Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rewrite
MENU
About Us  

“Jadi, menurut ustaz Shafwan, Farel anak nakal.” Mata tajam Sonya menyeruak di antara tatapannya ke Shafwan dan Humaira.

“Maaf Bunda, saya tidak pernah mengatakan  begitu. Yang saya sampaikan tadi adalah hasil observasi kami.,”sanggah Shafwan halus.

“Ya kan tadi ustad bilang bahwa Farel juga punya potensi fisik untuk memukul. Begitu kan? Itu kan artinya Farel yang nakal.”

Ngapunten. Saya sampaikan sekali lagi nggih supaya tidak salah paham.” Shafwan menarik nafas panjang, mencoba meluruskan situasi.  “

“Dari hasil observasi kemarin, didapatkan beberapa data. Pertama Farel dan Faiq bermain gulat seperti yang mereka tonton di acara Mixed Martial Art. Mereka melakukan itu di halaman belakang. Pada saat kejadian, banyak yang melihat dan membenarkan.” Shafwan membetulkan letak kacamatanya. Sonya masih mendengarkan dengan seksama lelaki muda di depannya. Sedangkan Humaira, mencatat segala sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya.  

“Kemudian menurut penuturan mereka, Farel kalah lalu mendorong Faiq sampai jatuh. Kemudian Faiq membalasnya dengan menepuk punggungnya.”

“Tuh kan benar. Farel dipukul.”

“Bukan dipukul. Tapi ditepuk.”

“Sama saja Tadz. Lagian mengapa selama istirahat Ustaz tidak mengawasi anak saya? Kan kapan hari Farel juga di-bully sama Faiq. Kenapa sampai terulang lagi?” sesal Sonya masih dengan nafas memburu. Kali ini ia mengubah posisi duduknya. Kepalanya ditegakkan di hadapan guru anaknya.

“Sebenarnya, setelah kejadian pertengkaran Farel dan Faiq kapan hari, saya sudah menyampaikan kepada semua siswa untuk tidak bermain gulat-gulatan lagi. Saya sampaikan juga bahaya dan resiko permainan itu.”

“Saya sempat mengawasi selama beberapa hari permainan yang dilakukan anak-anak. Tapi kemarin Farel dan Faiq janjian main gulat di halaman belakang. Siswa kelas 2 yang melihat, diancam untuk tidak melaporkan ke saya. Katanya nanti dipukul Farel. Data ini kemarin diperoleh Ustazah Humaira saat observasi dan wawancara kepada siswa di kelas 2.”

“Jadi Farel yang salah? Faiq yang benar? Baru kali ini saya temukan korban malah jadi pesakitan,” cibir Sonya. Darahnya mulai mendidih.

“Mohon tidak menyimpulkan begitu. Kami datang kemari bukan untuk menghakimi siapa yang salah dan siapa yang benar. Kami ingin berdiskusi lebih lanjut tentang Farel.”

Tak lama kemudian, tampak batang hidung Farel menyembul dari tirai biru menghampiri Shafwan.”

“Ustaz. Assalamualaikum,” sapa Farel memperlihatkan sebaris giginya yang putih.

“Wa alaikum salam. Halo Mas Farel. Bagaimana kabarnya?” balas Shafwan ramah.

“Baik,” balas Farel,” Ustaz ayo ke kamarku. Aku mau Ustaz lihat kamarku.”

“Wah Mas Farel punya kamar sendiri? Hebat ya sudah mandiri.”

“Ayo Taz.”

Kedua tangan Farel menggeret tangan kiri Shafwan.

“Sebentar, izin Mama dulu. Boleh apa tidak..” ujar Shafwan sambil melihat ekspresi Sonya.

“Boleh Ustaz. Silakan.” Di balik senyum Sonya, tampak bola mata Sonya bergerak ke atas dan ke bawah.

“Ustazah Humaira mungkin bisa menjelaskan kepada Bunda terkait hasil tes grafis Mas Farel.”

“Baik Ustaz.” Humaira membuka map biru plastik yang berisi hasil catatan observasi dan tes grafis Farel. Ia mendekatkan badan ke arah Sonya, hendak menjelaskan isinya.

Sementara itu, Shafwan berdiri dan mengikuti ajakan Farel. Mereka berdua menuju ruang keluarga yang ada di balik tirai biru. Mata elang Shafwan menyapu seluruh penjuru ruangan. Pandangannya tertuju pada sebuah benda yang tergantung di dekat pintu halaman samping.

