Anita yang saat itu pergi dari rumah tanpa izin Rudi. Ternyata diam-diam bertemu dengan seorang pria di sebuah cafe.
"Hai, Sayang." ucap Anita yang sudah berdiri di hadapan laki-laki tampan dan gagah tersebut.
"Hai, tumben kamu memintaku untuk bertemu." jawab sang pria lalu mencium bibir Anita dengan sangat mesra.
"Aku kesel sama Mas Rudi, makanya aku minta kamu menemuiku di cafe ini." jawab Anita sambil duduk di hadapan laki-laki tersebut.
"Oh jadi kamu menemuiku bukan karena merindukan aku, tapi karena kamu menjadikanku pelarian sesaat." jawab sang pria sambil tersenyum sinis.
"Bukan begitu Dion Sayang, aku juga sangat merindukanmu, Sayang." jawab Anita sambil memegang tangan Dion.
"Sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak?" tanya Dion hingga membuat Anita terkejut.
"Jika aku tidak mencintaimu kenapa aku masih harus mempertahankan hubungan kita Sayang." jawab Anita seolah ingin meyakinkan kekasihnya.
"Jika kamu memang mencintaiku kenapa tidak kamu ceraikan saja Rudi dan menikah denganku?" tanya Dion kepada Anita.
"Bercerai dari Rudi, tidak … aku tidak bisa bercerai dari Rudi." jawab Anita sambil menggelengkan kepalanya.
"Memangnya kenapa kamu tidak bisa meninggalkan laki-laki itu?" tanya Dion dengan rasa penasaran.
"Asal kamu tahu Rudi adalah putra dari kontraktor terkenal dia juga termasuk kontraktor muda yang kaya di kota ini, jadi paling tidak aku masih bisa menikmati kekayaannya di saat orang tuaku bangkrut seperti sekarang." jawab Anita sambil minum sebuah orange jus yang tersaji di hadapannya.
"Apa orang tuamu bangkrut! Jadi selama ini kamu menikahi Rudi hanya untuk uang?" tanya Dion yang terlihat panik.
"Jadi selama ini kamu pikir aku mencintainya, jika aku mencintainya kenapa aku harus meninggalkannya waktu itu, aku menikah dengan Rudi hanya untuk uang dan harta saja." jawab Anita sambil tertawa sinis.
"Lalu, apa rencanamu setelah ini?" tanya Dion kepada sang kekasih.
"Aku akan mencari cara untuk menyingkirkan Syifa, karena dia akan menjadi penghalang ku untuk menguras harta laki-laki tolol itu." jawab Anita sambil bersandar di kursi.
"Syifa, siapa dia?" tanya Dion yang semakin penasaran.
"Syifa adalah pembantu kesayangan Rudi, tapi aku yakin mereka memiliki hubungan rahasia, jadi aku ingin meminta bantuanmu menyelidiki hubungan rahasia apa yang sedang disembunyikan Rudi dan Syifa." ucap Anita sambil tersenyum kepada Dion.
"Bagaimana mungkin aku bisa menyelidikinya, sedangkan aku sendiri tidak pernah mengenal Rudi ataupun bertemu dengannya." jawab Dion dengan kebingungan.
"Kamu hanya tinggal masuk ke perusahaan Rudi, dan berusaha menjadi sahabat baiknya hingga kamu mampu membuat Rudi membongkar semua rahasianya dengan Syifa, kamu tenang saja aku sudah atur semuanya agar kamu bisa masuk ke perusahaan itu dengan sangat mudah." jelas Anita sambil tersenyum licik.
"Baiklah aku ikuti permainanmu, asalkan upah yang kamu berikan sesuai dengan apa yang aku kerjakan." jawab Dion sambil mendekatkan wajahnya ke Anita.
"Kamu tenang saja, jika aku berhasil menguasai seluruh harta Rudi dan keluarganya, kita akan menikah dan kamu akan menjadi pemilik perusahaan itu Sayang." ucap Anita sambil mencium bibir Dion tanpa rasa malu.
Setelah berbincang-bincang Anita dan Dion langsung menuju ke sebuah hotel di pusat kota Surabaya. Dion yang sudah sangat merindukan Anita langsung melumat bibir mungil Anita dengan rakus. Sentuhan demi sentuhan dia berikan kepada tubuh Anita.
