Read More >>"> KataKu Dalam Hati Season 1 (Bab I - PIPI CERI DAN GAMBAR DAUN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KataKu Dalam Hati Season 1
MENU
About Us  

Keesokan harinya aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, bahkan aku sempat melihat beberapa tetangga rumah ku yang sudah melakukan kegiatan mereka pagi itu. Dengan angin yang sudah menjatuhkan beberapa daun dari pohonnya, aku memulai hari dengan bersiap-siap.

 “Buku sudah, tempat pensil, botol minum, oke . . ..” Bicara dengan diri sendiri.

Aku pun bergegas ke depan dan berpamitan pada Mama dan Papa, tapi ku sempatkan untuk memberi kabar kepada Kak Jerry, walaupun dia sudah memberikan beberapa pesan permintaan maafnya yang seperti biasa, karena selalu ketiduran. Namun aku selalu memakluminya bahkan selalu memaafkannya, entah kenapa aku selalu begitu. Pagi ini terasa dingin dan berembun, tidak lupa aku memutuskan mengenakan jaket dan berangkat.

Dalam perjalanan aku merasakan embun yang seaakan menusuk dalam tubuhku, bahkan jari-jari yang dimana aku tidak memakai sarung tangan karena lupa terasa mati rasa dan pagi itu benar-benar begitu dingin. Walau cahaya matahari sudah mulai menembus ke sela-sela pohon yang ada di sekeliling ku dan menunjukkan ke hangatannya, namun dingin ini masih begitu terasa. Aku pun terus melaju menembus dingin pagi ini, tiba-tiba ada suara klakson motor dibelakang ku dan itu ternyata Mila.

“Hanna . . .,” teriak Mila yang mengarahkan motornya ke samping.

“Yaaa, ada apa Mil?” jawab ku sambil membuka kaca helm.

“Gimana udah bikin PR?” tanya Mila.

“Sudah, Mil,” jawabku sembari tersenyum karena tahu dia akan meminjam buku ku sampai di sekolah.

“Okee,” jawab Mila dengan senyum ceria.

Tidak lama kemudian kami sampai di sekolah dan sudah melihat motor Tya yang bersisihan dengan motor Yuna. Aku pun segera mencari tempat parkir dan memarkirkan motor ku, namun tiba-tiba tangan dingin Mila memegang lengan ku memberikan isyarat untuk buru-buru ke kelas. Aku pun segera mengikuti Mila dan berjalan bersebelahan dengannya.

 “Hann, pinjam buku PR-nya dong yaa pliss, mau gue cocokin sama punya gue,” kata Mila merajuk.

“Oke, sebentar ya,” jawabku dengan santai.

 Kami pun berhenti di tengah jalan karena Mila sudah tidak sabar dan aku pun memutuskan untuk menanyakan hal kemarin malam dalam perjalanan menuju ke kelas.

“Eemm . . . Mila?” kata ku pelan dan ragu.

“Ya, ada apa Han?” jawab Mila.

“Gue mau tanya dong,” kata ku semakin ragu.

“Ya, tanya apa?” jawab Mila penasaran dengan mengarahkan mukanya ke arahku.

“Di kelas kita ada ya yang namanya Alex?” tanya ku dengan tak yakin.

“Ada, memang kenapa?” jawab Mila.

“Yang mana sih orangnya?” tanya ku.

“Dia itu duduk di meja barisan sebelah kiri persis sejajar dengaan guru dan duduk di meja nomor 2 dari belakang,” jawab Mila.

“Oh . . . oke,” jawab ku singkat karena sudah mendekati pintu kelas.

 Aku pun segera duduk, tidak lupa untuk menyapa Tya dan Yuna yang sudah siap untuk mengawali hari untuk pelajaraan pertama. Kelas pun di mulai dan sudah berjalan 20 menit yang dimana Guru masih menjelaskan tentang tugas yaang akan kami kerjakan. Tidak lama tugas di umumkan dan Guru pun keluar untuk pergi ke Kantor Guru untuk mengambil tugas berikutnya yang sudah beliau siapkan. Tiba-tiba Mila menepuk bahu ku dan berkata,

“Itu yang namanya Alex, dia yang duduk di sebelah Hugo,” kata Mila dengan menunjukkan tangannya ke arah meja Alex.

