Pagi pun tiba aku bangun terlalu pagi saat itu dan membuka jendela ku, karena waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi dan langit masih terlihat gelap di sebelah kanan. Angin begitu dingin masih dapat ku lihat bintang yang masih menghiasi langit. Sedangkan surya sudah memunculkan secercah cahaya yang terlihat dari langit sebelah kiri. Wah, matahari pun semangat untuk menjalani hari ini dan setidaknya aku juga harus semangat, wahhh semangat Han, Kata ku dalam hati dan sambil tersenyum.
Aku pun masih menikmati pemandangan pagi itu melalui jendela rumah dan turun untuk mandi setelah waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Setelah itu aku segera naik memakai seragam, mengambil tas dan segera turun untuk sarapan. Akupun segera menyelesaikan sarapan ku dengan singkat karena waktu sudah menunjukkan pukul 6.30. Dalam perjalanan menuju ke sekolah aku melihat pemandangan yang begitu indah bahkan langit cerah di hiasi beberapa awan kecil. Aku berharap hari ini juga sama dengan langit cerah, bersemangat dan hangat. Akupun segera melaju untuk sampai dengan cepat ke sekolah. Sesampainya di parkiran ternyata masih ada Mila dan Yuna yang duduk di atas motor.
“Hanna . . .,” kata Mila dengan raut wajah bersemangat dan gembira.
“Hai . . .,” jawab ku dengan senyuman.
Pagi itu aku benar-benar melupakan kejadian yang kemarin ketika aku melihat Kak Jerry dengan teman ceweknya, bahkan aku masih berpikir bahwa semua akan baik-baik saja. Aku pun melangkah dengan semangat dan ingin mengawali hari dengan gembira bersama teman-teman ku, serta melakukan hari ini dengan maksimal.
“Hann tahu enggak, kemarin gue tiba-tiba kepikiran tentang susu dan fanta yang biasanya kita buat,” kata Mila.
“Wahh . . . serius?” kata ku.
“Gue kok jadi pengen yaa, eemm kayaknya enak nih kalau kita merencanakan pesta di rumah Tya, yahh seperti biasa,” kata Yuna.
“Boleh juga tuh,” kata Mila.
Aku pun mendukung apa yang mereka rencanakan, setibanya di kelas Tya pun menyambut kami dengan senyuman ceria. Kami pun menjalani hari untuk pelajaran pertama dengan penuh semangat dan memperhatikan pelajaran dengan penuh antusias. Tidak hanya itu kami pun bertukar catatan untuk melengkapi catatan yang belum lengkap. Pelajaran di akhiri dengan mengerjakan tugas seperti biasanya dan akan di kumpulkan oleh Hugo selaku ketua kelas.
Setelah itu semua murid pun istirahat dan seperti biasanya aku menuju ke Koperasi bersama Mila, Yuna dan Tya. Akupun berjalan di belakang Yuna dan Tya serta bersebelahan dengan Mila. Dalam perjalanan Mila mengajakku membicarakan tentang pelajaran tadi, namun pandangan ku teralih saat aku melihat Alex berjalan dengan teman-temannya menuju Koperasi, tawanya bahkan dia sangat mudah untuk bergaul dengan siswa lain. Dia begitu ramah dan baik, bahkan sangat di segani siswa perempuan. Aku benar-benar kagum.
“Hann?” kata Mila sambil menepuk bahu ku.
“Hah, ya gimana Mil?” jawab ku kaget.
“Wahh, ni anak di ajak ngomong malah ngalamun,” kata Mila sedikit sebal.
“Sorry-sorry . . .,” kata ku merajuk.
“Lihatin apa sih?” kata Mila sambil menagamati sekitar.
“Enggak kok, gimana-gimana tadi?” kata ku sambil tersenyum melihat wajah Mila.
“Gue tahu, gue tahu, pasti nglihatin Alex kan yaa? Tuhh dia lagi jalan,” kata Mila sambil menunjukkan jarinya.
“Apa sih Mil?” kata ku sambil tersenyum kecil.
“Wahh, kenapa sih rame banget dah kalian?” kata Yuna.
“Iya nih, asik banget kayaknya,” kata Tya.
“Ini nih, Hanna nglihatin Alex sampai omongan gue enggak di tanggepin,” kata Mila dengan sebal.
