Read More >>"> Aku Istri Rahasia Suamiku (Bab 46) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Istri Rahasia Suamiku
MENU
About Us  

Syifa yang baru saja bangun dari tidurnya langsung bersiap-siap untuk berangkat ke pasar untuk membeli keperluannya untuk berjualan. Setelah memandikan Akbar dan menyuapinya Syifa langsung segera berangkat. Namun, baru saja dia membuka pintu dia dikejutkan dengan kedatangan orang tuanya yang diantar oleh Anjas. 

 

"Bapak, Ibu," ucap Syifa saat melihat orang tuanya sudah berdiri di hadapannya. 

 

“Assalamualaikum, bagaimana kabarmu Nak?" tanya Sari kepada putrinya. 

 

"Alhamdulillah baik Bu, mari masuk," jawab Syifa sambil mencium tangan kedua orang tuanya. 

 

"Rudi kemana? Dan apa yang terjadi sampai kalian harus tinggal di rumah tua seperti ini," tanya Ruli saat melihat kondisi rumah sang putri. 

 

"Mas Rudi …." belum selesai menjawab Anjas langsung memotong ucapan Syifa. 

 

"Lebih baik Bapak dan Ibu istirahat saja dulu, karena setelah menempuh perjalan hampir 3 jam pasti sangat melelahkan," ucap Anjas sambil melihat ke arah orang tua Syifa. 

 

"Syifa, apa ada kamar untuk Bapak dan Ibu istirahat?" tanya Anjas kepada Syifa. 

 

"Ada, tapi … maaf hanya beralaskan tikar saja Pak," jawab Syifa sambil menunduk. 

 

"Tidak apa-apa Nak," jawab Ruli sambil tersenyum. 

 

“Baik kalau begitu Bapak sama Ibu istirahat dulu, aku sama Akbar mau kepasar untuk belanja bahan makanan,” ucap Syifa kepada orang tuanya sambil mulai menggendong sang putra ya sedang merangkak di hadapannya. 

 

“Akbar biar disini saja sama kami,” ucap Sari sambil menggendong sang cucu. 

 

Setelah berpamitan Syifa pun langsung bergegas pergi ke pasar. Melihat Syifa yang akan berangkat berjalan kaki, Anjas langsung berdiri menawarkan bantuan untuk menggantar Syifa. Awalnya Syifa menolak dengan alasan Anjas pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh dari kampung. Namun, karena desakan orang tuanya Syifa pun akhirnya menyetujui keinginan Anjas. 

 

“Syifa, boleh aku menanyakan sesuatu kepadamu?” tanya Anjas kepada Syifa sambil berjalan beriringan. 

 

“Silahkan Mas, insya Allah selama aku bisa menjawabnya akan aku jawab,” jawab Syifa sambil menoleh ke arah Anjas. 

 

“Sebenarnya apa yang sudah terjadi antara kamu dan Rudi, sampai kalian tinggal di rumah itu?” tanya Anjas dengan tatapan heran. 

 

Anjas adalah sahabat baik Rudi sejak kecil, bahkan disaat orang tua Anjas meninggal dalam sebuah kecelakaan Rudi dan keluarganya 'lah yang selalu memberikan bantuan hingga dia bisa menamatkan sekolahnya. Karena kondisi yang kekurangan serta keadaannya yang sudah menjadi yatim piatu Anjas memutuskan untuk tidak meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Hingga akhirnya Rudi dan Andre memintanya untuk mengawasi proyek yang berlangsung di desa Ronggo Lawuh. 

 

"Bagaimana kalau kita berhenti di tukang bakso itu, agar kamu bisa bercerita dengan nyaman," usul Anjas sambil menunjuk ke arah sebuah tukang bakso yang ada di ujung jalan.  

 

Mereka pun akhirnya mampir di sebuah tukang bakso pinggir jalan. Setelah memesan dua mangkok bakso dan minuman, Anjas yang masih berdiri langsung duduk di hadapan Syifa. Ada rasa canggung dalam diri Syifa saat berhadapan dengan sahabat baik suaminya. 

 

"Sekarang kamu bisa ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi," perintah Anjas setelah dia duduk di hadapan Syifa. 

 

"Aku bingung harus bercerita darimana, tapi yang pasti sejak aku tinggal di rumah keluarga Mas Rudi mereka tidak ada yang mau menerima ku, hanya Tuan Andre dan Mbok Inah yang baik kepadaku," jawab Syifa sambil menunduk. 

 

"Tuan Andre? Maksudmu Papanya Rudi," tanya Anjas dengan sedikit terkejut. 

