Read More >>"> Jelita's Brownies (Chapter 8) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelita's Brownies
MENU
About Us  

     “Rasanya ingin kubakar semua revisi dokumen ini?” Mbak Yani menggerutu. Ia melemparkan dokumen-dokumen di atas mejanya. 
    Aku mengerutkan keningku saat sedang memfotokopi faktur pajak di lantai dua. 
    “Astaga.. Kenapa lagi mbak?” Kataku mendekatinya. 
    “Biasa, nenek sihiiiirrr…..” ketusnya. Ia mengomel sambil mencoret-coret dokumennya. 
    “Namanya juga Grand Manager Mbak….” Rianti nyengir, seolah tak merasakan kekesalan Mbak Yani. 
    Rianti pasti sudah tahu itu kelakuan tantenya. Aku hanya melongok melihat kelakuan Rianti. Bagiku dunia kerja dan dunia keluarga pasti terlihat berbeda. Hanya saja Rianti seolah menjadi anak emas di Kantor ini atau dia mungkin belum ada masalah di Kantor ini. Maklumlah kami berdua baru kerja seminggu.
    Mbak Yani lulusan ITB tekhnik Fisika, mana mungkin dia keliru mengerjakan semua tugasnya.  Aku menatap Pak Rahman yang duduk di pinggir meja Mbak Yani. Dia hanya mengangkat bahu, seolah tak peduli dengan masalah rekan kerjanya itu. 
    Rianti hanya cengengesan, ia tak mau ambil pusing tak peduli dengan Mbak Yani. Sebagai seorang Staff Purchasing, Mbak Yani harus bisa mengatur keuangan untuk membeli barang yang dibutuhkan Kantor. Rianti sebagai Staff Admin lebih santai bekerja dibandingkan Mbak Yani. Namun kali ini aku yakin, semua orang di Kantor ini belum tahu jika Rianti adalah keponakan Miss. Laura. Akh, aku tidak peduli! Aku hanya karyawan baru! Aku tak mau mengadu dombakan Mbak Yani dan Rianti.
    Telpon di sudut meja berbunyi. Siapa lagi yang menelepon antara Security atau Rudi. Rianti melirikku, sudah satu minggu sikap angkuhnya itu selalu tampil gagah berani di depan karyawan
    “Ada tamu Litaaaa…..” Rianti menutup telpon. 
    Dengan semangat, aku turun dari lantai dua. 
    Aku mengecek invoice tagihan kantor berkali-kali. Tanda terima kucap dan kutandatangani serapih mungkin. Lengkap sudah. Kurir supplier kantorku hanya bisa tersenyum saat aku sudah menyelesaikan invoice tanda terima yang ia minta.
    “Udah beres?” Tanya Rudi yang tiba-tiba muncul dari belakang 
    “Sudah….,” jawabku pelan. 
    “Enak ya jadi Receptionist. Habis ini santai deh. Saya tahu kamu sudah santai.”
    “Hmmm… ya beginilah…,” jawabku santai. Aku mengarsipkan tumpukan invoice dan mencatatnya di buku. 
    “’Tapi disini karyawan nggak terlalu betah Mbak? Receptionist kemarin hanya dua bulan.”
    “Maksudnya….?” Kataku dengan napas tertahan. Aku menutup buku invoice kemudian menatap Rudi. 
    “Yah… nanti Mbak Lita taulah…” Jawabnya singkat. Ia membalikan badannya dan pergi menuju Pantry. 
    Aku hanya mengerutkan dahi dan melirik Rudi, sampai ia tak terlihat lagi punggungnya. 
    Aku mulai mengetik absensi karyawan yang ditugaskan oleh Pak Rahman dengan perasaan campur aduk. Aku paham bahwa kerja di Kantor pasti ada saja masalah. Bahkan kata Ibuku kita harus bisa memasang topeng yang baik di depan semua karyawan. Hanya aku sempat berpikir jika aku hanya bertopeng tak tulus maka sia-sia pekerjaanku ini. Pekerjaan harus bisa dengan hati. 
