Read More >>"> Jelita's Brownies (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelita's Brownies
MENU
About Us  

       Ada hal-hal yang rumit dan ada hal-hal yang mudah dalam menghadapi hidup. Tetapi jika sudah menyangkut impian, semua orang akan berkhayal dengan mudah. Dan semua orang akan menerobos dunia impian dari berbagai pintu. Kau tahu ada saat-saat ketika kita diam sehingga kita menjadi melamun, menatap langit-langit indah bilik kamar. Seperti yang aku lakukan saat ini. Kita akan pergi ke suatu masa, dimana semua orang akan dengan mudah membeli sesuatu yang mereka inginkan.
    Aku tetap terdiam. Tetap menatap indah langit-langit kamar dengan lampu kecil bergelantungan. Dunia khayalku menerobos langit. Aku menatap sebuah rumah. Rumah itu begitu besar. Ada hometeater di lantai dua. Belum lagi ada sofa panjang berukuran empat meter di dalamnya. Kutatap jendela yang penuh dengan tirai. Ada kolam renang di lantai dasar. Begitu mengagumkan Rumah mewah ini! Aku memutar badan, menari-nari dengan gaun merah menghiasi tubuh. Saat putaran kedua.
    “Ssst…” Suara tikus kecil di bawah ranjang besi biru membuat lamunanku terhenti.
    Perutku bergejolak, ini adalah panggilan alam. 
    “Arghhh…” Mata kananku sedikit melirik jam dinding kupu-kupu.
    Sudah jam satu siang. Aku mengibas-ngibaskan mata dan sedikit menghembuskan napas yang keluar dari mulut.