Aku pun memutar badan ku dan melihat ke arah yang di beritahukan Mila. Tiba-tiba Alex memutar tubuhnya dengan memegang telinganya yang memerah karena mungkin telinganya gatal karena kami sedang membicarakannya. Dengan mata yang tajam namun sayu, dengan hidung yang mancung dan rambut yang seperti di miliki kebanyakan cowok lainnya, walaupun tidak ikal dan tubuh yang sewajarnya di miliki kebanyakan cowok di kelas. Memutar badannya dan melihat ke arah meja ku seaakan dia merasakan sedang di bicarakan, dengan tiba-tiba Mila berteriak pelan.

 “Hai, Alex tanya in ke Hugo nomor 1 jawabannya apa?” kata Mila.

 Aku tahu dia benar-benar ingin mencari celah agar aku dapat lebih tahu Alex itu orangnnya yang mana. Alex pun mengiyakan dan menanyakan jawaban nomor 1 ke Hugo yang selaku ketua kelas di kelas 1B.

“Heii, Mil gue jawab dulu ntar gue kasih tahu jawabannya,” kata Hugo dengan berteriak pelan.

 “Okkeee . . .,” kata Mila bahagia.

Guru pun kembali dengan beberapa kertas yang sudah ada di tangan beliau, namun setelah kembali ke kelas beberapa menit dengan melihat semua murid sibuk dengan tugas yang mereka kerjakan. Beliau pun kembali keluar kelas dan akan kembali 10 menit sebelum jam pelajaran selesai sekaligus akan membagikan soal untuk di jadikan PR. Tidak lama kemudian Hugo pun mendekati meja setelah Guru memutuskan untuk keluar kelas dan setelah dia menyelesaikan jawabannya.

Hugo juga memberikan sedikit penjelasan karena Hugo termasuk orang yang pintar dan baik dengan mau berbagi ilmu yang dia dapat. Tidak hanya itu penjelasan Hugo menarik semua murid untuk mendengar tentang jawaban beberapa nomor yang mereka tidak mengerti, sekaligus di perhatikan oleh Mila, Tya dan Yuna yang memutar tubuh mereka. Tidak hanya itu tiba-tiba Alex muncul di samping ku, karena sisi sebelah yang di tempati Hugo sudah di penuhi murid lain.

Aku pun mengarahkan muka ku dengan sedikit terkejut melihat Alex tiba-tiba muncul dan sangat dekat dengan posisi duduk ku. Alex pun mengambil kursi duduk siswa lain dan bergabung dengan kami untuk mendengarkan penjelasan Hugo. Aku pun melihatnya, ini benar-benar dekat dan mata itu yang tiba-tiba melihat ke arah ku yang aku pun tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dia lakukan. Seaakan waktu berhenti beberapa detik, bahkan rasanya tidak terdengar suara penjelasan dari Hugo yang dari tadi berbicara tiada henti karena pertanyaan dari anak-anak lain dan membuat ku seolah menjadi tuli. Alex pun tersenyum yang melihat pipi ku memerah tanpa dapat ku prediksi dan berbisik pelan.

“Hei, pipi lo merah tuh kayak buah ceri,” kata Alex dengan pelan dan hati-hati seaakan tidak mau murid lain tahu dan di akhiri dengan senyuman serta mengarahkan wajahnya kembali ke arah Hugo yang sedang menjelaskan.

Aku pun terkejut dan memegangi pipi ku serta memutar tubuh ku kembali ke arah Hugo, namun Alex dengan pintar berkata pada Hugo yang sudah menjelaskan panjang lebar untuk mengulangi dari bagian tengah, karena dia tidak bisa mencernanya. Dengan sabar Hugo pun menjelaskan nya kembali. Aku benar-benar malu dan melihat ke arah Mila yang membuat ku terkejut karena dia tertawa kecil, karena mungkin tahu apa yang terjadi. dengan cepat waktu pun berlalu yang mana semua murid kembali ke tempat duduk nya dan menantikan jam istirhat.

“Eeehemm . . .,” kata Mila yang membuat Tya dan Yuna sampai memutarkan badannya.