    Akh kenapa sih Kantor ini! Apa karena Miss. Laura yang Killer itu! Apa semua karyawan baru tidak bisa menangani Miss. Laura. Tapi Mbak Yani bisa kerja selama lima tahun disini! Akh sudahlah tak usah dipikirkan!
    Aku menarik turunkan alis, mungkin ini namanya persaingan dunia kerja siapa yang kuat dia yang bertahan. Aku mulai mengerti apa yang Ibu bilang.
    “Siang Mbak…” Seseorang mengagetkanku. 
    “Iya… selamat siang Pak. Ada yang bisa dibantu?” Jawabku malu. Aku langsung berdiri. 
    “Miss. Laura ada? Saya mau interview Mbak,” tanyanya sopan. 
    “Ada… Silahkan duduk.”
    Aku menelepon no.extention Miss. Laura. Ia hanya bilang suruh tunggu di Lobby. Cepat-cepat aku mempersilahkan pemuda berkacamata itu untuk duduk di Lobby. Ia menyerahkan berkas lamaran kerja padaku. 
    Aku kembali duduk sambil membuka-buka CV pemuda berkacamata itu. Namanya Ridwan. Lelaki itu mengenakan kemeja putih longgar dan celana katun hitam lengkap dengan dasi. Cakep juga ini cowok!
    Aku bersandar pada kursi dan kembali fokus menatap layar komputer. 
    “Litaaaa….” Terdengar suara yang memanggilku dari belakang. 
    “Duh… Pasti Miss. Laura…” Aku berdiri dan melangkah ke belakang kursi. 
    “Liitaaaaa……” Kali ini suara Miss. Laura berteriak lebih keras dari biasanya. 
    “I…. Iya bu….” Aku memaksakan diri untuk bertemu Miss. Laura dan memasang expresi penuh ketegangan.
    “Kau ambilkan minumlah Litaaaaa…. Suruh Rudi cepat!” Bentak Miss. Laura. 
    Aku mengiyakan lengkap dengan menatapnya malas. Teriakan Miss. Laura sampai menggema menuju lantai dua. Setelah menelepon Rudi di Pantry, aku mendengus dan melipat tanganku. 
    Sabar ya Liitaaa.. bisa copot jantung ini!
    “Lain kali kalau ada tamu jangan lupa ya kasih minum…,” ketus Miss. Laura di belakang mejaku. 
    “Iya Bu…” Jantungku  nyaris copot baru saja aku bernapas lega. 
    Miss. Laura naik tangga lantai dua. Ia menyuruh Ridwan mengikutinya. Ridwan hanya terdiam menyaksikan sikap Miss. Laura dan tersenyum kecil saat menatapku. 
    Aku terdiam tak tahu harus berbuat apa, tidak berani lagi menatap Miss. Laura sedikitpun. Kuseruput air teh yang sudah dingin. Entah mengapa udara AC yang dingin di Lobby menjadi panas! Akh mungkin memang hatiku yang sedang panas! Panas seperti hati Mbak Yani. Aku sekarang mulai mengerti kejengkelan Mbak Yani! 
    Hari ini untuk pertama kalinya aku bekerja, aku diteriaki Miss. Laura. Aku mengatur napas kemudian berjalan menuju Pantry.
    “Hahaha….. Mbak terkena semprot nenek sihir kan?” Rudi terkikik di belakangku. 
    “Iyaaa begitu,” jawabku singkat. 
    “Anggap saja angin lalu Mbaakkk…,” cengir Rudi.
    “Iya juga sih….” Aku memiringkan bibir dan melangkah kembali menuju Lobby. 
    Perkataan Rudi ada benarnya juga sih! Ngapain aku harus kesal! Siapa yang tidak jengkel dan pucat pasi saat dimarahi bos di depan karyawan lain! Aku harus berpikir keras mencari cara bagaimana Miss. Laura bisa bersikap baik padaku.
-ii-

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
573      326     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4951      1413     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8219      1886     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1494      728     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Under a Falling Star
707      434     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
912      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Rewrite
6482      2179     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Play Me Your Love Song
3085      1263     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...