Ternyata Ningrum mengajak Andre dan kedua putrinya ke sebuah restoran mewah. Setelah menunggu hampir 20 menit Anita dan keluarganya datang di restoran yang sama. Andre yang tidak tahu dengan rencana pertemuan ini sedikit terkejut saat melihat Anita dan keluarganya datang.
"Kenapa mereka juga ada disini?" bisik Andre kepada sang istri saat melihat kedatangan Anita dan keluarganya.
"Sudah, kamu diam saja. Tadi pagi aku yang menghubungi mereka dan meminta bertemu disini." jawab Ningrum sambil berbisik kepada Andre.
"Selamat malam, Om, Tante." sapa Anita sambil mencium pipi Ningrum dan mencium tangan Andre.
"Selamat malam Sayang, aduh calon menantu Tante semakin hari semakin cantik, ya." puji Ningrum sambil menatap Anita.
"Calon menantu, apa Mama serius?" bisik Sherin kepada Shania.
"Sudah kamu diam saja jangan banyak tanya, nanti dimarahi Mama baru tahu rasa kamu." jawab Shania sambil menutup mulut sang adik.
"Ngomong-ngomong dimana Rudi kenapa dia tidak ikut makan malam bersama kita?" tanya Hermawan.
"Rudi sedang mengecek pembangunan di Desa Ronggo Lawuh." jawab Andre sambil tersenyum.
"Wah menantu kita benar-benar orang yang hebat ya, Pa. Masih muda tapi sudah memegang bisnis yang besar." jawab Santi kepada sang suami.
Setelah berbincang-bincang dan menikmati makan malam. Mereka pun melanjutkan pembicaraan tentang pernikahan antara Anita dan Rudi. Setelah melalui beberapa pertimbangan pernikahan antara Anita dan Rudi akan dilangsungkan 2 bulan kedepan.
Setelah tiba di rumah Andre yang masih tidak mengerti dengan rencana Ningrum langsung mengajak sang istri masuk ke dalam kamar. Semua rencana pernikahan Rudi dan Anita adalah murni ide dari Ningrum. Agar Rudi bisa segera menjauhi Syifa dan Akbar.
"Apa maksudmu menentukan hari dan tanggal pernikahan Rudi?" tanya Andre saat mereka sudah di dalam kamar.
"Memangnya tidak boleh aku menentukan tanggal pernikahan anak kandungku sendiri." tanya Ningrum sambil melepaskan beberapa perhiasan yang terpasang di tubuhnya.
"Bukan tidak boleh, tapi Rudi itu sudah dewasa biarkan dia belajar menentukan hidupnya sendiri." jawab Andre sambil berdiri di samping sang istri.
"Menentukan hidupnya sendiri, lalu kalau dia sampai menikahi Syifa bagaimana?" jawab Ningrum sambil menoleh ke arah Andre.
"Tidak masalah, mungkin Syifa adalah jodoh terbaik buatnya. Lagipula Syifa anak yang baik," jawab Andre sambil mengerutkan dahinya.
"Papa sudah gila ya, mau ditaruh dimana muka kita jika Rudi menikah dengan perempuan desa itu!" teriak Ningrum sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Memang kenapa muka kita harus disembunyikan." ledek Andre sambil melepaskan jasnya.
"Papa! Syifa itu sudah punya anak yang tidak jelas siapa Bapaknya, belum lagi dia hanya gadis kampung pasti akan jadi bahan olok-olok teman Mama kalau Rudi sampai menikahi dia." jawab Ningrum sambil mendekati sang suami.
"Tapi bukan berarti Mama harus menentukan tanggal pernikahan Rudi tanpa sepengetahuan dia." ucap Andre sambil berjalan ke kamar mandi.
"Papa tenang saja Mama jamin Rudi pasti akan menuruti kemauan Mama!" teriak Ningrum kepada sang suami.
"Terserah!" jawab Rudi sambil berteriak ke dalam kamar mandi.
***
Di Desa Ronggo Lawuh Syifa dan Rudi sangat menikmati peran mereka sebagai orang tua. Sebuah peran yang selama ini tidak bisa mereka kerjakan bersama-sama selama di rumah Rudi. Orang tua Syifa sangat bahagia melihat keakraban dan kekompakan Syifa dan suaminya dalam menjaga dan merawat Akbar.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa terasa Syifa dan Rudi harus pulang ke kota. Syifa yang saat itu masih merindukan orang tuanya ingin tetap tinggal beberapa lama lagi di Desa ini. Namun, tiba-tiba dia ingat pesan yang disampaikan Ningrum tentang hutang persalinan yang masih belum lunas.
"Pak, Bu, Syifa janji kapan-kapan kami akan main lagi ke sini." ucap Syifa sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Kamu hati-hati ya, Nak. Jadilah Istri dan Ibu yang baik buat Akbar dan suamimu," pesan Ruli sambil mencium kening sang putri.
"Nak Rudi, Ibu titip Syifa ya." pesan Surti kepada sang menantu.
"Insya Allah, Bu. Oh ya beberapa hari lagi rumah Bapak dan Ibu sudah bisa ditempati lagi," jawab Rudi sambil tersenyum.
"Terima kasih ya, Nak. Bapak yakin kamu pasti akan menjadi Suami yang baik buat Syifa," ucap Ruli sambil menepuk pundak Rudi.
Tidak berapa lama mereka pun berangkat ke kota. Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam mereka pun tiba di rumah Rudi. Syifa yang saat itu masih menggendong Rudi yang sedang tertidur langsung masuk ke dalam rumah dengan di tamani Rudi.
"Akhirnya, calon pengantin kita datang!" teriak Ningrum saat melihat kedatangan Rudi.
"Pengantin?" jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa.