ya, silahkan.”Aku pun mempersilahkan dia untuk duduk denganku, “terima kasih, dan kalo tidak salah kamu yang 2 hari lalu membantuku mengumpulkan berkaskan ?” Aku pun teringat hal tersebut dan berusaha untuk tidak panik, “ya kemarin itu aku dan kita belum sempat kenalan, namaku I Putu Arion Baskara,”Dia lalu terlihat sedikit terkejut dan tersenyum ke arahku.“ yaa, aku Freyadiana Anindita”Aku pun tersenyum dan mulai mengingat semua hal yang diajarkan oleh Wawan “tadi pertanyaanmu keren banget, aku saja sampai deg-degan saat mendengarmu bertanya”, “benarkah ?, aku tadi cukup panik juga saat bu dok tidak dapat menjawab pertanyaanku tapi tidak kusangka dia mau menjawabnya dengan jawabnya yang sangat bagus.”
Aku cukup tertarik dengan apa isi kepalanya hingga berani menanyai hal tersebut, Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan padanya dan memulai rencanaku, “Kamu orangnya cukup kritis ya, kenapa masuk kedalam fakultas kedoktertan”, di terlihat tertawa saat Aku menyanyakan hal tersebut. “ Orang tuaku sangat ingin aku masuk kedalam kedokteran ditambah aku juga tertarik dengan pekerjaan forensik yang berbau kriminal dan detetif gitu sih, kalo kamu kenapa terjebak disini ?”, “sama Aku juga menjalankan amanah orang tuaku, ditambah aku lumayan menguasi bidang ini jadinya aku cukup setuju untuk terjun di sini.”
Diana terlihat cukup tertarik denganku terlihat dari matanya yang seakan seperti berusaha membuat terus mengeluarkan isi kepalaku. “tapi aneh tidak sih mengapa kita harus dipaksa pintar untuk masuk kedalam sini, bukannya pendidikan untuk semua orang yang membutuhkan ya ?” Aku pun terdiam sejenak saat dia menanyaiku hal tersebut, Aku mulai memutar otak untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan kesan yang baik, “ menurutku semua itu pasti ada jalannya, kadang seseorang tidak dapat menanggung atau tidak mampu untuk berada dan tinggal dalam suatu kondisi yang mereka inginkan.” Diana terlihat cukup bingung dengan jawabanku, “maksudnya ?”, “ misalkan ada seseorang mahasiswa yang ingin masuk kedalam suatu universitas bergengsi, dan setelah dia masuk sana ternyata dia tak mampu untuk bersaing ataupun menanggung beban yang sangat berat hingga itu membuat dirinya tersiksa, makanya untuk poinku adalah sebenarnya sekolah atau tenaga pendidikan bukan mencari siswa yang pintar, tetapi mereka mencari siswa yang memiliki keinginan besar untuk dapat hidup dan bertahan dari siklus tersebut dengan cara menguji mereka melalui kepintaran mereka.”
Jawabanku membuat Diana terdiam dan menatapku seakan mmenemukan jawaban yang ia cari selama ini, hingga jam istirahat telah habis dan kami dikumpulkan lagi kedalam gedung. Aku dan Diana lalu mulai menyiapkan diri untuk menuju gedung tersebut dan membawa botol air untuk melanjutkan sesi ospek, Aku pun mulai memeriksa ponselku saat ditengah sesi materi dan muncul sebuah pesan dari seseorang anonim, “ halo ini Arionkan ?, aku Diana yang tadi makan bersamamu.” Aku pun tidak menyadari bahwa bibirku mulai melebar dan tersenyum ke arah ponsel, “ ya betul, panggil Aku Ari saja”, “ ya Ari maaf tadi aku tidak bisa melanjutkan perbincangan kita, bagaimana jika kita lanjutkan nanti sore apakah keberatan ?”, Aku langsung bersemangat seakan tidak percaya rencana ku berhasil untuk mendapatkan nomer dari Diana, rasanya Aku ingin berteriak dan menari-nari atas keberhasilanku ini.
