Read More >>"> Jelita's Brownies (Chapter 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelita's Brownies
MENU
About Us  

     Aku sudah membuat keputusan.
    Aku akan pergi ke Harmoni Jakarta Pusat. Setengah jam dari rumah kontrakan kami di Tebet Jakarta Selatan. Mengunjungi Rumah mewah Ayah. Rasa penasaranku semakin mendalam setelah sepuluh tahun tanpa melihat wajah Ayah. Rumah mewah itu memuat begitu banyak kenangan keluarga Mahardika. Setiap sudut selalu punya cerita dan aku nyaris mati dalam kenangan. Aku tak memberi tahu Ibu. Setidaknya untuk saat ini.
    Aku capek. Aku ingin segera mengakhiri semua ini, melepas beban masa laluku dan berubah menjadi Lita yang baru. Bukan Lita seorang anak broken home. Bukan Lita yang terus terbebani dengan bayang-bayang mimpi buruk yang selalu melandaku sepuluh tahun ini.
    Bel kereta api sudah berbunyi. Suasana Stasiun Tebet padat oleh ratusan manusia yang memiliki kesibukan masing-masing. Ada karyawan yang sibuk mengecek jam tangan. Ada mahasiswa yang tampak gelisah menunggu kereta sambil memegang buku-bukunya. Tampaknya mahasiswa berambut gelombang itu mahasiswa Fakultas Sastra Jepang. Ia membawa buku noken dan beberapa kamus jepang. Jurusan yang selalu aku impikan!
    Semua orang memiliki tujuan.
    Termasuk aku!
    Aku ingin mengetahui kabar Ayah terbaru.
    Gelombang rasa penasaranku semakin tidak terkendali, saat kereta tujuan arah Kota bergerak perlahan menuju Stasiun Manggarai. Melalui kaca jendela, aku bisa melihat persimpangan kereta menuju Bekasi dan Cikarang. Banyak sekali orang yang turun dan transit dengan tujuannya masing-masing. Jakarta memiliki banyak kereta. Tak ketinggalan gedung-gedung menjulang tinggi di setiap pinggir jalan. Membuat hidupku harus lebih maju lagi.
    Aku melihat aktivitas di Stasiun Manggarai lebih padat dari biasanya. Mungkin ini hari senin. Aku mengangkat kepala ke arah jendela lagi untuk memandang gadis kecil yang sedang menikmati ice cream sambil duduk bersama kedua orang tuanya di pinggir Stasiun, mereka asyik bercanda kemudian Ayah gadis kecil itu mengusap pelan rambut anak perempuannya. Membuat hatiku teriris.
    Kereta Commuterline berjalan kembali setelah lima menit menurunkan dan menaikkan penumpang. Dengan hati-hati aku memposisikan badan, tak kusangka si pemusik yang lari membawa gitar kecil bertabrakan denganku. Membuat tubuhku hampir terjatuh. Beruntung tangan kananku memegang tiang kereta.
    Begitu mataku menyerot si pemusik itu, tanpa basa basi dia buru-buru menggumamkan sebaris ucapan maaf. Aku hampir saja tersedak dan kesal. Aku mengangguk pelan walau peluhku sudah bercucuran. Aku hanya mengerang pelan, semua tubuhku ngilu dan persendianku kaku. Beruntung aku membawa sebotol air minum dan dua iris roti di dalam tas selempang biru kesayanganku.
    Saat pintu Kereta terbuka di Stasiun Juanda, napasku mulai menegang. Bisa kurasakan perubahan aura yang terjadi padaku. Aku siap menaiki jembatan busway yang terhubung dari  Stasiun Juanda menuju halte busway.
    Satu iris roti isi cokelat dan setengah botol air minum membuat perutku terasa penuh. Selesai makan, aku melangkah menuju halte busway. 
    Ulu hatiku terasa sakit seolah diremas-remas dan dirajam oleh pisau tajam saat uang di dalam saku celana jeans hilang. Aku bolak balik kembali menuju jembatan busway. Mencari-cari uang dua ratus ribu hasil membuka celengan ayam.
    Beberapa orang yang sedang berjalan memandangku aneh.
    Kepalaku mendadak pusing. Aku mencengkram tiang jembatan busway. Aku memijit keningku. Otakku masih belum bisa menerima semua ini. Aku tak boleh menangis, aku tak ingin di jadikan tontonan oleh mereka. Aku tak ingin dikasihani.
    Aku mengingat kembali kejadian saat aku tertabrak dengan si pemusik tadi. Aku mendengus kesal, rupanya si pemusik itu memegang sesuatu di tangan kirinya. 
    Akh, aku telah kecopetan!
    Sekitar sepuluh langkah dari jembatan busway, sebuah mobil tertabrak dalam keadaan terbalik. Bau hangus memenuhi indera penciumanku. Api. Dengan asap hitam yang menggulung udara. Teriakan korban membuyarkan lamunanku. Suara klakson memenuhi gendang telinga, bersaing dengan suara jeritan hebat di sekelilingku.
    Rupanya hari ini ada yang lebih tidak beruntung dariku. Tuhan belum mengizinkan aku bertemu dengan Ayah!
-ii-
 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
573      326     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4944      1410     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8207      1886     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1493      728     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Under a Falling Star
707      434     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
912      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Rewrite
6482      2179     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Play Me Your Love Song
3085      1263     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...