Ada beberapa hal yang mungkin semua orang pikir pernah dialami oleh orang lain, padahal tidak. Contohnya pingsan, operasi, jatuh cinta pada pandangan pertama dan foto dengan badut McD. Hanya ada 1 hal di atas yang pernah gua alami, apakah kamu-kamu sekalian bisa menebak? Ya benar, saya hanya pernah ngerasain yang namanya operasi.
Ya, sebenernya operasi yang gua alami itu adalah operasi kecil, bukan gara-gara tabrakan atau hal-hal lain yang bakal terdengar keren sih, operasi yang gua maksud ini adalah operasi ketupat. Ga deng hehe, operasi yang gua maksud di sini adalah operasi zebra. Ga juga deng hehe, oke-oke gua serius, operasi yang gua maksud di sini adalah operasi SUNAT.
Ya gua tau pasti antiklimaks banget, bahkan gua tau banyak yang menganggap sunat bukanlah operasi, tapi asal kalian tau saja ya, sunat itu termasuk dalam operasi kecil. Kata siapa lu tanya? KATA GUA. Buat emosi aje lu.
Gua sunat di kelas 4 SD semester dua, saat di mana kebanyakan temen-temen gua udah sunat di awal mau naik ke kelas 4, berbeda dengan gua. Setiap nyokap atau bokap mulai membahas soal sunat gua bakal mulai mengalihkan pembicaraan.
Seperti ini, “Eh denger-denger si Niko kemarin baru sunat lo Dek, Adek kapan?”
“Liat Ma, Papa pulang bawa martabak.” Nyokap pun langsung lari ngambil martabak yang di bawa bokap.
Atau seperti ini, “Dek, Papa ketemu tempat sunat yang pake laser, katanya ga sakit loh kalau pakai laser.”
“Liat Pa, Mama pulang bawa saham BCA.” Bokap pun langsung lari sambil sibuk melihat apakah nyokap gua di tipu lagi atau ga.
Yah banyak lagi alasan lain yang gua pakai agar percakapan soal sunat menyunat ini teralihkan. Dan dikarenakan gua jago bersilat lidah, gua pun berhasil melalui kelas 4 SD semester satu dengan keadaan utuh. Tapi keutuhan ini tidak berlangsung lama.
Pada saat libur semester tinggal menyisakan kurang lebih lima hari lagi, bokap gua yang pada saat itu kerja di Jakarta, tiba-tiba pulang dengan membawa satu buah tv dan PS3. Itu adalah impian seluruh anak SD pada saat itu. Tapi gua tau ini bukan lah hadiah biasa, ada udang di balik bakwan.
Gua tau ini adalah trik yang digunakan oleh bonyok agar gua mau di sunat, dan gua sudah siap menghadapi itu semua, itu yang gua pikir pada saat itu. Sudah tiga hari gua menerima ps ini tapi blom ada kata-kata sunat yang keluar dari mereka, jadi gua berfikir mana tau memang bokap mau memberikan hadiah karena sukses naik ke semester selanjutnya. Hmm emang ada ya tinggal semester? Bukannya ada nya cuma tinggal kelas?
Pada hari Minggu, sekaligus hari terakhir gua libur karena besoknya hari Senin semester dua sudah di mulai, tiba-tiba nyokap masuk dan duduk di kamar gua. Pada saat itu gua lagi main game The Godfather.
“Lagi main tembak-tembak, Dek?” tanya nyokap, dan biasanya nyokap ini ga peduli gua lagi main game apa.
“Iya, Ma.” Di karenakan gua lagi jalanin misi, gua ga fokus sama sekali sama apa yang dia bilang.
“Kan nanti nenek mau dateng, kita pesen Pizza Hut aja mau?”
“Boleh, Ma.”
“Mama pesenin chicken wing aja ya buat Adek?”
“Iya, Ma.”
“Sama besok kita ke rumah sakit ya? Adek sunat ya besok?”
“Boleh, Ma.”
“Sama Adek mama blender jus mangga tadi, nanti di minum ya?”
“Iya, Ma.”
Setelah gua baca percakapan di atas, memang sangat penting untuk memiliki kemampuan multitasking, agar kita tidak gampang terkecoh, ada yang tau latihan untuk mendapatkan skill multitasking?
Namun nasi sudah menjadi lontong, gua sudah terlanjur mengiyakan untuk sunat di hari Senin. Itu seharusnya menjadi hari pertama sekolah setelah libur semester, tapi tidak untuk gua. Pada hari Senin pagi, nyokap bangunin gua lumayan pagi dan segera menyuruh gua mandi. Otak gua masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa hari ini adalah hari di mana bagian tubuh gua akan di potong.
“Yuk Dek, ntar telat,” kata nyokap gua sambil mengetuk pintu kamar gua. Lah emang sunat ada jadwalnya ya? Apakah kalau sunat itu harus pagi hari? Emang kalau malam dia bakal berubah jadi werewolf gitu? Kaya nya engga deh.
