Read More >>"> Rewrite (Siapa?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU 0
About Us  

Dalam sekejap, kebersamaan Shafwan dengan Aida kembali terjalin. Keduanya kerap berkirim pesan singkat maupun stiker Whatsapp dan link lagu favorit di Youtube. Foto-foto masa lalu mereka berdua juga sering dikirim oleh Aida.

Shafwan juga sering mengantarkan Aida membeli kebutuhan pribadi dan menemaninya makan malam. Aida yang hidup sendiri di kota Surabaya, seakan mendapatkan tambatan hatinya kembali. Menemukan tempat bersandar yang telah ia tinggalkan dulu.

Tililit…tililit…

Notifikasi chat Shawfan berbunyi.

[Aida] Bisa bantu aku lihat rumah kontrakan?

[Shafwan] Buat siapa?

[Aida] Aku. Siapa lagi.

[Shafwan]Mau pindah tempat tinggal?

[Aida] Yup. Nanti sore bisa?

[Shafwan] Boleh

[Aida] See you handsome

Shafwan tersenyum membaca semua chat dari Aida. Rasa bahagia di masa lalu menyeruak dalam hatinya ketika bertemu dan berinteraksi dengan Aida.

Sore harinya ia menemani perempuan melankolis itu melihat rumah kontrakan yang ada di jalan Menganti. Aida kurang suka dengan rumah itu karena dinding rumahnya berjamur, banyak coretan yang belum dihapus juga halaman rumah yang belum tertata rapi.

“Kita cari rumah yang lain ya. Sepertinya yang di daerah jalan Karangan itu ada yang bagus.”

 “Besok saja. Aku akan mengantarmu pulang. Aku ada kondangan menikah nanti malam.”

“Oh ya siapa?”

“Teman sesama guru.”

“Aku ikut boleh?”

Shafwan menggeleng. 

“Kenapa? Apa kau malu bersamaku?”

“Bukan begitu.”

“Kalau begitu aku tunggu di mobil saja. Setelah kondangan kita cari rumah lagi.”

“Apa harus sekarang?”

“Iya harus sekarang. Keburu diambil orang. Shafwan, apa kamu tega membiarkanku tinggal di kos-kosan tiga kali empat meter persegi? Banyak nyamuk dan gerah. Aku ingin segera pindah. As soon as possible.

“Baiklah. Tapi janji, nanti kau tetap di dalam mobil. Sepakat?”

Aida mengangguk.

***

Gedung Juang, terletak di jalan Mayjen Sungkono dipilih oleh Humaira untuk menyelenggarakan resepsi pernikahannya bersama Hanif. Gedung yang diresmikan oleh Presiden Soeharto ini disulap menjadi venue pernikahan yang serba putih. Dua penjor janur kuning melengkung menjadi tanda adanya pernikahan di gedung ini. Kemudian pintu masuk juga dihiasi bunga-bunga sintetis putih. Berjajar berhadapan di lantai bunga-bunga putih

Shafwan memasuki ruangan lantai dua itu sendiri. Dengan kemeja batik berwarna dasar hitam dan motif kecoklatan, Shafwan melangkah gagah dengan sepatu hitam mengkilap. Ia tidak mengikutkan Aida, Shafwan meninggalkan Aida di mobil sesuai kesepakatan.  Langkah Shafwan beberapa kali terhenti karena antrian tamu yang mengular.

“Halo pak guru. Sendirian?” Tetiba, suara Azkadina menegurnya dari belakang.

“Eh, Azkadina… Kamu? Di sini?” Mata Shafwan berbinar memandang gadis cantik ber-pashmina merah marun dan batik hitam merah.

“Iya. Ternyata Ibuku adalah teman lama dari ibu Ustazah Humaira. Beliau mengundang Ibu dan Ibu mengajakku. Dan aku bertemu Pak guru sekarang. Mbulet kan?” Mata jenaka Azkadina menghiasi wajah cantiknya.