“Mil pelanin dikit suara lo, ntar kedengeran,” kata ku sambil memegang bahu Mila.
“Ohhh, ntar juga ketemu di Koperasi Han sabar,” kata Yuna bercanda sambil tersenyum.
“Apasih?” kata ku sambil tersenyum.
Kami pun segera sampai di Koperasi dan membeli beberapa makanan dan minuman, karena tahu hari ini pelajaran Geografi yang akan menguras tenaga dengan melihat video, maka kami membeli roti dan beberapa jelly di Koperasi. Setelah keluar kami bertemu dengan Hugo dan Alex yang sedang menunggu Tian yang masih berada di dalam.
“Hai Mil, Yuna, Tya and Hanna,” kata Hugo menyapa.
“Yaaa . . .,” kata Mila melewati Hugo.
Yuna dan Tya hanya tersenyum, dan aku serasa waktu ingin ku hentikan, wajahnya melihat ku serasa ingin mengatakan sesuatu bahkan mata itu melihat ku seakan ingin menyapa dan memberitahu sesuatu pada ku. Aku hanya bisa tersenyum, ketika lewat di depannya.
“Hai, Hanna,” kata Alex dengan lembut dan pelan, aku terdiam dan menjawab hanya dengan senyuman.
Aku pun berjalan dan melihat Tya, Yuna dan Mila yang tersenyum pada ku. Dalam perjalanan aku berpikir tentang apa yang terjadi bahkan mungkin aku benar-benar menyukainya. Ini benar-benar bahaya, sadar Hann, sadar, kata ku dalam hati sambil menghela nafas.
Istirahat pun usai dan semua murid segera masuk ke kelas masing-masing, pelejaran pun di mulai oleh Pak Eko selaku Guru Geografi menyuruh kami untuk membawa kursi mengitari bagian ruang belakang kelas karena monitor membutuhkan layar besar untuk dapat melihat video.
“Baik anak-anak, mari kita mulai melihat Videonya ya?” kata Pak Eko sambil memeriksa laptop yang ada di meja Guru sembari para murid segera mempersiapkan diri mereka.
Kami semua sangat antusias untuk melihat video tentang pergeseran lempeng bumi, ada beberapa anak yang memindahkan kursi mereka agar lebih dekat, bahkan Tya dan Yuna berada persis di depan tembok dan Mila sedikit lebih kedepan dari tempat dudukku. Tidak hanya itu semua siswa merapatkan diri mereka bahkan ada yang 1 kursi untuk berdua dan ada yang duduk di bawah. Tiba-tiba seseorang menggeser kursi dan duduk di dekatku, bahkan suara Hugo terdengar jelas.
“Ciee lah . . .,” katanya sambil duduk di dekat Alex. Alex pun hanya tersenyum sambil mengarahkan wajah nya kedepan untuk segera memperhatikan video.
Akupun terkejut sembari melihat Alex memindahkan kursi yang di balikknya dengan sandaran di depan sambil membawa buku dan bolpoin untuk mencatat sesuatu yang penting. Videopun di mulai dengan beberapa suara dan gambar yang memperlihatkan pergeseran lempeng Bumi. Pak Eko pun menjelaskan ketika ada bagian-bagian yang penting dalam video, tidak hanya itu beberapa siswa juga ada yang bercanda saat melihat video membuat suasana menjadi semakin asik.
Suara itu mengalihkan pandangan ku, bahkan untuk memperhatikannya sesekali akan ku lakukan. Mungkin aku sudah tidak bisa melarang perasaan ku untuk tidak menyukainya, namun apa daya aku benar-benar tergoda. Sorot mata yang begitu fokus dan terkandang beralih menjadi canda. Aku benar-benar tidak tahu jika suatu hari nanti aku sudah tidak bisa menahannya, apakah semua akan benar-benar menjadi milikku. Serasa waktu terhenti aku melihatnya dari dekat, bahkan perlakuannya terhadapku begitu ramah dan baik.