“Ada apa nih?” kata Tya.

“Eeemmm hemm. . .,” kata Mila dengan senyuman kecil dan sedikit meledek.

“Ada apa sih?” kata Yuna penasaran.

“Apa sih Mil, lo kenapa?” kata ku pura-pura tidak tahu.

“Wah anak ini enggak mau ngaku,” kata Mila mengarah kan wajahnya pada ku.

“Ada apa Han?” kata Yuna merajuk seolah ingin tahu.

“Wahh apa sih enggak ada apa-apa,” kata ku buru-buru keluar, karena jam istirahat sudah berdenting.

Aku pun berjalan sendiri di depan dengan Yuna, Mila serta Tya di belakang dan Mila pun memberitahu mereka, karena benar-benar di antara kami tidak ada rahasia yang dapat ditutupi dan bertahan lama, pasti mereka tahu dan mengerti masalah satu dengan yang lain apalagi tentang Cinta.

Kamipun segera sampai di Koperasi untuk membeli minum dan beberapa permen, tiba-tiba kami berpapasaan dengan Hugo dan Exel, tidak lama tiba-tiba Alex pun muncul yang tertawa sambil menyapa Cintia siswa kelas 1C. Mila pun melihat ku seaakan memastikan apakah aku baik-baik saja, dan aku pun mengalihkan pandangan dengan menyapa Hugo dan Exel. Akupun terdiam ketika mata itu mendekat dan menyapa ku dengan lembut seaakan ingin menjaga sesuatu di sekitarnya. Mila pun mendekat di ikuti Yuna dan Tya.

“Nanti kita bicara deh tapi beli minum dan makanan kecil dulu, lo mau beli permen kan ya?” kata Yuna seakan ada hal penting yang akan di sampaikan.

Kami pun segera masuk ke koperasi dan membeli apa yang sudah di rencanakan. Setelah keluar dari koperasi kami pun langsung naik dan menuju ke kelas, Yuna dan Tya seperti biasa memutarkan badan mereka dan memulai pembicaraan yang sudah di rencanakan akan di bahas setelah dari koperasi.

“Eemm ada kabar sih Han, kalau Alex itu suka dekat dengan cewek, yah entah ya dekatnya gimana tapi ya gitu deh. Bisa di bilang dia itu Play Boy,” kata Yuna.

“Iya sih gue juga dengar-dengar begitu Han,” kata Tya.

“Emm gini deh ya lo kan udah punya Kak Jerry juga jadi hati-hati aja, kita bakalan dukung sih apapun itu,” kata Mila tegas.

“Wahh kalian nih enggak ya, santai deh santai, enggak bakalan,” kata ku.

Kelas pun di mulai untuk pelajaran kedua, setelah pembicaraan yang serius tentang Alex. Pak Toni pun masuk selaku Guru Seni Budaya dan memulai pelajaran dengan materi pertama.

 “Selamat siang anak-anak untuk materi hari ini kalian akan menggambar tumbuhan ya, apapun tumbuhannya yang penting masih ada di sekitar sekolah. Waktu kalian 2 jam ya dan silahkan di mulai,” kata Pak Toni dengan cepat.

Semua murid pun segera keluar dan kami memutuskan untuk pergi ke kamar mandi atas yang dimana ada bak penampungan Air dan di situ ada tanaman terong. Kami berempat pun memutuskan untuk menggambar daun terong yang berada di dekat Bak penampungan air. Bak penampungan air berada diatas dengan empat penyaangga dan penyangga tersebut dapat di jadikan tempat duduk oleh murid-murid, dan akhirnya kami berempat duduk di semua sisi Bak penampungan air itu.

Tidak hanya itu murid lain juga ikut menuju ke belakang dekat kamar mandi sekolah dan mencari beberapa tumbuhan di sekitarnya termasuk Hugo dan teman-temannya. Tiba-tiba Hugo menghampiri Mila dan duduk di samping Mila yang berdekatan dengan Tya tidak hanya itu tiba-tiba Alex duduk di sebelah kanan Yuna yang dimana berdekatan dengan tumbuhan terong yang sedang ku gambar. Dengan pelan Alex berkata,

 “Gambar apa Han?” kata Alex pelan.