 

"Iya, statusku waktu itu hanya seorang pembantu, bahkan tidak ada satu orangpun yang tahu apa hubunganku dengan Mas Rudi, hingga akhirnya Mas Rudi menikah dengan Anita" jawab Syifa sambil bergetar seolah menahan sakit di hatinya. 

 

"Jadi Rudi dan Anita sudah menikah? Lalu kenapa kamu tinggal di rumah yang tidak layak huni itu," tanya Anjas hingga membuat Syifa langsung menangis. 

 

Saat Syifa akan menjawab pertanyaan Anjas, mereka dikejutkan dengan kedatangan tukang bakso. Mereka pun menikmati semangkuk bakso, terlihat Syifa makan dengan begitu lahap seperti seseorang yang baru pertama kali makan-makanan enak. Setelah makan mereka mulai melanjutkan pembicaraannya. 

 

"Mas Rudi lebih percaya ucapan Mamanya yang menyebut jika Akbar bukanlah putra kandungnya, bahkan saat hasil tes kedua telah dilakukan Mas Rudi tetap lebih percaya kepada Ibunya, maka dari itu dia memintaku tingga di rumah itu aku di rumah itu, tapi hampir beberapa bulan ini dia tidak 

pernah mengunjungi kami untuk memberikan nafkah," jelas Syifa sambil mengusap air matanya. 

 

"Rudi, kamu benar-benar keterlaluan," batin Anjas yang terlihat marah setelah mendengar penjelasan Syifa. 

 

Setelah cukup lama berbincang-bincang mereka pun melanjutkan perjalan ke pasar. Sepanjang perjalanan Anjas menatap Syifa dengan tatapan iba. Dia tidak menyangka jika sahabatnya tega menyakiti hati seorang wanita. 

 

"Kasihan kamu Syifa, kamu adalah perempuan yang baik. Aku yakin suatu saat Rudi akan menyesal karena telah meninggalkanmu," batin Anjas sambil menatap Syifa. 

 

"Mas, Mas Anjas baik-baik saja 'kan?" tanya Syifa saat dia menyadari laki-laki yang ada di sampingnya terhanyut dalam lamunan. 

 

"Iya, apalagi yang ingin kamu beli?" tanya Anjas dengan sedikit terkejut. 

 

"Tidak ada Mas, ayo kita pulang," ajak Syifa sambil berjalan mendahului Anjas. 

 

"Syifa! Tunggu aku mau beli makanan untuk orang tuamu dulu," teriak Anjas sambil langsung berlari masuk ke dalam pasar. 

 

Setelah beberapa saat Anjas pun keluar dengan membawa beberapa kantong plastik hitam di tangannya. Syifa yang sejak tadi menunggu hanya tersenyum melihat tingkah sahabat baik suaminya itu. Anjas memang seorang laki-laki yang cengengesan, bahkan terkadang Rudi sering dibuat kesal dengan tingkah konyolnya selama ini. 

 

“Syifa ini buatmu,” ucap Anjas sambil menyerahkan sebuah boneka teddy bear berwarna pink dan sebuah kotak berisi coklat. 

 

“Buat aku?” tanya Syifa sambil menerima barang yang diberikan Anjas. 

 

“Iya, memangnya kenapa? Bukannya perempuan seusiamu suka saat diberikan boneka,” jawab Anjas sambil mulai berjalan. 

 

“Memangnya kenapa Mas Anjas memberikan boneka ini?” tanya Syifa sambil mulai mengejar Anjas yang mulai menjauh darinya. 

 

“Ya Anggap saja boneka itu sebagai sahabat yang akan menemanimu disaat kamu sedih dan kecewa,” jawabnya tanpa melihat Syifa. 

 

Usia Syifa memang tergolong masih muda, bahkan tahun ini saja dia baru menginjak di angka 22 tahun. Sebuah usia yang masih sangat muda untuk menjalankan perannya sebagai seorang ibu. Disaat gadis seusianya masih menikmati masa mudanya Syifa justru mengabdikan dirinya untuk menjadi seorang istri. 

 

"Terima kasih ya Mas," jawab Syifa sambil tersenyum. 

 

"Iya sama-sama, sini barang belanjaanmu biar aku yang bawa, agar kamu bisa memeluk boneka itu," ucap Anjas sambil meminta beberapa kantong hitam dari tangan Syifa. 

 

Beberapa saat kemudian mereka pun sampai dirumah. Terlihat Pak Ruli dan sang istri sedang bermain dengan Akbar di halaman depan. Syifa yang sangat bahagia melihat orang tuanya langsung berlari memeluk mereka seperti seorang anak kecil. 

 

"kamu kenapa Nak? Apa yang terjadi sampai kamu menangis," tanya Sari kepada sang putri yang menangis di pelukannya. 

