Read More >>"> Hujan Paling Jujur di Matamu (Sebuah Lagu Tentang Cinta) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hujan Paling Jujur di Matamu
MENU
About Us  

Sebenarnya Dewanti tidak terbiasa memakai rok. Bahkan bisa dibilang dia anti Rok. Namun dia harus mengikuti peraturan kampus yang mewajibkan memakai rok untuk semua mahasiswi kedokteran di kampusnya. Mau tidak mau Dewanti pun harus memakainya. Meski awalnya agak risih, tapi kini ia mulai terbiasa. Itu pun hanya ia pakai hanya sebatas di kampus saja. Jika sedang di rumah atau di luar acara kampus maka ia kembali lagi dengan style-nya, memakai celana.

Tapi kali ini karena kaki kanannya belum memungkinkan untuk memakai celana, akhirnya ia memutuskan untuk memakai gaun. Itu pun ia pinjam dari ibunya. Namun, memang pada dasarnya Dewanti cantik dengan tubuh yang ideal, gaun hitam tanpa lengan itu malah semakin membuat aura kecantikannya terpancar.

Tepat jam delapan, ketika langit mulai dihiasi bintang-bintang. Bagas datang dengan mobil BMW-nya. Setelah berpamitan pada Bu Nining, mereka pergi. Menuju salah satu kafe di kawasan Kemang. Sepanjang perjalanan, Dewanti lebih sering menatap keluar memandang lampu-lampu kota yang berserakan. Pada, tiang-tiang jalanan dan pada gedung-gedung bertingkat. Begitu indah Jakarta malam hari. Namun, semua keindahan itu takan pernah ditemui pada siang hari. Karena Jakarta siang hari lebih terasa seperti cucunya neraka. Begitu panas dan kotor.

“Kamu senang, De?” tanya Bagas sambil melirik Dewanti ketika mereka terjebak lampu merah.

“Seneng banget, Kak,” jawab Dewanti tanpa menoleh.

“Syukurlah kalau senang,” Mata Dokter Bagas tetap menatap Dewanti dari samping. Rambut yang sengaja tergerai itu, menutupi sebagian bahunya yang putih berbulu lembut. Bagas sangat bangga bisa pergi bersama gadis secantik Dewanti.

“O iya, katanya kamu seneng nyanyi ya?” tanya Bagas sambil kembali menginjak pedal gas.

“Iya,” singkat Dewanti.

“Bagaimana kalau kapan-kapan kita karaoke?”

“Nggak janji ya, Kak. Karena terkadang kalau lagi malas, aku tak kan mau diajak siapa pun ke mana pun.”

“Iya deh ....”

Bagas memperlambat laju mobilnya. Kemudian memasuki halaman sebuah kafe yang di bagian pintu masuk ada sebuah tulisan bercahaya ‘Caffee n Music’. Mobil berhenti. Bagas segera turun dari mobilnya. Sementara wajah Dewanti ketika itu, tiba-tiba berubah sendu. Bagaimana tidak, di kafe inilah pertama kali ia bertemu dengan Yudis. Di kafe ini juga terakhir mereka bertemu. Air mata mengendap di kedua sudut matanya.

Bagas tak menyadari itu. Ia turun dan membukakan pintu untuk Dewanti. Kemudian mengulurkan tangan mengajaknya untuk turun. Sebenarnya saat itu Dewanti ingin berlari menjauh dari kafe tersebut. Terlalu dalam kenangan di kafe itu. Tapi sayang ia tak mampu. Jangankan untuk berlari, berdiri saja ia masih sedikit sulit. Akhirnya Dewanti hanya bisa menguatkan hatinya. Berusaha membunuh semua kenangan dengan menarik napas dalam. “Untuk apa kau mengharap pria yang sudah jelas-jelas menjadi istri wanita lain,” desahnya dalam hati ketika Bagas menggandeng tangannya memasuki kafe itu.

Bagas memilih tempat paling pojok dengan pencahayaan remang-remang. Dewanti hanya menurut tak mau menolak sambil terus menguatkan hatinya. Tapi, Bagas lebih mengartikan diamnya Dewanti itu sebagai rasa senang karena diajak ke sebuah tempat yang menurutnya cukup romantis.

Seorang gadis bercelana jeans dan kaos berwarna merah menghampiri lalu menyerahkan daftar menu. “Samain aja,” kata Dewanti sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang telah basah oleh air mata. Namun, karena cahaya lampu yang remang-remang, Bagas tak melihatnya.