“Oh, ini gue lagi gambar daun,” jawab ku pelan.

Alex dan Hugo juga ikutan menggambar tananam terong tersebut yang akhirnya membuat kami saling meminjam kan penghapus satu dengan yang lain.  Cuaca begitu mendukung, bahkan angin sepoy-sepoy membuat keadaan semakin sejuk. Ini benar-benar tidak baik, bahkan aku tahu aku sudah memiliki Kak Jerry dan dia juga bersekolah di sini. Aku benar-benar harus menjaga jangan sampai jatuh,

“Hanna . . ..” Suara itu yang tiba-tiba terdengar pelan karena aku berusaha fokus.

Aku pun mengangkat wajah ku dan mengarahkannya ke arah suara Alex yang dari tadi melihat ku menggambar dan tersenyum sambil berkata,

 “Hanna, pinjam penghapus dong,” kata Alex santai.

“Oh, yaya ini . . .,” kata ku segera memberikan penghapus ke Alex.

 Aku sempat berpikir sejenak tentang yang dikatakan Yuna dan Tya di kelas tadi, Apakah benar Alex suka main-main dengan cewek? Pertanyaan itu sangat ingin ku tepis dan tak ku hiraukan, bahkan aku berpikir kenapa harus memikirkan Alex? Aahh sial . . ., kata ku dalam hati sambil sesekali melihat Alex menggambar di depan ku.

Kemudian suara itu membuyarkan pikiran ku,

 “Hann, balik ke kelas yuk. Tya sama Yuna udah duluan,” kata Mila yang sudah berdiri.

“Oke,” kata ku segera beranjak dan tidak menyadari jika waktu sudah hampir habis.

“Hann, penghapus mu!” kata Alex sambil mengulurkan tangannya.

“Oh, ya,” kata ku sambil mengulurkan tangan ku untuk mengambil penghapus.

“Mill, bareng aja,” kata Hugo.

“Oke,” kata Mila menyetujui permintaan Hugo.

 Kami pun segera menuju ke kelas yang dimana Mila berjalan bersisihan dengan Hugo dan aku dengan Alex. Saat itu sudah banyak anak-anak yang keluar karena jam istirahat ke dua akan segera di mulai. Banyak sekali anak-anak yang sudah duduk di depan bahkan melihat kami berjalan berdampingan yang juga membuat ku semakin tak menentu, karena sesekali Alex bercanda dengan siswi kelas lain dan kembali ke posisi untuk berjalan tetap di samping ku hingga sampai di kelas. Melihat kami berjalan berdampingan membuat wajah Tya dan Yuna sedikit tidak suka, namun setelah kami duduk mereka bahkan meledek ku habis-habisan.

Entah lah aku benar-benar tidak yakin dengan hati ini yang benar-benar seakan mudah untuk jatuh cinta, bahkan menjatuhkan hati pada orang yang baru, walaupun sudah memiliki seseorang yang harus di jaga namun ini benar-benar bahaya. Tapi semua hal yang terjadi di luar dugaan untuk kejadian-kejadian yang akan membuat aku semakin goyah, hingga seperti takdir yang akan segera memangsa ku dan membuat ku terperdaya, bahkan hingga mungkin aku akan jatuh dan tak bisa apa-apa.

Setelah semua kejadian yang terjadi keadaan menjadi baik-baik saja, kelas pun berakhir dan semua murid pun menuju parkiran untuk pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalan setelah sedikit mengobrol dengan Tya dan Yuna di parkiran, namun aku masih berada di parkiran dengan Mila dan bertanya,

 “Oh ya Mil, dari mana ya Alex tahu nomor telpon gue?” kata ku dengan pelan sambil memasang helm.

“Eemm . . .. bisa jadi waktu Bu Laila meminta nomor kita untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu hal yang penting Han,” kata Mila sambil menghidupkan motornya.

“Oh, ya bisa jadi Mil,” jawab ku.

“Ya, sudah pulang yuk,” kata Mila.

“Oke . . .,” jawab ku. 

