"Kenapa kamu meminta kami untuk pergi dari rumah ini?" tanya Ruli sambil berdiri dari tempat duduk.
"Maaf, Pak. Saya hanya ingin sedikit merenovasi rumah Bapak dan Ibu, agar sedikit lebih nyaman untuk dihuni." jawab Rudi dengan tenang.
"Renovasi, apa kamu serius Mas?" tanya Syifa heran.
"Iya, aku juga sudah menyiapkan rumah sementara untuk orang tuamu, sambil menunggu rumah ini selesai di renovasi." ucap Rudi sambil tersenyum.
Setelah mendengar penjelasan sang menantu Pak Ruli dan keluarganya pun pindah ke rumah yang sudah disiapkan oleh Rudi. Malam ini adalah adalah malam pertama Rudi dan Syifa tidur dalam satu kamar. Setelah sekian lama mereka tidur terpisah sejak berada di rumah orang tua Rudi.
Rudi yang sejak lama memendam rasa rindu dan hasratnya kepada sang istri langsung minta Syifa untuk melayaninya. Syifa yang saat itu tidak ada pilihan lain akhirnya terpaksa menuruti kemauan sang suami. Rudi yang sangat merindukan belaian sang istri langsung menggauli Syifa dengan begitu bernafsu.
"Aku berangkat ke proyek dulu, karena ada beberapa berkas yang ingin aku serahkan kepada Pak Soni." ucap Rudi saat sudah rapi dengan kemeja dan celana bahannya.
"Kamu tidak sarapan dulu, sepertinya Ibu sudah memasak untuk kita pagi ini." tanya Syifa sambil merapikan tempat tidurnya.
"Tidak, karena aku hari ini sudah sangat terlambat nanti siang saja aku pulang bersama Anjas untuk makan siang di rumah.” jawab Rudi kemudian berjalan keluar kamar.
“Mau berangkat ke proyek, Nak?" tanya Pak Ruli yang saat itu sedang menggendong Akbar.
“Iya Pak, kenapa Akbar bersama Bapak. Memang Mbok Inah kemana?” tanya Rudi sambil mencari keberadaan Mbok Inah.
“Ada, dia sedang membantu Ibu memasak di dapur.“ jawab Pak Ruli sambil tersenyum ke wajah mungil sang cucu.
“Baik, kalau begitu Rudi berangkat ke proyek dulu." ucap Rudi sambil mencium tangan sang ayah mertua.
“Kamu tidak sarapan dulu, Nak?” tanya Ruli kepada menantunya.
“Tidak Pak, hari ini saya sudah sangat terlambat mungkin nanti siang saya dan Anjas akan datang ke rumah untuk makan siang." jawab Rudi sambil mencium kening sang putra dan langsung berjalan ke arah mobil yang diparkir di depan rumah.
Untuk ukuran seorang pemuda desa Rudi adalah laki-laki yang sangat tampan. Jadi tidak heran jika banyak perempuan di desa itu yang jatuh hati dengan sang kontraktor muda tersebut. Namun, justru Syifa yang berhasil mendapatkan hati sang pengusaha.
Orang tua Syifa yang penasaran dengan kehidupan Syifa selama di kota mulai mencari informasi kepada Mbok Inah. Untung Rudi sudah berpesan kepada Mbok Inah untuk tidak menceritakan tentang apapun yang terjadi di rumahnya. Sambil menggendong Akbar, Mbok Inah mulai menceritakan kehidupan Syifa di kota.
“Alhamdulillah, Mas Rudi begitu baik kepada Non Syifa.” jawab Mbok Inah sambil tersenyum.
“Lalu apakah orang tua Rudi bersikap baik kepada Putri kami?” tanya Ruli yang saat itu duduk di samping Surti.
“Orang tua Mas Rudi begitu sangat menyayangi Syifa, Pak. Mereka sangat menyayangi kami.” jawab Syifa yang tiba-tiba sudah ada di meja makan.
“Bu, Syifa lapar apa bisa kita makan sekarang?” tanya Syifa sambil memeluk Surti dari belakang.
“Eh iya, ayo kita makan sekarang.” jawab sang ibu sambil terkejut.
***
"Kalau tidak ada Perempuan kotor dan si Anak haram itu rumah kita jadi sepi ya Ma." ucap Sherin sambil bersandar ke sofa.
"Iya, kita jadi tidak ada bahan untuk bermain." jawab Shania sambil tertawa.
"Iya, Mama jadi tidak bisa menyiksa mereka." jawab sang mama sambil mengambil sebuah remote televisi.
"Oh ya, Ma. Apa Mas Rudi setuju untuk menikah dengan Kak Anita?" tanya Sherin sambil menoleh ke arah sang mama.
"Tidak." jawab Ningrum singkat.
"Jadi Anita gagal menjadi Kakak ipar dan menantu kesayangan Mama dong." jawab Sherin.
"Siapa bilang, Mama pastikan Anita akan menjadi menantu kesayangan Mama." jawab Ningrum sambil tersenyum.
"Bagaimana caranya, Ma?" tanya Shania dengan penasaran.
Ningrum tidak menjawab pertanyaan kedua putrinya dia hanya tersenyum sambil terus fokus kepada televisi. Sore hari saat Andre pulang dari kantor Nigrum meminta sang suami dan kedua putrinya untuk bersiap-siap. Andre yang masih belum mengerti dengan apa yang ningrum rencanakan mulai bertanya kepada sang istri.
"Memangnya kita mau kemana?" tanya Andre bingung.
"Pokoknya sekarang kalian harus bersiap-siap, karena malam ini kita mau makan malam di luar." jawab Ningrum sambil berjalan ke arah kamar untuk bersiap-siap.
"Makan malam, memang ada acara apa tumben kita makan di luar?" tanya Shania sambil menoleh ke arah Ningrum yang sudah menaiki anak tangga.
"Sudah, kalian bersiap-siap saja!" teriak Ningrum kepada suami dan kedua putrinya.