Tak lama pesanan datang. Sementara pikiran Dewanti makin kacau. Ia tak mampu menghilangkan bayangan wajah Yudis. Dulu mereka sering duduk di kursi ini. Saling meggenggam tangan begitu mesra sambil mendengaran lantunan lagu-lagu romantis.

“Suka tempat ini, De?” tanya Bagas. Namun matanya jelalatan memandangi para pelayan kafe yang seksi. Untung saja ketika itu Dewanti sedang menunduk sehingga tak mengetahui kelakuan Bagas. Dewanti sangat tidak suka kepada pria mata keranjang.

“Suka, Kak,” jawab Dewanti pelan sambil menyeka air mata dengan tangannya.

Bagas melirik Dewanti sudah mengangkat wajahnnya. “Ayo sambil diminum!” seru Bagas sambil mengeser duduknya mendekati Dewanti.

Dewanti mencoba tersenyum di tengah keonaran dalam kepalanya. Ia berusaha keras untuk terlihat biasa oleh Bagas. Dewanti meraih gelasnya. Kemudian meminumnya lalu memainkan sedotannya sambil matanya menatap ke depan. Bersamaan dengan itu, tiga orang pria menenteng gitar akustik naik ke atas pentas.

“Arya!” seru Dewanti. “Sejak kapan dia nyanyi di kafe?” tanya Dewanti kepada dirinya sendiri.

“Apa De?” tanya Bagas.

“Kak Bagas masih ingat nggak sama temen satu kampus Dewanti yang ketemu di Rumah Sakit?”

“Tentu saja, kenapa emangnya?”

“Itu lihat! Dia ada di depan.” Dewanti menujunjuk dengan tatapan.

Bersamaan dengan itu pun seorang wanita berpakaian ketat naik ke atas pentas dan memperkenalkan Arya dan kedua temannya sebagai grup band yang akan menhibur para pengunjung. Sementara Bagas, entah apa yang ada dalam pikirannya ketika tiba-tiba dia berdiri.

“Mau ngapain, Kak?”

“Tunggu sebentar ya.”

 Bagas langsung berjalan ke depan melewati beberapa pengunjung yang sedang duduk. Dewanti semakin heran ketika melihat Bagas naik ke atas pentas dan berbisik kepada Arya. Setelah itu, Bagas pun turun dan kembali ke tempat duduk bersama Dewanti.

“Ngapain sih?”

Di atas pentas yang hanya setinggi satu meter dari lantai, Arya dan kedua temannya duduk pada kursi bulat. Masing-masing menghadapi sebuah mikrofon. Arya memandang ke arah Dewanti sambil melambaikan tangan. Dewanti membalas lambaian tangan Arya. Kemudian terdengarlah Arya bicara.

“Selamat malam para pengunjung, selamat menikmati menu istimewa dari Caffee n Music. Kami akan coba menghibur Anda semua dengan lagu-lagu cinta. Semoga menambah kenikmatan bagi anda semua. Namun, sebelum saya mulai berlagu, tadi ada seseorang yang berbisik pada saya. Beliau meminta saya menyanyikan lagu spesial untuk wanita tercintanya. Dia adalah Bung Bagas, yang datang kemari dengan seorang wanita cantik nan memesona. Dan inilah lagu untuk wanita tercintanya itu.” Arya mengakhiri bicaranya dan mulai memetik gitarnya.

Dewanti mengerutkan kening mendengar penuturan Arya. Belum lagi keheranannya terjawab, petikan melodi pun saling mengisi membentuk intonasi sangat romantis. Tak lama terdergarlah suara serak-serak basah Arya,

I can't live without you

I will never let you go

Hey girl ... I'm fallin love

 

I can't stop loving you

I will never let you fall

Hey girl … I'm fallin love

 

I want you to be a part of me

I need you beside me

You're the one and only

Is you there i need

 

“Aku cinta kamu, De,” lirih Bagas bersamaan dengan lantunan lagu “Hey Girl” milik Martin Band, salah satu band lokal asal Bandung, yang dinyanyikan oleh Arya.

Tentu saja Dewanti terkejut. Meskipun sejak awal ia tahu bahwa Bagas menyukainya, tapi tak menyangka bahwa Bagas akan menyatakannya secepat itu. Namun, Dewanti bukanlah seorang ABG labil. Ia sangat tegas dalam menentukan sikap. Kecuali jika sudah berhubungan dengan orangtuanya. Mau tak mau ia harus menuruti apa yang menurut orangtuanya baik untuknya.