Aku pun pulang dengan speed pelan dan menikmati udara yang hampir sore itu. Langit begitu cerah, awan yang putih, bahkan tak sedikit burung yang melintas. Tidak hanya itu aku juga menikmati setiap pemandangan sawah yang membentang, dikelilingi pohon jati dan medan jalan yang naik, berkelok dan turun seaakan pulang pergi ke sekolah harus melalui berbagai rintangan. Namun hari itu aku benar-benar tidak dapat memastikan perasaan ku.

Dalam perjalanan sesekali memikirkan kejadian tadi, sambil merasakan angin yang berhembus, namun aku segera tersadar dan kembali fokus ke perjalanan. Tidak lama akupun sampai di rumah, aku segera memarkirkan motor, membuka pintu, melepaskan sepatu, masuk ke ruang tamu dan di sambut oleh Mama dan Papa. Setelah itu aku mencuci tangan dan ganti baju kemudian makan. Aku percepat aktivitas ku agar aku masuk ke kamar dan merebahkan diri. Menatap langit-langit kamar ku dan melamunkan hal yang membuat ku goyah.

Tiba-tiba ponsel yang ku letakkan di samping ku bergetar dan itu notifikasi pesan dari Kak Jerry yang mengabari bahwa dia pulang terlambat karena ada Ekskul dan rapat Osis. Aku pun membalas dengan balasan,

“Oke, semangat dan hati-hati jika pulang.” Balas ku.

 Aku pun berkata dalam hati ku jika akan membosankan untuk nanti malam karena pasti Kak Jerry akan lelah dan ketiduran seperti biasa. Aku bangun dan membuka jendela, sembari mempersilahkan angin untuk masuk ke dalam, melihat langit sore dan memandang sekeliling karena ada sedikit awan mendung yang akan menjadi lebih meluas, bahkan mengisyaratkan akan terjadi hujan dan dingin untuk nanti malam.

Aku pun turun ke ruang Tv untuk menunggu giliran mandi, karena aku berada di urutan ke 3 setelah Kakak dan Adik ku. Sore pun usai dan berganti menjadi malam dan prediksi ku benar bahwa hujan akan mengiringi makan malam kami. Namun malam itu benar-benar hangat, karena Mama memasak sup ayam dan minum jahe hangat. Tidak berselang lama karena udara semakin dingin kami masing-masing pun kembali ke kamar, aku pun memutuskan untuk memeriksa apakah ada tugas untuk besok dan memerikasa apakah ada pesan dari siapapun, namun ternyata tidak bahkan Kak Jerry tidak memberikan kabar dan tidak ada pesan penting.

Tiba-tiba ketika hp masih ku pegang notifikasi pesan pun berbunyi dan itu dari Alex dengan kalimat,

 “Selamat Malam,” kata Alex.

Yang membuat jantung ku terasa tidak nyaman, bahkan aku berpikir sepertinya ada yang salah dengan diri ku. Aku pun membalas dengan kalimat yang sama, setelah itu aku pun berbalas pesan dengan Alex. Entah menanyakan sedang apa? Sudah makan? Dan sedang berada dimana? Hanya hal-hal singkat, aku berbalas pesan dengan Alex hingga pukul 11 malam karena kami sama-sama belum ingin tidur. Pesan pun di akhiri dengan kalimat saling mengucapkan selamat malam dan mimpi indah. Dalam hati ku berkata, Setidaknya malam ini aku tidak merasa kesepian, karena Kak Jerry tidak memberikan aku kabar sama sekali.

Namun aku berpikir dengan dalam sambil menatap langit-langit kamar,

“Salah kah aku jika aku . . .,” kata ku dengan diri ku sendiri yang berhenti karena tersadar bahwa aku hampir gila, karena perasaan yang ku bangun sendiri.

 “Siall . . .,” kata ku sambil membenamkan wajah ku ke bantal. Aku pun segera tidur dan menyadarkan diri, karena besok harus bangun pagi dan menyiapkan tenaga untuk kejadian yang tidak terduga lagi.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
AKSARA
3536      1452     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Luka atau bahagia?
2594      843     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
Konspirasi Asa
2024      641     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
Aku Benci Hujan
4040      1136     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Selepas patah
107      88     0     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
4445      1912     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Play Me Your Love Song
2448      1026     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Dunia Alen
2741      969     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Let's See!!
1201      574     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Jelita's Brownies
2385      1037     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...