Aku benar –benar tidak tahu harus bagaimana? Ini sudah berbahaya dan jika ini racun ini adalah racun yang mematikan hingga rasa ini tidak bisa di hentikan. Waktu yang menciptakan moment ini dan akhirnya aku kalah dan jatuh pada dirimu. Alex, mungkin aku benar-benar bisa menyukaimu jika kamu selalu baik pada ku. Tiba-tiba mata itu memandang ku yang membuat ku tidak bisa menatapnya begitu saja, karena aku hampir-hampir sesak nafas dan jatung ku berdebar. Aku seperti tidak bisa berlari lagi dan sungguh aku menyukaimu.
Lamunan ku pun beralih ketika suara Pak Eko datang melalui telingaku, aku pun tersenyum puas ketika aku bisa memandangnya sedikit lebih lama yang dimana aku tahu Alex masih memutarkan wajahnya ke samping sembari melihat ku dan ketika aku beralih dia kembali fokus untuk mendengarkan penjelasan Pak Eko.
Hugo yang sedikit melihatnya pun tertawa pelan dan Mila yang mendengarnya pun memutar badannya dan melihat ku sambil tersenyum karena dia tahu Alex duduk di sebelahku karena Mila tidak menyadarinya karena terlalu fokus dengan video dan penjelasan Pak Eko. Tidak lama kemudian waktupun berakhir yang dimana Pak Eko memberikan tugas untuk merangkum pelajaran dari video tadi. Setelah itu aku pun segera menuju tempat duduk ku dengan memegang kursi yang tadi ku gunakan untuk duduk. Tiba-tiba kursiku begitu berat, karena Alex memegangi badan kursi yang ku pegang dan berkata.
“Mau kemana?” kata Alex pelan.
“Ya balik, kan udah selesai,” kata ku.
Alex pun hanya tersenyum dan bergegas beranjak. Kadang aku heran kenapa waktu dan keadaan sangat tepat, seakan mendukung moment-moment yang terjadi. Bahkan semua siswa seakan menganggap kejadian itu tidak ada dan hanya membiarkannya karena mereka juga terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.
“Eehhemm . . .,” kata Mila pelan.
“Apasih Mil?” kata ku sambil membereskan buku.
“Hehe, enggak kok tapi mau ciee aja . . .,” kata Mila sambil tertawa.
“Apa sih?” kata ku sambil tersenyum.
Tiba-tiba Yuna dan Tya pun memutarkan tubuh mereka menghadap ke belakang.
“Heii, yang tadi duduk sebelahan,” kata Tya.
“Ciee lah . . .,” kata Yuna.
“Wahh . . . kalian nihh apaan sih,” kata ku.
“Ntar hilang lho, kalau enggak ngaku,” kata Yuna.
“Iya lhoo, sayang Alex lumayan tau,” kata Tya.
“Apa lumayan? lo buta ya . . .,” kata Mila sambil tertawa.
“Uppsss, salah nihh . . .,” kata Tya sambil tertawa menanggapi jawaban Mila.
“Udah-udah, kalian nih apaan sih ntar pada denger kalau kalian teriak-teriak gitu,” kata ku sambil tersenyum.
“Iya iyaaa, ciee lah ikut senang lah gue tuh, kalo lo bisa senyum-senyum gini,” kata Mila sambil merangkul bahu ku.
Pelajaran pun kembali di mulai dan memasuki jam terakhir dimana Mila mengajak ku untuk berdiskusi sebentar dengan Alex dan Hugo untuk pekerjaan Prakarya Minggu depan. Setelah semua siswa pulang kami pun berdiskusi sebentar karena Alex dan Hugo ada ekstra bola Voli di sekolah.
“Jadi gini, besok minggu depan kita bakalan udah jahit menjahitkan?” kata Mila sambil menunjukkan catatan kemarin.
“Ohh ya, benang nya kurang apa biar nanti gue beli sekalian setelah pulang dari ekstra sama Alex,” kata Hugo.
“Menurut gue tambah pink tua deh buat bunganya,” kata ku
“Oke . . .,” kata Hugo.
“Sama ini, tambah hijau tua juga kayaknya kemarin belum ke catat,” kata Alex.
“Oke, gue catat ya . . .,” kata Mila.
“Sama ini, nanti gue beli jarumnya 4 ya biar besok bisa kerja semua dan cepat selesai,” kata Hugo.
“Siap . . .,” kata Mila.