“Maafkan Dewanti, Kak. Dewanti tak bisa menjawabnya saat ini, di tempat ini.”

“Kenapa?”

“Cinta bagiku bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Butuh proses cukup panjang untuk bisa memastikan apakah rasa yang ada dalam hati ini cinta, kekaguman, atau bahkan nafsu belaka.”

“Itu pun jika Kak Bagas mau bersabar menunggu jawaban dari Dewanti. Jika tidak, ya itu terserah kakak,” sambung Dewanti.

Inilah salah satu sifat Dewanti yang membuat orang-orang di sekitarnya segan. Dia seorang gadis yang tegas. Apalagi soal perasaan, ia tak mau mengalami sakit hati untuk yang kedua kali meskipun sebenarnya ia telah mengikhlaskan Yudis. Atau tepatnya berusaha untuk ikhlas.

Tak ada jalan lain bagi Bagas selain harus menerima jawaban Dewanti. Ia harus sabar menunggu. “Baiklah, De. Kak Bagas akan tunggu jawaban darimu. Semoga jawabannya nanti tidak mengecewakan.” Jelas nada kekecewaan tersirat pada suaranya.

“Pulang yuk, Kak! Dewanti ngantuk. Belum minum obat juga,” ucap Dewanti. Namun sebelum Bagas sempat menjawab, lagu telah berhenti. Kemudian terdengar Arya bicara. Matanya memandang ke arah Dewanti dan Bagas.

“Lagu request dari Bung Bagas telah Kami nyanyikan. Dan selanjutnya saya ingin mencoba menyanyikan lagu yang saya ciptakan sendiri. Lagu ini saya buat sebagai ungkapan cinta saya yang tak pernah bisa saya ungkapkan. Harapan saya semoga dengan lagu ini, dia bisa tahu kalau saya sangat mencintainya. ‘Akulah yang terbaik untukmu.’”

Terdengarlah intro yang sangat memukau. Permainan gitar akustik Arya dan teman-temannya mampu menghipnotis para pengunjung. Denting melodi mewakili rasa cinta dalam dada yang begitu tulus dan dalam.

Dewanti mengurungkan niatnya untuk pulang. Denting gitar itu seolah magnet yang menahan jiwanya. Dan ketika, ketika Arya mulai menyanyi, maka bergetarlah hati Dewanti. Entah kenapa. Yang pasti Dewanti solah merasakan kalau syair-syair itu diciptakan khusus untuknya.

“Ayo, katanya mau pulang!” seru Bagas.

Namun Dewanti tak menjawab. Matanya menatap Arya yang sedang bersenandung tentang kerinduan akan cinta yang tak pernah terungkapkan dengan kata-kata. Ada satu bait yang begitu membuat hati Dewanti bergetar:

Doa-doa terindahmu dalam hati yang khusyu

Entah menjelma aku

Ataukah masih menjadi sebuah rindu yang harus kau tunggu

Semoga

Aku adalah jelamaan doa-doa tulus

Yang selalu kau pinta sungguh-sungguh

Namun jika bukan

Bagaimana jika aku mencintaimu sebentar saja?

Sebelum matahari tenggelam dan kau pulang

Hanya sebentar saja

Sebatas dua jarak mata memandang

Jika pun tak mampu kumiliki cintamu

maka akan kucintai kau dari sini

Sepenuh hati hingga aku mati

 

Arya begitu apik memetik gitar sambil melafazkan syair-syair cinta hingga membuat pengunjung tersihir dengan permainannya. Hingga lagu usai, Dewanti masih saja terdiam.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah
825      469     8     
Short Story
Sobara adalah anak SMA yang sangat tampan. Suatu hari dia menerima sepucuk surat dari seseorang. Surat itu mengubah hidupnya terhadap keyakinan masa kanak-kanaknya yang dianggap baginya sungguh tidak masuk akal. Ikuti cerita pendek Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah yang akan membuatmu yakin bahwa masa kanak-kanak adalah hal yang terindah.
When You Reach Me
6695      1800     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
The Sunset is Beautiful Isn't It?
873      505     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Luka Adia
688      417     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Take It Or Leave It
4570      1661     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
One Step Closer
2073      852     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Stay With Me
161      134     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Bee And Friends
2235      966     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
Allura dan Dua Mantan
3176      1040     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Are We Friends?
3028      929     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...