Hanya saja Aku pun mulai bingung bagaiman Diana mendapatkan nomor ponselku, “ya kita bisa lanjut nanti, dan lalu aku mau bertanya darimana kau mendapatkan nomorku ?”, “Ari, kita kan satu gugus jadinya aku tau nomor ponselmu.” Aku langsung menyadari ternyata aku satu gugus dengan Diana, mengapa aku bisa tidak menyadarinya padahal aku sudah membaca daftar gugus 2 kali hari ini. “ baiklah Diana nanti kita sambung lagi ya.” Aku pun menutup percakapan sambil menahan senyum saat mengingat percakapanku tadi denganya, Aku pun mulai fokus mendengarkan sesi materi dan games yang akan dimainkan dengan sesama gugus, Aku pun tak sabar untuk berbincang dan mulai mengenal lebih jauh tentang Diana, Aku pun menoleh ke arah Diana yang ternyata menatap ke arahku juga. Aku yang kaget langung memalingkan wajah sambil menahan senyum, akankah rencanaku dapat berjalan lebih jauh lagi.
Kami pun disuruh untuk mencai gugus kami masing-masing dan orang yang pertama kali kucari adalah Diana, “ Diana, kita satu guguskan ?, apakah kau paham dengan game yang dijelaskan tadi”, “ ya aku paham, santai ini cukup mudah.” Gugus kami pun sudah lengkap dan mulai memainkan permainan tebak gambar dari panitia, terlihat Diana sangat mudah dalam menjawab pertanyaan tebak gambar yang diberikan. Oleh karenanya kami berhasil memenangkan permainan dan memperoleh juara 1, Aku juga mendapatkan teman baru dari gugusku dan mereka lumayan asik untuk diajak cerita. Acara pun ditutup dengan permainan tersebut dan kakak pebimbing menutup ospek hari kedua yang sangat menyenangkan, Aku pun keluar dari gedung dan mencari Diana.
Brukkk, Aku tidak sengaja menabrak seseorang siswi yang ternyata mahasiswi yang aku salah masuk mobilnya, “ kamu kan yang kemarin salah masuk mobilkan”, “ waduhh, maaf aku waktu itu salah liat mobil dan kamu tidak apa-apa ?”, Aku merasa malu saat mengingat hal yang terjadi kemarin dan tawa Wawan masih terngingiang-ngiang dikepalaku, “ iya tidak apa-apa, dan kenalin aku Dinda Maheswari Sastrawan.” Dia lalu mengangkat tangannya untuk berjaba tangan dengaku, “ Aku I Putu Arion Baskara, salam kenal”, Dinda lalu menjaba tanganku dan mulai bertanya mengenai diriku “ i Putu ?, kamu orang Bali ?”, “ ya, saya dari Bali dan anda pasti orang yang terkenal” Dinda terlihat cukup bingung dengan pernyataanku, “ kenapa bisa begitu ?”, “ ya soalnya namamu banyak banget jadi lagu, bahkan kalo kamu marah pasti di nanyikan lagu jangan marah-marah” Dinda lalu terlihat cukup datar dan membuatku kesan aneh padaku seakan berkata dimana lucunya, tetapi Dinda mulai tersenyum dan tertawa sedikit, “lalucon bagus tapi nanti tolong dielaborasikan lagi ya.” Aku pun tersenyum sambil melihat wajahnya yang tersenyum puas. “kau punya nomor ponsel, mungkin nanti kau bisa memberikanku banyak lalucon yang lebih lucu lagi”, “baiklah.” Aku pun memberikannya nomorku dan langsung muncul kontaknya di ponselku “nanti malam jangan lupa siapkan lalucon yang lebih lucu ya manis”.
P mabar
Comment on chapter the most beautiful present