“Mama, Papa!" ucap Rudi saat melihat Ningrum dan Andre sudah berdiri di depan kamar Syifa.
“Plak!" sebuah tamparan Andre berikan kepada Rudi di hadapan Ningrum dan Syifa lalu meninggalkan kamar itu dengan rasa marah.
"Apa yang Mama pikirkan selama ini benar, ternyata kamu dan Syifa …." ucap Ningrum yang tiba-tiba berhenti saat melihat wajah Syifa.
"Maafkan Rudi, Ma." ucap Rudi sambil bersimpuh di kaki Ningrum.
"Plak!" tiba-tiba Ningrum menampar Syifa dengan sangat keras.
"Dasar kamu perempuan miskin, kamu pasti sudah menggoda putraku sampai tanpa sadar dia menghamilimu dan kini harus membawamu tinggal di sini. Jangan harap aku akan menerima statusmu sebagai menantu di rumah ini, karena buatku kamu adalah pembantu miskin yang tidak ada gunanya!" bentak Ningrum sambil melotot ke arah Syifa.
Setelah puas membentak Syifa, Ningrum langsung berjalan meninggalkan kamar itu dan berjalan ke ruang kerja sang suami. Rudi yang melihat Ningrum meninggalkan kamar itu langsung bergegas mengejarnya. Namun, saat melewati dapur Rudi berhenti saat melihat Mbok Inah berdiri di depan dapur sambil terlihat khawatir.
"Mbok, kenapa Mama dan Papa tahu jika aku ada di kamar Syifa?" tanya Rudi sambil menatap Mbok Ijah dengan tatapan tajam.
"Maaf, Mas. Saat Mas Rudi berbicara dengan Mbak Syifa tanpa sengaja Mbok melihat Marni menguping di depan kamar, dan saat Mbok menarik tangan Marni untuk menjauh dia malah berteriak hingga membuat Nyonya dan Tuan besar datang," jelas Mbok Inah sambil menunduk lesu.
"Marni, awas kamu." ucap Rudi sambil mengepalkan tangannya.
Setelah mendengarkan penjelasan Mbok Inah, Rudi bergegas menyusul orang tuanya ke ruang kerja. Saat dia tiba di ruang kerja terlihat Andre dan Ningrum sudah berdiri di dekat meja seolah mereka sengaja menunggu kedatangan Rudi. Andre yang berdiri di samping Ningrum terlihat begitu marah dan menatap Rudi dengan tatapan tajam seperti seekor singa yang siap menerkam mangsanya.
“Mama, Papa tolong dengarkan penjelasan Rudi sebentar." ucap Rudi sambil berjalan mendekati Andre.
“Plak!” lagi-lagi sebuah tamparan Andre berikan kepada putranya.
“Papa tidak pernah mengajarkanmu menjadi laki-laki pengecut? Kenapa kamu tidak pernah memberitahukan jika Syifa adalah istrimu?” bentak Andre sambil menatap Rudi dengan tatapan tajam.
"Pa! Rudi bukan pengecut dia sudah bertanggung jawab membawa perempuan itu ke rumah ini, dan Mama yakin ini bukan salah Rudi, pasti perempuan miskin itu yang berusaha menggoda putra kita." jawab Ningrum sambil berteriak.
“Mama pikir dengan membawa dia ke rumah kita dan menjadikannya pembantu adalah bentuk pertanggung jawaban Rudi kepada istrinya! Apa Mama mau Papa perlakukan sama seperti Rudi memperlakukan Syifa?" tanya Andre sambil membentak Ningrum hingga membuat sang istri terkejut dan menunduk ketakutan.
"Maaf, Pa. Ini bukan kesalahan Syifa hubungan yang kami lakukan atas dasar suka sama suka dan ini semua murni kesalahan Rudi." jawab Rudi yang masih menunduk seolah ingin menghindari tatapan mata sang ayah.
"Dalam hal ini memang kamu yang pantas disalahkan, seharusnya sebagai seorang suami kamu bisa menjaga, mendidik dan melindunginya bukan malah menjadikannya sebagai seorang pembantu disini." jawab Andre sambil terus melayangkan pandangannya kepada sang putra.
"Ma, cepat panggil seluruh keluarga untuk berkumpul di ruangan ini termasuk Syifa dan Anita." perintah Andre kepada Ningrum yang berdiri mematung di samping sang suami.
