Saat Ningrum sibuk mencari keberadaan Rudi di antara para tamu. Secara tidak sengaja Ningrum melihat Rudi duduk di salah satu ruangan sambil memeluk Akbar. Sekilas Ningrum melihat air mata sang putra jatuh saat memeluk Akbar.
"Kenapa kamu di ruangan ini!" bentak Ningrum hingga membuat Rudi terkejut.
"Mama." jawab Rudi sambil meletakkan Akbar lalu mengusap air matanya.
"Cepat jawab pertanyaan Mama, apa yang kamu lakukan di sini, dan kenapa kamu menangis saat memeluk anak haram itu?" tanya Ningrum dengan tegas.
"Tidak ada apa-apa, Ma. Aku hanya menyayangi Akbar seperti putra ku sendiri," jawab Rudi sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Sekarang cepat ikut Mama, karena para tamu sudah menunggumu," ucap Ningrum sambil menarik tangan sang putra.
Semua rangkaian acara sudah dilalui oleh Rudi dan Anita. Kini saatnya Rudi dan Anita bermalam di sebuah hotel mewah di kota Surabaya. Syifa yang melihat Rudi dan Anita pergi untuk menikmati malam pertama mereka hanya bisa terdiam sambil menahan agar air matanya tidak jatuh di hadapan banyak orang.
***
Di kamar hotel yang terlihat mewah dan rapi dengan begitu banyak hiasan yang sengaja disiapkan pihak WO untuk sang pengantin. Rudi yang baru saja tiba di kamar langsung berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat. Anita yang kini sudah sah sebagai Nyonya Rudi langsung mempersiapkan diri untuk menjalankan kewajiban pertamanya sebagai seorang istri.
"Apa hari ini kamu bahagia, Mas?" tanya Anita yang sudah dengan balutan baju tidur berwarna putih dan transparan.
"Iya aku bahagia." jawab Rudi dengan singkat sambil menatap Anita dengan tatapan penuh nafsu.
"Kalau begitu lakukanlah apa yang sudah menjadi hakmu kepadaku." ucap Anita sambil mendekat ke arah sang suami.
Perlahan Rudi mulai memeluk tubuh wanita yang ada di sampingnya dan menciumi bibir mungil Anita. Rudi yang sudah bernafsu mulai melepaskan satu persatu pakaian sang istri. Malam pertama yang dilakukan Rudi kepada Anita sangat membuat kesan yang indah untuk Anita.
Kamar hotel yang nyaman menjadi saksi dari hubungan cinta antara Rudi dan Anita. Bercak darah kesucian yang tertinggal di tempat tidur adalah bukti jika Rudi berhasil merenggut kesucian Anita. Di rumah Syifa hanya bisa menangis membayangkan sang suami berhubungan badan dengan perempuan yang saat ini sudah menjadi madunya dan istri sah yang diakui agama dan negara.
"Ya Allah malam ini mereka pasti sedang …." batin Syifa yang langsung dihentikan sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Keesokan harinya Rudi yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung berjalan ke arah kamar mandi. Anita yang terlihat kelelahan dengan pesta semalam masih terlelap dalam tidurnya. Setelah mandi Rudi langsung membangunkan sang istri yang masih tertidur.
"Anita, cepat bangun." ucap Rudi sambil menggoyangkan tubuh sang istri dengan perlahan.
"Ada apa, Mas. Aku masih lelah lagipula aku masih sakit karena semalam," jawab Anita yang mulai terbangun dari tidurnya.
"Cepat mandi, pagi ini aku antar kamu ke rumah Mama karena pagi ini aku ada meeting dengan beberapa klien." perintah Rudi sambil mulai memakai pakaiannya.
"Kita baru saja menikah apa kamu tidak bisa libur beberapa hari, lagi pula itukan perusahaan Papa mu." gerutu Anita sambil mulai duduk di tempat tidurnya.
"Tidak bisa, lebih baik cepat kamu bersiap atau aku akan tinggalkan kamu di kamar hotel ini," ancam Rudi sambil menyisir rambutnya.
"Iya aku bangun dan mandi." ucap Anita sambil berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi.
