Sherin dan Shania yang kebetulan juga ada di taman belakang bersama keluarga lain yang terlihat tersenyum bahagia. Andre yang sudah marah melihat tingkah sang istri langsung menyeret Ningrum ke dalam kamar. Rudi dan Mbok Inah berusaha untuk memadamkan api yang sudah membakar hampir sebagian perlengkapan bayi Syifa.
"Maaf ya, kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang itu dari kobaran api." ucap Rudi kepada Syifa yang masih menangis di depan pintu kamarnya.
"Apa salahku terhadap keluargamu, Mas? Kenapa mereka begitu membenciku dan anak ini!" teriak Syifa kepada Rudi.
"Ini bukan salahmu, tapi semua ini salahku tidak seharusnya aku membawamu kesini, maafkan aku Syifa." jawab Rudi yang terlihat begitu menyesali apa yang sudah terjadi.
Mbok Inah yang ada di samping Syifa mulai membantu Syifa untuk berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya. Rudi masih terus berusaha untuk membujuk Syifa yang masih terus menangis karena apa yang sudah Ningrum lakukan padanya. Rudi yang saat itu masih berada di samping Syifa segera meminta Mbok Inah untuk membuat secangkir susu hangat untuk Syifa.
"Mbok, bisa minta tolong buatkan susu hangat buat Syifa," ucap Rudi kepada Mbok Inah.
“Baik, Mas.” jawa Mbok Inah sambil langsung meninggalkan kamar Syifa.
"Aku minta maaf ya atas apa yang sudah Mama lakukan padamu, aku berjanji akan membelikan peralatan bayi yang baru buat putra kita," ucap Rudi sambil memegang tangan Syifa.
“Tidak perlu, Mas. Aku bisa menghidupi anakku sendiri walaupun aku harus menjadi pembantu di rumah keluargamu, lebih baik kamu keluar dan tinggalkan aku sendiri,” ucap Syifa sambil mengusir Rudi dari kamarnya.
"Tapi, ada yang mau aku bicarakan padamu." jawab Rudi seakan tidak mau meninggalkan Syifa.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, lagi pula tidak pantas seorang majikan berada di kamar pembantu," jawab Syifa sambil menatap Rudi dengan tajam.
Rudi yang tidak punya pilihan lain pun langsung berdiri dan meninggalkan Syifa yang masih menangis di kamarnya. Sebelum masuk ke dalam kamar Rudi meminta Mbok Inah agar selalu menjaga dan menemani Syifa dan anak yang ada di dalam kandungannya. Syifa yang sudah lebih tenang mulai mengusap perut buncitnya.
"Kamu yang sabar, Nak. Mama janji akan selalu menjagamu dan berusaha untuk masa depanmu," ucap Syifa sambil mengusap perutnya.
***
Di tempat terpisah Rudi yang sedang melintas di depan kamar orang tuanya melihat sebuah pemandangan antara Ningrum dan Andre. Andre menganggap apa yang Ningrum lakukan terhadap Syifa sudah benar-benar kelewatan. Sebenarnya Rudi ingin masuk ke kamar orang tuanya. Namun, rasa lelah yang dia rasakan membuatnya mengurungkan niatnya.
“Apa maksudmu memperlakukan Syifa seperti itu?" tanya Andre kepada Ningrum.
"Aku tidak ikhlas jika Rudi menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang buat anak haram Syifa, apalagi jika Rudi sampai dengan Perempuan kotor itu," jawab Ningrum sambil duduk di tempat tidurnya.
"Ma! Apa kamu tahu bahwa tindakan mu tadi sangat membahayakan nyawa Syifa dan bayinya!" bentak Rudi kepada sang istri.
"Aku tidak peduli, yang penting dia tidak lagi mengganggu dan merayu putraku," jawab Ningrum dengan tatapan penuh kebencian.
“Tidak ada yang merayu Rudi, kamu saja yang terlalu berlebihan, apalagi menurut Papa Syifa gadis yang baik jadi tidak ada salahnya jika dia bisa menjadi menantu kita,” jawab Rudi sambil duduk di samping sang istri.
"Mau diletakkan di mana muka kita kalau Rudi dan Syifa menikah, Rudi tidak boleh menikah dengan Syifa, karena Mama tidak mau menjadi nenek dari anak haram yang ada di dalam kandungan Syifa," jawab Ningrum sambil berdiri dari tempat tidurnya.
"Papa harap ini terakhir kalinya Mama menyiksa Syifa, jika sampai Mama mengulang lagi Papa tidak akan segan-segan melaporkan Mama dengan kasus penganiayaan," Andre seakan mengancam sang istri. " ancam Andre.
***
Keesokan harinya saat Rudi sudah berada di kantor dia dikejutkan dengan suara ponsel yang ada di dalam saku celananya. Rudi yang saat itu sedang mengadakan rapat dengan beberapa klien penting langsung mematikan panggilan ponselnya. Beberapa saat kemudian Rudi yang sudah berada di ruangannya langsung menghubungi nomor yang baru saja menghubunginya.
"Halo, maaf dengan siapa saya berbicara?" tanya Rudi kepada sang pemilik nomor telepon.
“Hallo Rudi, jangan bilang kalau kamu sudah melupakan aku,” terdengar suara perempuan dari seberang ponsel.
"Maaf aku benar-benar tidak tahu siapa kamu, karena nomor yang kamu gunakan tidak ada di daftar ponselku," jawab Rudi penasaran.
“Ini aku Anita, kamu belum lupa 'kan dengan nama ku,” jawab perempuan yang mengaku bernama Anita.
"Anita," jawab Rudi sedikit terkejut.