Gua di anter oleh seluruh anggota keluarga gua, plus nenek gua. Apakah emang ini udah direncanain oleh keluarga gua jauh-jauh hari? Karena nenek gua yang sudah tua bela-belain dateng dari Medan naik bus hanya untuk melihat cucunya di sunat. Yah sebenernya ada kemungkinan dia dateng buat ngadu Mortal Kombat sama gua sih. Doi jago bet.
Eksekusi dilakukan di salah satu rumah sakit yang cukup besar di kota Pekanbaru. Dan memang keluarga gua kalau ada apa-apa akan langsung ke sini, mulai dari demam, sakit gigi, kesurupan, dan hal-hal medis lainnya. Jadi ga heran bahwa kami sudah memiliki dokter-dokter langganan di sini.
Gua sendiri sering ke sini, di karenakan saat SD gua lumayan sering bermasalah di bagian gigi, gua adalah orang yang tiap hari wajib banget makan manis, bahkan gua sering banget makan gula merah yang ada di dapur, tanpa sepengetahuan nyokap gua. Jadi ya bisa di bayangin seberapa berlubangnya gigi gua jaman dulu.
“Dah yuk langsung masuk aja,” kata bokap gua ke gua.
“Ini Mas Yudi sama Mbak Wen ga sekolah? Ngapain ikut ke sini sih?” tanya gua ke kakak dan abang gua.
“Loh kan kita khawatir sama Adek, jadi kalau ada apa-apa kita langsung siaga di sini,” jawab abang gua. Nyokap terenyuh mendengarkan apa yang di serukan abang gua. Padahal menurut gua, mereka cuma pengen libur aja. Bukan karena khawatir sama gua, dan lagi apa yang dia maksud sama “kalau ada apa-apa”, hah? Emang ada ya kemungkinan terjadi apa-apa?
Setelah menunggu tidak lama, keluarlah seorang perawat yang memanggil nama gua, dan memberitahu bahwa mereka sudah siap untuk melakukan OPERASI sunat ke gua. Saat mendengar nama gua di panggil, kami semua berdiri dan menuju ke dalam ruang operasi.
“Maaf ya, yang boleh masuk cuma pasien sama satu orang perwakilan keluarga,” kata perawat kepada kami.
“Adek maunya siapa yang nungguin?” tanya nyokap ke gua.
“Terserah aja, yang penting jangan Mas Yudi,” gua takut kalau abang gua yang ikut ke dalam dia bakal merekam semua dan akan disebarluaskan ke khalayak umum. Bisa jadi skandal nantinya, tidak akan kubiarkan.
“Yaudah Papa aja lah ya, kalau mama takutnya pingsan di dalem. Repot kita.”
“Yaudah Pa, Papa aja.” Akhirnya gua dan bokap masuk ke dalam ruang operasi. Sebelum melewati pintu ke dalam bilik operasi gua melihat ke arah belakang, dan nyokap gua melambaikan tangan dengan air mata yang mengalir di pipinya, sedangkan kakak dan abang gua juga melambaikan tangan, tapi ke satu sama lain. Sedangkan nenek hanya duduk di ruang tunggu sambil memakan kuaci, kita ga tau doi dapet dari mana itu kuaci.
“Tenang saja keluargaku tercinta, tidak lama lagi aku akan menjadi pria sejati,” tegas gua dalam hati, tragis.
Di dalam ruangan tersebut ada satu meja atau tempat tidur yang letaknya di tengah, dan di dalam sudah ada empat orang berpakaian hijau.
“Halo Riki, saya Dokter Aby, salam kenal ya. Ga usah takut saya sudah berpengalaman kok, jadi Insyaallah lancar semuanya.” Si dokter ini salah menyebut nama gua, dan dia mau nge-handle pemotongan kelamin gua?!
“Halo dokter, saya ayahnya Rizki,” kata bokap gua.
“Hebat ya Riki ga takut ya, cuma di anter papanya lagi. Top deh.” Dia salah menyebut nama gua lagi, dia ga tau aja itu di luar ada empat orang lain yang ingin masuk ke dalam tapi dilarang sama susternya.
“Duh Dok, sakit ga ya?” tanya gua yang hanya ingin mengulur-ulur waktu.
“Haha tidak-tidak, rasanya seperti digigit semut saja.”
“Tenang dek kaya digigit semut aja kok, tapi semut rangrang wuahahahaha.” Bokap gua sukses membuat gua pengen cabut walaupun sudah tidak memakai apa-apa di bagian bawah. Bagi yang ga tau apa itu semut rangrang, semut rangrang adalah semut yang agak lebih besar dari semut lain dan berwarna merah, dan biasanya hidup di pohon-pohon. Pernah liat dong? Tau kan sepedes apa gigitannya? Dan itu di jadikan candaan sama bokap gua.
“Haha benar itu,” di iyain lagi sama dokter gua! Ini ga bisa ganti dokter aja apa ya?!
“Tenang Rizki, nanti sakitnya pas di suntik aja kok.” Tiba-tiba salah satu orang dengan baju hijau dan memakai masker menenangkan gua. Gua melihat ke arah dia karena gua cukup familiar dengan suara dia.
