Read More >>"> Jelita's Brownies (Chapter 5) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelita's Brownies
MENU
About Us  

    Ibu Lita menyesal telah memecahkan gelas kemarin. Kata-kata “Ibu egois” seolah menjadi bumerang baginya. Faktanya memang Ibu tidak mau mengingat masa lalunya yang kelam. 
    Lita hanya remaja berusia sembilan belas tahun. Dia tidak punya banyak teman. Lita juga tidak terlalu suka bersosialisasi. Dia selalu banyak menghabiskan waktunya di kamar. Tetapi dia sangat berprestasi di sekolahnya. Lita selalu menjalani kehidupannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Satu-satunya teman yang Lita punya hanya Risda, itu pun karena duduk sebangku dengannya. 
    Meskipun begitu, Lita tak pernah menampakan kesedihannya. Ia selalu bersemangat dalam melakukan banyak hal. Ia juga selalu patuh pada Ibunya.
    Bayangan suara denting piring masih terdengar di meja makan ruang tengah. Sudah seharian Lita tidak pulang. Rasa khawatir Ibu Lita sangat menyiksa.  Ah, padahal masakan Lita sangat enak. Mungkin Lita hanya butuh waktu sendiri. Menenangkan hati dan pikirannya. 
    Ibu sudah mengurus segalanya pagi ini. Memasak, membersihkan rumah dan mencuci. Setiap jengkal kontrakan ini sudah ia sentuh dan ia bersihkan. Kecuali kamar Lita. Dia tidak ingin memasuki kamar anak perempuannya dulu.  
    Dan tiba-tiba Ibu merasakan kesunyian yang menyiksa hari ini. Dengan rasa kangen yang begitu berat, Ibu mencoba memasuki kamar Lita.  Ruangan kamar Lita sangat rapi. Dinding kamar Lita dicat dengan biru langit, warna kesukannya. Di dekat jendela, tampak foto Ibu dan Lita saat acara wisuda SMP. Terdapat kata-kata Motivasi dalam Bahasa Jepang. Ia sangat menyukai bahasa Jepang seperti Ibunya. 
    Ibu mengganti seprei Lita yang sudah bedebu. Ibu tertawa kecil saat menemukan foto masa kecil Lita di atas meja belajar. Ibu masih merasa Lita seperti anak kecil. Baginya Lita adalah harta yang paling berharga untuknya.
    Saat sedang menyusun buku-buku dan majalah Lita, Ibu menangkap sesuatu yang menarik. Daun-daun kering yang berada paling bawah Novel Lita. Ibu menyadari apa fungsi daun-daun itu.
    Dengan cepat Ibu membuka laci pertama pada meja belajar Lita. Tangannya meraih diary kesayangan Lita. Ibu semakin merasa bersalah saat membaca tulisan-tulisan Lita. Setiap tulisan itu sangat menggores hatinya.
    Di setiap tulisan selalu ada lukisan wajah Ayah dan Nenek Lita. Ibunya baru menyadari Lita sangat pandai melukis. Hampir setiap halaman Lita selalu merindukan Ayah dan Neneknya. Lita begitu berduka atas kematian Nenek. Segala kenangan tentang Nenek kini menghiasi alam pikiran Ibu. 
    Lamunannya terpecah begitu mendengar suara ketukan di ruang tamu yang disertai dengan salam yang lembut. Ibu mengangkat kepala. “Siapa?”
    Ibu menutup diary dengan cepat dan keluar dari kamar Lita. Saat membuka pintu ruang tamu tampak Lita sudah memasang wajah yang lembut. Ia mencium tangan Ibunya kemudian masuk dan mengunci kamar.
    “Lita… makan dulu yuk!” Ibu mengetuk kamar Lita.
    “Sudah kenyang Bu…”
    Rupanya Lita masih marah!
    Ibu mencengkram gorden kamar Lita. Ibu berusaha menutup mulutnya.  Jantungnya seolah-olah melesak hingga ke dasar. Air matanya merebak, tiba-tiba saja ia teringat makanan khas Nenek Brownies Ketan Hitam resep makanan kedua yang pernah nenek ajarkan. Dia harus menerima dan ikhlas dengan semua yang telah terjadi. 