  Akh! Sungguh sangat bodoh! Aku ingin punya sebuah rumah indah untuk ibuku! Agar kita bisa hidup dengan layak.  Ternyata ini hanya khayalan! Aku hanya mengkhayal!
-ii-
    Namaku Putri Jelita. Nama yang menurut orang lain sangat indah. Seindah wajah ibuku. Mungkin maksud Ayah dan Ibu agar aku bisa menjadi seorang putri. Putri kerajaan yang bisa menguasai castle dan dunia. Tetapi aku tidak terlalu suka dengan nama lengkapku. Aku lebih suka dipanggil Lita. Karena Lita nama singkatan dari Ayah dan Ibu : Lina dan Taufiq. Menurut Ayahku, aku sangat cantik seperti orang Korea. Hanya mataku sipit dan tak punya kantong mata seperti orang Jepang. Menurut Ibuku, wajahku seperti keturunan Perancis berambut pirang dan ikal, seperti almarhum Nenek. Akh sudahlah, akupun tak mengerti yang pasti aku hanya tersenyum mengingat kenangan manis bersama Ayah dan Nenek.
    Aku tidak bisa membayangkan, kejadian sepuluh tahun yang lalu. Saat itu aku sedang memainkan boneka kecil di kamar Ibu. Sambil tersenyum, aku bersandar pada dinding putih sebelah kasur busa.
    Terdengar air mengalir deras di kamar mandi.
    “Lita! Lita!” Terdengar Ibu berteriak memanggilku. Rupanya Ibu sedang mandi.
    “Sebentar, Bu”. Ibu selalu lupa membawa handuk. Kebiasaan buruk Ibu yang tidak pernah berubah.
    Lima belas menit kemudian, seperti biasa Ibu mengajak sarapan. Kulihat jam sudah menunjukan pukul tujuh. Ibu yang seorang Sekretaris di kantor masih tetap bekerja setengah hari di hari sabtu. Sebentar lagi Ayah berangkat. Beliau seorang Manager Property di daerah Mangga Dua, satu jam dari rumah kami di daerah Harmoni. Nenek yang selalu menyiapkan kami sarapan. Ibu selalu tidak sempat membersihkan rumah dan masak di pagi hari. Melihat pekerjaannya yang sibuk, aku tak heran. Ayah dan Ibu jarang ada waktu untuk kami sekeluarga. Hidup di Jakarta mungkin sangat keras. Sehingga mereka selalu giat bekerja.
  Nenek yang selalu mengantarkan aku berangkat sekolah, menyiapkan sarapan dan mengajak aku bermain di hari sabtu dan minggu saat aku libur sekolah. Kami selalu bermain petak umpet, membuat brownies dan kue-kue kecil serta membaca buku cerita saat aku akan tidur.
  Kami duduk di meja makan yang sudah dipersiapkan Nenek. Hari ini menunya nasi goreng dan capcay. Makanan kesukaanku. Aku sangat suka dengan sayuran. Kutatap wajah Ayah, dia sungguh sangat lahap menyantap sarapan pagi ini. Ibu hanya menyunggingkan bibirnya sedikit. Aku rasa dia sedang ada masalah. Nenek selalu tersenyum di depan wajahku, ia selalu menyuruhku menghabiskan makanan. 
  Akh! aku selalu merindukan senyum nenek dan Ayah yang selalu semangat untuk bekerja!
Ayah dan Ibu tidak pernah bertengkar. Tetapi kala itu ada wajah asing di wajah cantik Ibu. Aku tetap tenang, menyendokan wortel dengan pelan. 
“Aku sudah menandatangani surat dari Pengadilan Agama,” kata Ibu sambil mengajakku berdiri dan pergi dari meja makan. 
Saat itu aku memperhatikan wajah Nenek dan Ayah. Umurku masih sembilan tahun. Aku tidak mengerti dengan pembicaraan Ibu. Nenek dan Ayah saling bertatapan. Mendadak paras Nenek memucat. Wajah Ayah tampak cemas.
“Apa benar Lina?” Tangan kanan Nenek yang sedang menggenggam sendok bergetar.
“Ayo pergi Lita!” desak Ibu. Ibu mencengkram erat tangan kananku, mengajak pergi ke kamar. 
Wajah Ayah merah membara. Belum pernah kulihat Ayah semarah itu. Ia menggebrak meja. 
“Lina berhenti…!!!” 
“Apa Mas? Sudah cukup!” isak Ibu
    Baru saja dua langkah di depan kamar. Asma Nenek kambuh kemudian ia lemas dan terjatuh. Ibu tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya lari ke kamar Nenek. Aku dan Ayah menopang Nenek untuk duduk di sofa merah yang berada di sudut ruang makan.
    “Kau mau apa?” Ayah geram saat Ibu memberikan segelas air dan obat untuk Nenek. 
  Dengan napas sesak, nenek mengatakan sesuatu tapi tidak bisa. Nenek memejamkan matanya. Napasnya sedikit-sedikit menghilang. Ayah membelalak, memijat urat nadi Nenek. Ibu masih terisak pelan. 
“Nenek meninggal….!!! Pergi kalian berdua…!!!” Teriak Ayah menggema hebat.
“Nenek….” Aku memegang erat tangan Nenek. 
“Pergi…” Ayah tetap berteriak mengusir kami. Kupandang Ibu, siapa tahu dia masih bersikukuh tetap diam di rumah. Ibu tidak berkata apa-apa. Dia hanya menyeret koper dan menggendongku pergi dari rumah. 
    Oh, aku merasa sesak. Tiba-tiba rumah mewah itu begitu asing. Ini bertentangan dengan hati nuraniku meninggalkan Nenek yang sudah tiada. Ini sarapan terakhir dengan Ayah dan Nenek. Aku begitu membenci Ayah yang mengusir kami dan begitu merindukan Nenek yang selalu baik padaku. 
  Tapi begitu aku merasa asing dan terpukul di keluargaku sendiri. Sepuluh tahun yang selalu menghantui rasa kecewaku terhadap kehidupan. Sepuluh tahun keluargaku terpecah belah. Sepuluh tahun tiada Ayah dan Nenek. Sepuluh tahun aku merindukan rumah mewah itu.
-!!-

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
573      326     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4952      1414     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8219      1886     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Let's See!!
1494      728     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Under a Falling Star
707      434     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
912      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Rewrite
6482      2179     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Play Me Your Love Song
3085      1263     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...