Pagi itu keluarga Rudi yang sedang menikmati sarapan paginya. Tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Anita dan Rudi. Ningrum yang melihat menantu kesayangannya langsung berdiri dan berjalan untuk menyambut pasangan pengantin baru.
"Selamat pagi semua." sapa Anita sambil berjalan di belakang Rudi.
"Pagi, kok kalian sudah pulang?" tanya Ningrum sambil memeluk sang menantu.
"Iya nih, katanya Mas Rudi hari ini ada meeting jadi dia tidak bisa libur kerja." jawab Anita sambil cemberut.
"Aku memang tidak bisa libur hari ini, karena ada beberapa meeting yang harus aku selesaikan." jawab Rudi sambil berjalan ke arah meja makan.
"Ya sudah ayo kita makan dulu." ajak Ningrum kepada sang menantu yang masih kesal dengan Rudi.
Setelah Rudi dan Anita duduk di kursinya. Ningrum memanggil Syifa yang saat itu sedang sibuk membersihkan dapur. Dia memerintahkan Syifa untuk segera mengambil dua piring untuk Rudi dan Anita yang baru saja datang.
"Syifa!" teriak Ningrum sambil memanggil nama Syifa.
"Iya, Nyonya!" jawab Syifa sambil berteriak dan langsung menghampiri sang majikan.
"Cepat ambil dua piring untuk pengantin baru ini." Perintah Ningrum sambil tersenyum ke arah Anita.
"Baik, Nyonya." jawab Syifa sambil berjalan meninggalkan meja makan.
"Bagaimana malam pertama kalian? Pastinya seru 'kan cepat ceritakan sama Mama." tanya Ningrum sambil berantusias.
"Mama, jangan bertanya seperti itu." jawab Andre yang membuat Ningrum langsung cemberut.
"Iya, Mama nih. Aku dan Sherin 'kan tidak mungkin mendengar cerita Kak Anita," protes Shania sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
"Iya deh Mama minta maaf." jawab Ningrum sambil terlihat sewot.
"Nanti kita ngobrol di kamar Mama ya Sayang, tunggu mereka semua berangkat kerja dan kuliah." tambah Ningrum sambil melirik Andre dan kedua putrinya.
Ucapan Ningrum dijawab dengan tawa oleh sang menantu yang duduk di sampingnya. Saat mereka sedang berbincang-bincang Syifa yang tadi diminta untuk mengambil piring datang dengan membawa dua piring. Dia langsung meletakkan piring di hadapan Anita dan Rudi.
"Eh, mau kemana kamu?" tanya Ningrum saat dia melihat Syifa akan meninggalkan meja Rudi.
"Mau ke dapur, Nyonya." jawab Syifa sambil berhenti dan menoleh ke arah Ningrum.
"Tuangkan dong minuman itu ke gelas menantu dan putra kesayangan ku." perintah Ningrum sambil tersenyum dan memeluk Anita yang ada di sampingnya.
"Ya Allah, kuatkan aku. Mampukan aku melayani madu ku sekaligus majikan ku." batin Syifa sambil mulai mengambil teko yang ada di meja makan.
Syifa langsung menuang air dari teko di gelas Rudi sambil sedikit gemetar. Rudi yang saat itu duduk di samping Syifa terus memandang muka Syifa yang terlihat menahan air matanya. Tanpa disadari Rudi, Anita yang duduk di hadapannya memandang wajah Rudi yang terus menatap Syifa.
"Tatapan itu, tidak salah lagi itu seperti tatapan Sayang." batin Anita sambil terus memperhatikan Rudi.
"Anita, kamu kenapa bengong begitu?" tanya Ningrum sambil menyenggol tangan Anita.
"Silahkan, Mas." ucap Syifa setelah menuang air kedalam gelas Rudi.
"Terima kasih." jawab Rudi singkat.
"Selama ini aku belum pernah melihat Mas Rudi menatapku seperti dia menatap pembantu kampung itu, aku harus lakukan sesuatu agar perempuan itu bisa diusir dari rumah ini," batin Anita sambil terus memperhatikan pandangan Rudi kepada Syifa.