“Wah, Mas Farel punya sansak. Buat apa ini?”

“Ya buat mukul-mukul Us.”

“Oh ya. Kenapa kok dipukul?” tanya Shafwan penasaran.

“Ya kalau aku suka marah, aku pukul-pukul sansak.”

“Hm begitu ya. Selain sansak, apa lagi yang biasa dipukul?”

“Guling Us. Bantal juga.”

“Oh ya. Kalau sama teman?” Shafwan semakin penasaran dan kepo. Ia membungkukkan badannya. Menyamakan posisi badan dengan si kecil Farel.

“Ya pernah Us. Dulu pas kelas satu.”

“Oh, kelas satu di sekolah sebelumnya ya.”

“Iya Us.”

“Kenapa memukul teman?” Mata Shafwan menyisir halus ekspresi wajah Farel.

“Ya nggak tahu. Pokoknya aku suka memukul aja,” jawab Farel polos. Shafwan terdiam sejenak dan seakan menemukan akar permasalahannya.

“Menurut Ustaz, sebaiknya yang dipukul sansak saja ya. Bukan teman. Kasian kan kalau temannya kesakitan.”

Farel mengangguk.

“Eh mana kamarmu?” tanya Shafwan kemudian.

“Di atas Us. Ayo naik.”

Mereka berdua menaiki tangga menuju kamar Farel. Lagi, mata elang Shafwan menyapu pandangan sekelilingnya. Ada tiga kamar tidur,  satu dapur serta satu ruang makan. Ada pula perpustakaan mini di sudut ruangan.

Tidak ada sesuatu yang perlu ditanyakan.

Ketika Shafwan hendak melangkahkan kaki menuju kamar Farel, seorang gadis berambut ombre bergelombang berjalan dengan cepat dengan membawa semangkuk mie panas. Matanya yang fokus melihat mangkuk di tangan, membuat mata sang gadis tak awas melihat arah depan.

Brukkk….. Pyarr…….

Gadis itu menabrak Shafwan. Badannya tersungkur di atas lantai. Semangkuk mie panas tumpah mengenai tangan dan baju Shafwan.

“Haa ...”

Astaghfirullah…” pekik Shafwan tertahan menyadari bajunya terkena kuah mie panas.

Wajah gadis itu pucat. Ia mulai panik melihat ekspresi pria di depannya mendesis kepanasan.

“Maaf. Waduh. Maaf….”pekik sang gadis,”Saya tidak sengaja.”

“Tante Azka … kasian ustazku kepanasan,” ujar si kecil Farel, mendekati Shafwan.

“Iya aduh bagaimana ini. Sebentar aku ambilkan kain lap dulu,” sahut Azkadina. Ia berlari mengambil kain lap dari dapur. Dengan tergopoh ia membersihkan sisa-sisa mie di lengan baju Shafwan dengan kikuk.

“Maafkan saya. Sekali lagi maaf. Saya ceroboh.”

  “Tak apa. Sini lap nya. Saya bersihkan sendiri saja,” ucap Shafwan. Ia menerima lap itu dan membersihkan bajunya.

“Kamu pasti kepanasan. Aduh bagaimana ini. Mbak Sonya pasti marah sama aku.”

Azkadina memegang kepalanya kebingungan. Shafwan tersenyum melihat ekspresi gadis di depannya.

“Azka…ada apa ini?” tetiba Sonya sudah berada di lantai dua.

“Mbak…aku…” Wajah pucat Azkadina menyiratkan sesuatu yang sudah dipahami Sonya.

“Please deh …Maaf ya Ustaz. Ini adik saya. “

“Inggih Bunda.”

“Ustaz saya pinjami baju ya. Baju Ustaz kotor begitu,”tawar Sonya melihat baju Shafwan kotor.

“Sampun Bunda mboten menopo.” Shafwan berusaha menolak tawaran itu.

“Jangan Taz. Pasti Ustaz tidak nyaman itu,”kilah Sonya,”Azka, bukankah kamu punya stok kaus couple jualanmu. Boleh kamu pinjamkan?”

“Eh kaus distro itu? Yang putih dan ada gambar sarangheyo itu?”

“Ya yang itu. Daripada Ustaz pakai bajunya Papa Farel. Malah gak sopan itu.”

“Eh iya deh. Sebentar.”