“Ya udah ya, ini udah mepet jam ekstra ntar di marahin Pak Alvin,” kata Alex.
“Okee . . .,” kata ku. Aku dan Mila pun segera pulang karena Yuna dan Tya sudah pulang duluan.
Dalam perjalanan menuju ke parkiran aku pun membicarakan Alex dengan Mila.
“Eemm . . . Han, lo tahu kan Alex enggak cuma baik sama lo doang? Dia juga baik sama Cantika dan beberapa anak di kelas kita,” Kata Mila.
“Yah, sepertinya begitu Mil? Enggak papa sih emang Alex orang nya baik kok,” kata ku sambil menatap ke depan.
“Iya tahu kalau Alex baik, tapi ya lo harus siap sih kalau misal Alex sama cewek lain, yah lo tahu kan maksud gue?” kata Mila.
“Iya Mil santai yaa, gue bakalan bentengin apapun itu toh juga gue masih ada Kak Jerry kan,” kata ku.
“Iya tahu, tapi ya lo harus bener-bener bisa tahu posisi dan keadaan, yahh kata nya masa-masa ini adalah masa yang paling indah jadi ya manfaatin waktu dan cari kebahagiaan yang banyak,” kata Mila sambil tersenyum.
“Iya Mil, pasti,” kata ku sambil tersnyum.
Kami pun segera pulang dan berpisah di seperempat jalan karena Mila harus fotocopy sesuatu titipan dari neneknya. Dalam perjalanan aku masih merenungkan apa yang di katakan Mila, akupun juga tidak bisa membohongi perasaan ku jika aku menyukai Alex. Aku sebenarnya ingin menyangkalnya namun,
“Aah tau aah, biarlah berjalan saja,” kata ku sambil melajukan cepat untuk sampai dirumah.
Setelah sampai aku segera ke kamar dan merebahkan diri setelah menyapa Mama dan berganti pakaian. Aku memerikasa Hp dan sudah ada notifikasi dari Kak Jerry yang memberikan kabar jika dia sudah berada di rumah. Akupun membalas pesannya dan kami pun berbalas pesan hingga sore, pesan berakhir ketika kami masing-masing harus mandi dan melakukan kegiatan setelah itu. Aku segera mengakhiri nya dengan kalimat.
Nanti lagi, pertanda ingin memberikan pesan setelah semua selesai di kerjakan.
Aku pun segera mandi dan membantu Mama menyiapkan makan, setelah itu aku mandi dan bersiap untuk makan malam. Kamipun makan malam setelah pukul 7 malam dan selesai setelah pukul 8 serta segera naik karena harus mengerjakan tugass masing-masing. Sesampainya aku di kamar notifikasi pesan pun bermunculan dan aku membalas mulai dari Kak Jerry dan menjadi prioritas untuk segera ku balas. Kemudian aku membalas pesan dari Alex dan kemudian membalas pesan dari teman-teman.
Terkadang aku bosan dengan pesan yang dikirim oleh Kak Jerry yang selalu menanyakan hal yang sama setiap hari, bahkan sampai tidak ada topik yang ingin dia bahas dengan ku. Rasanya aku benar-benar bosan, namun aneh jika pesan itu dari Alex serasa ada yang berbeda bermunculan dalam hati ku. Malam pun semakin malam, Kak Jerry berpamitan ingin segera tidur karena sudah jam 10 dan jika lebih dari itu dia tidak menjanjikan akan bisa membalasnya atau tidak, karena sudah melewati jam tidur nya dan pasti dia akan ketiduran dan keesokan harinya pasti akan minta maaf seperti biasanya.
Aku pun melanjutkan membalas pesan dari Alex yang di mana dia sangat berbeda, dia jauh lebih cuek dari pada di dunia nyata. Namun aku tidak memperdulikannya bahkan aku sudah di kuasai oleh cinta lain yang membuat ku buta akan akibat dan kenyataan yang akan aku alami nantinya. Tapi aku benar-benar tidak menghiraukannya aku berbalas pesan sampai pukul 11 malam dan kami mengakhiri pesan dengan mengucapkan
“Selamat malam dan mimpi indah,” ucap Alex.
Aku pun segera tidur dengan senyuman yang tersipu karena bahagianya serasa orang yang baru saja menemukan cinta.