"Tapi, Pa. Kenapa harus Syifa?" tanya Ningrum yang sepertinya enggan memanggil Syifa.
"Cepat panggil mereka sekarang!" bentak Andre sambil menoleh ke arah Ningrum dengan sorot mata yang tajam.
Ningrum yang mendengar bentakan sang suami langsung berjalan keluar dengan terburu-buru. pertama-tama Ningrum berjalan ke arah dapur untuk menemui Mbok Inah agar dia menyuruh Syifa agar segera ke ruang kerja sang suami. Saat Syifa masuk ke dalam ruangan terlihat beberapa keluarga Rudi dan Anita sudah berkumpul di ruang kerja.
“Masuk, Syifa. Kamu tidak perlu takut." perintah Andre saat melihat Syifa masih berdiri di depan pintu.
“Terima kasih, Tuan.” sambil berjalan dan berdiri di samping Rudi yang duduk di sebuah sofa sambil menundukkan kepalanya.
Ruangan itu kini terlihat hening tanpa suara walaupun lirih. hingga keheningan itu dipecahkan oleh suara sebuah tamparan yang diberikan kepada Syifa. Rudi yang duduk di sofa langsung berdiri dan menarik tangan Anita agar menjauhi Syifa.
“Kamu tidak berhak menamparnya Anita.” ucap Rudi sambil memegang tangan Anita dengan erat.
“Kenapa? Apa karena dia istri siri mu!” bentak Anita sambil menatap Rudi dengan tajam.
“Bukan hanya karena dia istriku, tapi Syifa juga Ibu dari putraku." jawab Rudi sambil mencengkram tangan Anita dengan erat.
“Apa kamu lupa kalau aku juga hamil anakmu!” bentak Anita sambil melepaskan tangan Rudi dari tangannya.
“Aku tahu, tapi maaf aku lebih mencintai Syifa daripada kamu. Karena buatku Syifa adalah istri yang berbakti dan asal kamu tahu sekalipun dia tidak pernah membantah apapun perintahku walaupun itu menyakitkan untuknya,” jelas Rudi sambil menatap Anita dengan tajam.
“Anita! Saya harap kamu bisa menjaga sikapmu selama di ruangan ini, dan kamu Rudi sebagai seorang laki-laki kamu harus bisa mengambil keputusan, karena Papa tidak setuju jika kamu memiliki dua istri dalam satu rumah." ucap Andre sambil menatap Rudi dan Anita secara bergantian.
Rudi hanya mengangguk mendengar ucapan Andre, sesaat Rudi menatap wajah kedua istrinya secara bergantian. Hingga akhirnya Rudi memilih Syifa untuk terus mendampinginya menjalani kehidupan di masa depan. Anita, Ningrum dan kedua adik Rudi langsung berdiri setelah mendengar jawaban dari Rudi.
“Rudi, apa kamu sudah gila! Kamu tidak lupa ‘kan kalau Anita saat ini sedang mengandung anakmu?" ucap Ningrum sambil membentak Rudi yang berdiri di samping Syifa.
“Rudi tahu, Anita tidak perlu khawatir aku akan tetap bertanggung jawab atas kehidupan Anita dan anak yang ada dalam kandungannya." jawab Rudi sambil menoleh ke arah Anita.
“Kamu pikir aku wanita murahan atau pelacur yang bisa kamu campakan begitu saja setelah kamu sudah tidak membutuhkan ku!" bentak Anita sambil berdiri dan berjalan mendekati Rudi.
"Maafkan aku, aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku memang lebih mencintai Syifa daripada dirimu," ucap Rudi sambil memegang tangan Anita yang terlihat marah.
"Sebenarnya aku sudah merasa jika kamu dan Syifa ada hubungan yang sengaja kalian sembunyikan dari semua orang, karena aku bisa melihat tatapanmu kepada Syifa sebuah tatapan yang teduh dan lembut. Tapi kamu tidak bisa meninggalkanku begitu saja apalagi dalam keadaan hamil seperti sekarang," jelas Anita yang mulai menangis.
Suasana yang hening dan tegang kembali terasa di ruangan itu. Rudi yang saat ini berdiri di antara dua perempuan yang kini menjadi istrinya hanya terdiam sambil menunduk.
"Tuan, apa boleh saya mengatakan sesuatu," ucap Syifa sambil menoleh ke arah Andre.