Tak lama kemudian Azkadina membawa bungkusan plastik berisi kaus cotton combed 30s warna putih lengan pendek dengan gambar jemari tangan yang membentuk iconic sarangheyo. Ia memberikan kaus itu kepada Shafwan. Agak ragu-ragu, Shafwan menerima kaus pemberian Azkadina. Namun melihat dirinya yang kacau balau, apa boleh buat.

Begitu keluar dari kamar mandi, penampilan Shafwan berubah. Awalnya ia rapi mengenakan kemeja lengan panjang warna coklat, sekarang ia memakai kaus sarangheyo milik Azkadina.

Sejenak Azkadina takjub melihat perubahan penampilan itu. Kaus putih itu begitu hidup tatkala dipakai Shafwan yang berkulit putih. Ia melompat kegirangan tanpa mengucapkan sepatah kata. Farel dan Sonya berpandangan melihat sikap Azkadina.

Ternyata kaus Saragheyo-ku sudah menemukan jodohnya. Cakep banget dipakai Ustaz Shafwan.

“Maaf, apa ada yang salah?” tanya Shafwan kikuk.

“Tidak ada yang salah. Ustaz kelihatan lebih muda memakai kaus itu.” Ujar Sonya tersenyum.

“Cakep lagi.”

Shafwan tersenyum mendengar ekspresi spontan dari gadis di depannya. Senyum lesung pipit Shafwan yang menawan berpadu mata sedang berkacamata, sempat membuat hati Azkadina ambyar. Senyum yang tepat sasaran mengenai pusat hatinya. Senyum yang membuat Azkadina melayang sesaat. Lalu ia tersadar ketika sebuah tepukan ringan mengenai tangannya.

“Tante, sadar. Jangan senyum-senyum sendiri,” ujar Farel meringis.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Contract Lover
12655      2688     56     
Romance
Antoni Tetsuya, pemuda mahasiswa kedokteran tanpa pengalaman romansa berusia 20 tahun yang sekaligus merangkap menjadi seorang penulis megabestseller fantasy komedi. Kehidupannya berubah seketika ketika ia diminta oleh editor serta fansnya untuk menambahkan kisah percintaan di dalam novelnya tersebut sehingga ia harus setengah memaksa Saika Amanda, seorang model terkenal yang namanya sudah tak as...
Today, After Sunshine
1822      770     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!
Lullaby Untuk Lisa
5684      1646     0     
Romance
Pepatah mengatakan kalau ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Tetapi, tidak untuk Lisa. Dulu sekali ia mengidolakan ayahnya. Baginya, mimpi ayahnya adalah mimpinya juga. Namun, tiba-tiba saja ayahnya pergi meninggalkan rumah. Sejak saat itu, ia menganggap mimpinya itu hanyalah khayalan di siang bolong. Omong kosong. Baginya, kepergiannya bukan hanya menciptakan luka tapi sekalig...
Dua Sisi
8462      1931     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
Kisah yang Kita Tahu
5787      1741     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
The Reason
10834      1965     3     
Romance
"Maafkan aku yang tak akan pernah bisa memaafkanmu. Tapi dia benar, yang lalu biarlah berlalu dan dirimu yang pernah hadir dalam hidupku akan menjadi kenangan.." Masa lalu yang bertalian dengan kehidupannya kini, membuat seorang Sean mengalami rasa takut yang ia anggap mustahil. Ketika ketakutannya hilang karena seorang gadis, masa lalu kembali menjerat. Membuatnya nyaris kehilan...
Dunia Tiga Musim
3498      1358     1     
Inspirational
Sebuah acara talkshow mempertemukan tiga manusia yang dulunya pernah bertetangga dan menjalin pertemanan tanpa rencana. Nda, seorang perempun seabstrak namanya, gadis ambivert yang berusaha mencari arti pencapaian hidup setelah mimpinya menjadi diplomat kandas. Bram, lelaki ekstrovert yang bersikeras bahwa pencapaian hidup bisa ia dapatkan dengan cara-cara mainstream: mengejar titel dan pre...
Stuck In Memories
15979      3275     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
After Feeling
5980      1926     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
"Mereka" adalah Sebelah Sayap
476      337     1     
Short Story
Cinta adalah bahasan yang sangat luas dan kompleks, apakah itu pula yang menyebabkan sangat sulit untuk menemukanmu ? Tidak kah sekali saja kau berpihak kepadaku ?