-ii-
    Di sepanjang subuh, Ibu sibuk merangkai kata-kata yang akan di ucapkan pada Lita. Dadanya terasa sesak memikirkannya.  Dari kejauhan, Ibu sudah melihat kamar Lita terbuka lebar. Lita pasti sudah bangun, hanya ia tertidur kembali selepas subuh. Ternyata, bertengkar dengan anak sendiri rasanya tidak enak! Baru seumur hidup, ia marah dengan anak perempuannya itu!
    Tanpa pikir panjang lagi, Ibu memixer semua bahan brownies ketan hitam. Walau hatinya perih dan sedikit menganga saat membuat brownies, tapi hanya ini satu-satunya cara agar ia bisa berdamai dengan anaknya sendiri. Ibu sengaja mengecilkan kocokan telur sepelan mungkin agar Lita tak mendengar kegaduhannya di dapur. Terkadang ia memastikan Lita dengan melangkahkan kakinya pelan dengan bolak-balik dari dapur menuju kamar Lita. Ups,, lagi-lagi ibu lupa menyalakan kompor gas, beruntung semuanya berakhir dengan sempurna. Yes, brownies siap di kukus!
    Hmmm…. Lita pasti sangat senang!
    Ia berjalan kembali ke arah kamar Lita, sambil kucing-kucingan, ia membuka gorden kamar Lita. 
    Tampak Lita masih terlelap pulas. Ups, saat membalikan badannya, tak sengaja kakinya menyenggol pintu kamar. 
    Lita sedikit membuka matanya, ia mengucek kedua bola matanya.
    “Ibu…” 
    Duh… Dia sudah bangun!
    “Ia Lit…” Tangannya mulai gemetar. Dia mengusap kedua rambutnya. Rencana surpricenya bisa gagal!
    Belum lima menit, Lita sudah memejamkan kembali kedua bola matanya.
    “Arrggghhh… sungguh lega, Lita masih mengantuk…!” Ibu mengusap dadanya. Cepat-cepat ia berjalan ke dapur, menyelesaikan semua pekerjaannya!
-ii-
    Aroma wangi brownies ketan hitam menjalar sampai hidungku. 
    “Neeeneeek……” Teriakku sumringah. 
    Sontak Ibu Lita kaget bukan kepalang. Ia cepat-cepat menutup brownies ketan hitam yang sudah matang.
    Dadaku bergemuruh kencang saking senangnya! Aku menyibakan selimut. Dengan tak sabar, aku membuka pintu kamar. Ini kali pertama lagi, aku mencium wangi aroma brownies ketan hitam khas nenek. Aku terdiam sebentar. Akh, apa aku hanya bermimpi tadi! Sepertinya aku hanya bermimpi!
    Aku menepuk-nepuk pelan kedua pipiku. Aku memberanikan diri keluar kamar walaupun aku masih kesal dengan Ibu.
    “Pagi Lita… Sini sarapan dulu sayang….” Sambut Ibu. Pipinya bersemu merah. Dia menuangkan nasgor ke piring.
    Aku hanya mengangguk pelan, kutarik kursi meja makan.
    “Selamat Ulang Tahun sayang….” Ibu menyodorkan sepiring brownies ketan hitam di depan mataku.
    “Wah… ini beneran Lita nggak mimpi bu….” Aku mengucek kedua bola mata. Aku seperti tersetrum saking excited-nya.
    Ibu mengembangkan senyum semangatnya. Kemudian ia duduk di samping Lita.
    “Makasih ya bu….” Lita merangkul badan Ibunya. Tak terasa air mata bahagianya membentuk sungai kecil di kedua pipinya.
    Ibunya menghela napas lega, ia mencium rambut putri kesayangannya itu.
-ii-
    

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
652      304     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Gray November
2390      922     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
933      483     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
When Magenta Write Their Destiny
3448      1128     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Rewrite
5927      2075     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Hello, Kapten!
926      481     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Dunia Alen
3089      1051     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Aku Istri Rahasia Suamiku
7421      1828     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1367      663     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."