Hingga membuat sang kekasih menggeliat merasakan nikmat. Setelah puas menikmati surga dunia. Anita pun memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya.
***
"Darimana saja kamu? Dan kenapa jam segini baru pulang." tanya Rudi yang saat itu duduk di ruang tamu.
"Bukan urusanmu." jawab Anita dengan ketus lalu berjalan ke arah kamarnya.
"Anita! Anita aku masih ingin bicara kepadamu." teriak Rudi kepada Anita hingga membuat seluruh orang yang ada di rumah itu terbangun dari tidurnya.
Anita yang baru saja pulang tidak mempedulikan teriakan Rudi. Dia terus saja berjalan ke arah kamar dengan diikuti Rudi di belakangnya.
"Anita, apa kamu tuli sehingga tidak mendengar teriakanku." bentak Rudi sambil menarik tangan Anita saat mereka sudah ada di dalam kamar.
"Ya, aku dengar. Apa yang ingin kamu bicarakan kepadaku, cepat katakan apa ini tentang pembantu kesayanganmu?" tanya Anita sambil membentak Rudi.
"Plakk! Jaga ucapanmu kepadaku, aku suamimu tidak sepantasnya kamu membentakku seperti itu." ucap Rudi sambil menampar wajah Anita.
"Suami, eh … apa pantas aku menghormati suami sepertimu, seorang suami yang lebih membela pembantunya dari istri sahnya sendiri." jawab Anita sambil memegang pipinya.
"Kamu pikir aku anak kecil atau aku perempuan bodoh yang bisa kamu bohongi dengan mudah." tambah Anita sambil menatap mata Rudi dengan tajam.
"Apa maksudmu?" tanya Rudi kepada Anita dengan rasa penasaran.
"Sekarang jawab pertanyaanku ada hubungan apa antara kamu dan Syifa? Apa jangan-jangan Akbar adalah anak haram antara kamu dan pembantu miskin itu." tanya Anita sambil berjalan mendekat ke arah sang suami.
"Jaga ucapanmu Anita, aku hanya menolongnya dan aku juga tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Syifa seperti yang kamu tuduhkan itu." jawab Rudi sambil terlihat gugup.
"Kamu yakin jika diantara kalian tidak ada hubungan rahasia?" tanya Anita sambil mendekatkan wajahnya ke arah sang suami.
"Yakin, kami hanya sebatas pembantu dan majikan saja." jawab Rudi sambil berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
Anita hanya tersenyum melihat tingkah sang suami. Setelah puas mengintrogasi Rudi, Anita pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Sepertinya aku harus lebih berhati-hati, karena Anita sudah mulai curiga dengan perhatianku kepada Syifa dan Akbar." batin Rudi saat Anita berjalan ke arah kamar mandi.
"Oh ya, Mas. Apa di kantormu ada lowongan? Karena ada salah satu saudara sahabatku yang membutuhkan pekerjaan," ucap Anita tanpa menoleh ke arah Rudi yang ada di belakangnya.
"Besok akan aku cek, apa ada lowongan yang tepat untuknya," jawab Rudi kepada sang istri.
Pernikahan antara Rudi dan Anita tidak berjalan dengan mulus. Keindahan pengantin baru tidak pernah ada di antara Anita dan Rudi. Pertengkaran demi pertengkaran pun selalu terjadi di antara mereka. Hingga suatu hari Anita yang saat itu sedang menikmati sarapan bersama Rudi dan keluarganya tiba-tiba merasakan mual yang begitu hebat.
"Huek … Huek," terdengar Anita sedang memuntahkan makanannya di dalam kamar mandi lantai bawah.
"Anita kenapa itu? Rudi cepat lihat istrimu," perintah Ningrum kepada sang putra yang di balas anggukan oleh Rudi.
"Anita, apa kamu baik-baik saja?" tanya Rudi sambil berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Entahlah, Mas. Aku akhir-akhir ini sering mual dan sakit kepala," jawab Anita sambil membersihkan mulut dan tangannya.
"Apa jangan-jangan kamu hamil," ucap Rudi hingga membuat Anita terkejut.
"Apa jangan-jangan aku benar-benar hamil, tapi siapa Ayah dari anak ini?" batin Anita sambil memegangi perutnya yang rata.