Shafwan menganggukkan kepala. Azkadina mengenalkan Ibunya kepada Shafwan. Shafwan menyapa dan menanyakan kabar Ibu Azkadina. Mereka berbasa basi sejenak. Ibu Azkadina tersenyum melirik Azkadina, dan memberi kode jempol kepadanya.

Sejenak wajah Shafwan tersirat senyum bahagia, tapi dalam hatinya ada perasaan tak menentu bertemu gadis bernama Azkadina ini. Aura wajah Shafwan tak secerah biasanya saat bertemu Azkadina. Ia tak mengenali apa yang bergemuruh di hatinya.

Mereka melanjutkan kembali antrian bersalaman dengan kedua mempelai.

“Pak guru, wajahnya kok agak murung gitu? Pasti karena sudah lama gak ketemu aku ya?” goda Azkadina dengan senyum tengilnya.

“Ge Er. Kamu sendiri, kenapa kok ceria banget malam ini?”

 “Ya karena sainganku berkurang satu,” jawab Azkadina slengekan.

What? Humaira sainganmu?”

“Iya dong. Hehehe…”

Shafwan menepuk jidatnya. Ia pun berbisik, “Humaira bukan sainganmu. Kami berteman saja.”

“Iya aku percaya.” Azkadina mengerlingkan matanya ke arah Shafwan. Pulasan make up Azkadina tampak sempurna dengan raut wajah manis senyum Azkadina.

Shafwan menikmati momen kerlingan cantik itu, namun fikirannya segera berubah kusut. Ia memikirkan perempuan di masa lalu yang tengah menunggunya di dalam mobil.

Tak berapa lama, mereka sampai juga naik ke panggung pelaminan. Keduanya mengucapkan doa selamat pernikahan kepada Humaira dan Hanif.

Humaira memeluk Azkadina seraya berbisik, “Semoga kamu dan Ustaz Shafwan yang berikutnya berjodoh ya.”

“Aamiin…aamiin ya Allah…” ujar Azkadina keras-keras. Shafwan memberikan isyarat kepada Azkadina untuk memperkecil suaranya, namun sudah terlambat. Suara melengking Azkadina terdengar keluarga pengantin dan kru studio foto.  

Humaira memberikan potongan bunga melati kepada Shafwan dan memintanya memberikan bunga itu kepada Azkadina. Shafwan berlutut dan memberikan kepada Azkadina yang sedang memerah malu wajahnya. Ia menerima bunga itu sambil setengah melompat. Hampir saja Azkadina menginjak gaun pengantin Humaira kalau saja Shafwan tak menarik tangannya.

Mereka bertiga turun dari panggung dan menikmati hidangan yang disediakan. Shafwan bertemu dengan sesama rekan guru, salah satunya Huda, sahabatnya.

“Kalau memang sudah yakin, ndang disegerakan. Keburu dia diambil orang atau kamu yang berubah pikiran.” Ujar Huda.

Kalimat Huda mengubah raut wajahnya. Hatinya seakan teriris mendengar kalimat atau kamu yang berubah pikiran.

Dua hari ini, Shafwan menikmati hari-hari bahagia bersama Aida padahal dia sedang berproses taaruf bersama Azkadina.

Apakah aku telah berubah pikiran?

“Pak guru, kenapa murung lagi?” tanya Azkadina.

Shafwan tersenyum. Ia memandang Azkadina dengan perasaan campur aduk. Ia menyayangi gadis ini namun juga merasa bersalah. Azkadina mengajak Shafwan ke tempat duduk yang lebih sepi.

“Pak guru, bagaimana hasil istikharah-nya?” tanya Azkadina lagi.

“Azkadina maunya bagaimana?” tanya balik Shafwan. Ia melirik gadis berwajah oval di sampingnya itu.

“Itu bukan jawaban,” ujar Azkadina,”Pak guru masih ragu-ragu sepertinya ya?”