“Lah Buk Indah ngapain di sini?” ternyata itu adalah dokter gigi gua! Ngapain coba dia di sini??
“Ibuk pengen liat aja, terus di bolehin ternyata,” jawab dia santai. Maaf tadi keluarga gua cuma boleh satu yang masuk. Dan di dalam ada satu orang yang cuma mau ‘lihat’, INI BEGIMANA SIH?!
Singkat cerita, operasinya berjalan sukses. Gua ga inget berapa lama operasinya, karena ingatan gua hilang setelah proses bius, rasanya sama sekali tidak seperti digigit semut, bahkan rasanya sama sekali ga mirip sama di gigit semut rangrang. RASANYA KAYA DIGIGIT KOMODO. Udah gila apa ya.
Gua pun keluar menggunakan kursi roda, bukan karena kenapa-napa, tapi pas di dalem tadi gua yang request, dan mereka mengiyakan agar gua berhenti menangis. Walaupun kehilangan sesuatu dari badan gua, gua berhasil naik kursi roda untuk pertama kalinya. Pertukaran yang tidak buruk.
“Gimana dek? Sakit?” tanya nyokap.
“Kaya digigit Komodo,” jawab gua dengan mata yang sembab.
“Oalah sesakit itu ya, besok-besok engga lagi lah ya.” Ya iyalah ga lagi, siapa coba yang mau dengan sengaja dua kali digigit Komodo?
Akhirnya setelah diperiksa semuanya dan tidak ada masalah, gua pun balik pulang. Yang saat ini gua ingin lakukan hanya tiduran sambil bermain Mortal Kombat melawan nenek gua. Besoknya saudara-saudara gua pun dateng buat memberikan selamat untuk gua. Walaupun sampai detik ini gua ngerti apa yang harus diberikan selamat. Gua baru aja kehilangan bagian tubuh gua, dan orang-orang memberikan selamat? Bukannya itu terdengar salah?
“Gimana Ki, mau nambah gak?” tanya salah satu om, dikira lagi di rumah makan Padang kali ah.
“Hush jangan gitu ah Pah, udah ga sakit kan Ki?” tanya adek dari nyokap gua.
“Udah ga Bulek, sakitnya cuma pas biusnya habis sih.”
“Ohh syukurlah. Mana coba kita liat,” kata-kata di sebelah ternyata adalah kata-kata yang biasa didapatkan oleh orang yang baru sunat. Aneh tapi memang banyak orang yang request untuk melihatnya. Mereka ngeliat buat apa coba? Apakah ada rasa lega setelah melihatnya? Biasanya gua selalu ga mau kalau ada yang mau lihat. Gua pun bertanya ke bokap kenapa orang-orang pada pengen banget ngeliat.
“Oh niatnya baik itu dek, orang mau mastiin ada sisanya apa engga.” Gua bengong dengan jawaban bokap, pengen mastiin ada sisanya? Emang ada yang ga ada sisanya? Emang ada yang sampe habis? Dunia benar-benar sudah keterlaluan.
Yah sebenernya ga lama waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar sembuh dari sunat, yah kalau lu diem aja gitu cuma butuh dua minggu paling lama. Tapi kalau lu abis sunat langsung latihan muay thai, ya iyalah lukanya lama sembuh. Ada-ada aja lu.
Ini sudah seminggu lewat sedikit dari hari eksekusi, bokap masuk ke kamar dengan senyum lebar di mukanya. Gua tau ada hal aneh yang dia rencanakan.
“Dek, kan Adek udah bisa pakai celana, kan?”
“Hmm iya, kenapa Pa?”
“Katanya adek suka band Tangga kan?” tanya bokap gua, yang gua ga tau dia mendapatkan informasi itu dari siapa.
“Iyaaa, kenapa sih Pa?”
“Papa udah beli tiket buat kita pergi ke Anyer buat nonton itu band Tangga. Gimana seneng gak?” gua cuma bengong dengan pernyataan dia, ya benar gua senang tapi bukannya Anyer itu daerah yang terkenal dengan pantainya? Apakah ini artinya gua bakal main di pantai? Dengan kondisi baru digigit Komodo?
“Lah terus nginep dong?” tanya gua lagi.
“Iya dong, Papa udah pesen hotel yang di pinggir pantai, biar nanti Adek bisa main di pantai, kan luka itu kalau kena air asin bisa cepet sembuh dek.” Haaah? Apakah statement di sebelah benar? Bukannya luka kalau kena air asin itu makin perih yah? Bagi yang paham, boleh tinggalkan komen di bawah ya.
Tanpa gua sadari gua dan keluarga gua sudah berdiri di pinggir pantai dan lagi berdebat mau main banana boat dulu atau mau parasailing. Dan gua pada saat itu masih blom berani memakai CD, karena masih lumayan perih rasanya.
Setelah bermain di pantai seharian malamnya kita pun menonton Tangga di hotel kami. Besoknya saat yang lain sedang bermain di pantai, gua cuma bisa tiduran di hotel dengan Komodo yang sepertinya menetap di daerah selangkangan gua.