 

"Maafkan Syifa, Pak, Bu," jawab Syifa sambil terus menangis. 

 

"Nak Anjas, apa yang sudah terjadi pada Syifa saat di pasar tadi, kenapa dia menangis," tanya Ruli yang terlihat sangat khawatir. 

 

"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan kepada Bapak dan Ibu, tapi aku harap kalian tidak marah," jawab Syifa dengan wajah takut. 

 

"Kalau begitu kita masuk ke dalam, katakan apa yang ingin kamu katakan. Bapak dan Ibu janji tidak akan marah kepadamu," ucap Ruli sambil berdiri dari tempat duduknya. 

 

Setelah mereka masuk dan duduk di lantai, Syifa mulai menceritakan kehidupannya mulai awal hingga akhir dirinya hidup dengan keluarga Rudi. Ada rasa kesal, marah dan kecewa dari wajah Ruli kepada sang menantu. Namun, dia berusaha tetap tenang di hadapan sang putri yang menangis dengan sesegukan. 

 

"Kenapa kamu baru ceritakan semuanya kepada kami Nak?" tanya Sari kepada sang putri. 

 

"Maafkan Syifa Bu, Syifa hanya tidak mau merepotkan kalian, sudah cukup aku membuat malu keluarga dengan kehamilanku," jawab Syifa sambil terus menangis tersedu-sedu. 

 

"Kamu tidak pernah membuat malu kami Nak, Bapak rela menjual rumah kita demi untuk datang ke kota menemui kamu. Sampai kapanpun kamu tetap putri kecil Bapak, putri kesayangan Bapak," tegas Ruli kepada Syifa. 

 

"Bapakmu benar Nak, sampai kapanpun kamu adalah putri kami, jadi apapun yang terjadi kamu adalah Syifa kami," tambah Sari sambil mengusap air mata putrinya dengan lembut. 

 

"Sekarang kamu kemasi barang-barangmu, kita pulang ke kampung sekarang. Bapak masih mampu menghidupimu dan Akbar walaupun tanpa bantuan bajingan itu," perintah Ruli kepada sang putri. 

 

"Kita mau kemana Pak, bukannya rumah sudah laku terjual," jawab Sari yang saat itu sedang memangku sang cucu. 

 

"Kalian tidak perlu khawatir, kita jual rumah ada uang yang didapatkan jadi kita bisa beli rumah lain untuk tempat tinggal," jawab Ruli dengan tegas. 

 

"Apa Nak Anjas mau membantu kami mencari tempat tinggal baru?" tanya Ruli kepada Anjas yang sejak tadi hanya diam. 

 

"Bisa Pak, insya Allah saya akan bantu sampai Bapak dan keluarga mendapatkan tempat tinggal baru," jawab Anjas dengan tegas. 

 

"Tapi bagaimana jika Mas Rudi datang kesini?" tanya Syifa dengan kebingungan. 

 

“Apa lagi yang kamu harapkan dari laki-laki seperti dia, Bapak yakin dia tidak akan datang kesini untuk memenuhi kewajibannya sebagai Ayah dan Suami yang baik," jelas Ruli yang sudah mulai hilang kesabaran. 

 

"Benar Nak, usiamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Jadi jangan sampai kamu menghancurkan hidupmu dan Akbar hanya untuk menunggu laki-laki yang sudah jelas membuangmu," jawab Sari yang mencoba memberi pengertian kepada Syifa. 

 

Setelah mempertimbangkan segalanya Syifa akhirnya menuruti keinginan orang tuanya. Setelah bersiap-siap mereka pun berangkat ke kampung dengan menggunakan mobil milik Anjas. Ada rasa haru dan kasihan dalam hati Anjas untuk Syifa, hingga membuatnya terus melirik perempuan itu dari kaca spion yang ada di hadapannya. 

 

***

Setelah menempuh perjalanan 3 jam, mereka akhirnya sampai di desa Ronggo Lawuh. Berkat kegigihan Anjas dan dibantu oleh informasi beberapa tukang yang ada di proyek, mereka akhirnya mendapatkan sebuah rumah yang bisa dibeli oleh Syifa dan keluarganya.  Sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman cukup luas. 

 

"Kenapa kita tidak membeli rumah di Desa Ronggo Lawuh lagi Pak?" tanya Syifa saat mengetahui jika rumah barunya tidak berada di desa Ronggo Lawuh. 



 

 







 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
653      304     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Gray November
2390      922     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
935      485     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
Love Al Nerd || hiatus
92      69     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
When Magenta Write Their Destiny
3448      1128     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Rewrite
5944      2091     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Hello, Kapten!
928      483     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Dunia Alen
3089      1051     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
Jelita's Brownies
2681      1174     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Let's See!!
1367      663     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."