mengutarakan jika aku sangat bahagia bisa satu kelompok dengannya. Bahkan sebelum itu aku berdoa semoga aku satu kelompok dengannya dan kenyataan benar-benar berpihak pada ku. Malam itu dingin sekali bahkan aku memberanikan diri untuk tetap menatap langit dan mengharapkan

“Semoga dia tahu aku juga menyukai nya, bahkan lebih dari itu aku menyukai hari-hari saat bersamanya,” kata ku sambil menutup jendela.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
654      305     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Gray November
2394      926     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
935      485     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
When Magenta Write Their Destiny
3448      1128     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Rewrite
5960      2106     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Hello, Kapten!
928      483     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Dunia Alen
3089      1051     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Aku Istri Rahasia Suamiku
7444      1850     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1368      664     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."