Shafwan menatap gadis itu lagi. Ia tak mampu menjawab setiap pertanyaannya. Azkadina masih menantikan jawaban muncul dari diri Shafwan.

“Aku mungkin tidak cukup baik untuk pak guru. Gak papa. Aku ikhlas jika pak guru tidak melanjutkan proses kita.”

“Tidak bukan itu. Azkadina gadis yang baik. Aku ragu dengan diriku sendiri.”

“Maksudnya?”

“Aku ragu-ragu, apa bisa membahagiakan Azkadina. Atau tidak.”

Ganti, Azkadina yang terdiam. Keheningan menyapa mereka. Di tengah keramaian hiruk pikuk tamu undangan yang menikmati hidangan dan musik pengantar pernikahan.

Mengalun indah Menjaga Hati-nya Yovie dan Nuno sedang dilagukan oleh pengisi acara. Keduanya menikmati lirik lagu yang relate dengan suasana saat itu.

Biarkan aku menjaga perasaan ini, oh

Menjaga segenap cinta yang telah kau beri

Engkau pergi, aku takkan pergi

Kau menjauh, aku takkan jauh

Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu, oh, oh-oh

 

“Aku pamit dulu.” Shafwan meninggalkan Azkadina yang masih terpaku di tempat duduknya.

Azkadina memandang punggung Shafwan yang menjauh darinya. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengikuti kepergian Shafwan. Perlahan ia berdiri dan meninggalkan kursi yang didudukinya. Netranya berfokus mengikuti langkah Shafwan. Beberapa kali Azkadina harus terhenti karena bertabrakan dengan petugas catering.

Kaki Azkadina sudah sampai ke luar gedung. Ia celingukan melihat ke kanan kiri, mencari keberadaan Shafwan. Namun ia tak melihat sosok tinggi besar itu.

Hampir saja Azkadina berteriak kegirangan ketika melihat mobil yang dikendarai Shafwan bergerak keluar dari tempat parkir.

Kegirangan itu berbalik terkejut, saat melihat bayangan perempuan dari balik kaca mobil Shafwan. Perempuan berkerudung dengan pipi chubby dan berkacamata.

“Itu siapa?” gumam Azkadina mematung.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Semu, Nawasena
7334      2728     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Senja (Ceritamu, Milikmu)
6029      1530     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
BIYA
2982      992     3     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
Weak
226      179     1     
Romance
Entah sejak kapan, hal seromantis apapun kadang terasa hambar. Perasaan berdebar yang kurasakan saat pertama kali Dio menggenggam tanganku perlahan berkurang. Aku tidak tahu letak masalahnya, tapi semua hanya tidak sama lagi. Kalau pada akhirnya orang-orang berusaha untuk membuatku menjauh darinya, apa yang harus kulakukan?
Tasbih Cinta dari Anatolia
27      27     1     
Romance
Di antara doa dan takdir, ada perjalanan hati yang tak terduga… Ayra Safiyyah, seorang akademisi muda dari Indonesia, datang ke Turki bukan hanya untuk penelitian, tetapi juga untuk menemukan jawaban atas kegelisahan hatinya. Di Kayseri, ia bertemu dengan Mustafa Ghaziy, seorang pengrajin tasbih yang menjalani hidup dengan kesederhanaan dan ketulusan. Di balik butiran tasbih yang diukirny...
Pesta Merah
442      310     1     
Short Story
Ada dua pilihan ketika seseorang merenggut orang yang kamu sayangi, yaitu membalas atau memaafkan. Jika itu kamu dan kamu dapat melakukan keduanya?, pilihan manakah yang kamu pilih?
Veintiséis (Dua Puluh Enam)
744      407     0     
Romance
Sebuah angka dan guratan takdir mempertemukan Catur dan Allea. Meski dalam keadaan yang tidak terlalu baik, ternyata keduanya pernah memiliki ikrar janji yang sama sama dilupakan.
Last October
1762      675     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
Kani's World
1442      669     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.
Lost In Auto
1339      497     1     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.