Read More >>"> When Magenta Write Their Destiny (Blok 19: Erika) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - When Magenta Write Their Destiny
MENU
About Us  

Blok 19-Erika

Semesta Erika

Aku cinta Erika.

Itulah kalimat yang tertera pada sepotong kertas yang menempel di dinding kamar Fritz. Dia bener-bener serius mau sembuh. Dan ternyata motivasi kesembuhannya adalah gue.

Gue senyum-senyum bacanya. Pertama kali gue liat kertas itu pas lagi video call sama dia. Seperti biasa, kami selalu vidcall kalo nggak bisa ketemuan. Vidcall nggak harus ngobrol-ngobrol. Kami malah lebih sering diam. Gue ngerjain tugas kuliah yang bejibun, Fritz beresin kerjaan di perusahaan barunya. Kami hanya saling menemani dengan kamera menyala. Nggak jarang kami vc-an sampai lewat tengah malam.

Ritme hidup gue nggak sesibuk anak Magenta yang lain. Gue bukan Benita yang dikit-dikit ada kegiatan modeling atau tampil main piano. Gue juga bukan Marina, Aini, dan Gabriella yang sibuk menelurkan buku atau skenario film dari waktu ke waktu. Dunia gue hanya berputar di rumah, kuliah, Fritz, dan Magenta. Sejauh ini, gue merasa udah cukup. Kalo gue terlalu sibuk, gimana gue bisa bantu Fritz pulih dari kelainan seksualnya? Jefrey pernah ngeledek gue mahasiswa kupu-kupu saking gabutnya. Ah, dia nggak paham.

Tiap hari ketemu atau berinteraksi sama Fritz, gue makin jatuh hati. Gue jadi kenal sisi lain dirinya yang pekerja keras dan visioner. Salut gue karena mahasiswa semester dua kayak dia aja udah bangun perusahaan sendiri. Meski perusahaannya belum sebesar PT Kamajaya Real Property tbk atau Purnama Grup, ini jadi kemajuan pesat buat lelaki seumurannya. Gue sempet ngeri-ngeri sedap pas tau perusahaannya bergerak di bidang produk perawatan kulit. Itu artinya, Fritz bakal sering ketemu cowok-cewek glowing. Kalo kayak begitu, kelainan seksualnya kambuh lagi nggak, ya?

“Kamu cemburu?” tanyanya setengah tertawa. Sore itu, gue ungkapin kekhawatiran yang mengganjal di pikiran.

“Iya. Nanti kalo kamu ketrigger lagi gimana?”

Senyuman Fritz terlihat jelas sekali di layar laptop. Duh, deg-degan gue. Mudah-mudahan senyum itu buat gue seorang. Fritz jangan bagi ke yang lain.

“Aku punya ide. Kamu jadi BA aja buat produk skincare aku,” usul Fritz.

Mendengar itu, gue ngakak. “Nggak, ah. Ntar produk kamu nggak laku lagi, kalo aku jadi BA-nya.”

Fritz berdecak tak sabar. Dia sebel kalo penyakit minderan gue kumat. Katanya, gue udah cukup cantik buat jadi duta merk. Gue tetap nolak. Gue malah rekomendasiin Benita buat jadi BA-nya.

Kalimat ‘aku cinta Erika’ juga gue baca di kertas yang dibawa Fritz saat sesi pertama hipnoterapi. Yups, akhirnya dia mau menemui ahlinya buat memecahkan masalah seksual. Gue sendiri juga masih bingung mau menyebut homoseksual ini sebagai penyakit atau bukan. Jelas-jelas homoseksual udah dihapus dari APA (American Physicological Asociation). Sigmund Freud juga nggak mau ngobatin penderita lesbian dan homoseksual. Bahkan, ahli psikologi jempolan itu beranggapan penyuka sesama jenis bukan hal memalukan. Tapi, ada sekelompok ahli psikologi lain yang menganggap homoseksual adalah penyakit mental. Sampai-sampai mereka menciptakan terapi yang namanya terapi konversi. Terapi ini nggak recomend buat dilakukan karena di dalamnya ada unsur penyiksaan. Misalnya, ada seorang gay yang dipaksa melihat foto-foto pria seksi lalu tubuhnya dihantam kejut listrik. Terapis berupaya membentuk ingatan bahwa homoseksual identik dengan kesakitan. Ada juga seorang dokter yang menyarankan operasi testis. Para pria homoseksual menjalani operasi testis dan buah zakar agar mereka tak lagi menyukai sesama jenis. Namun, langkah medis ini sama nihilnya dengan terapi konversi.

Fritz nggak perlu kayak gitu. Dia hanya perlu hipnoterapi. Gue rasa itu langkah paling aman. Jadilah gue bawa dia ke hipnoterapis ternama yang udah berpengalaman menangani pria gay.

Dengan sabar, gue temenin dia terapi. Gue rela bolos kuliah kalau sesi hipnoterapinya bentrok sama kelas. Pokoknya gue nggak bakal ninggalin dia.

Dari satu sesi ke sesi lain, akhirnya misteri penyebab kelainan Fritz terungkap. Dia jadi gay karena trauma pernah liat ortunya selingkuh. Gue baru tau kalo keluarganya Fritz yang terlihat sempurna itu ternyata punya aib memalukan juga.

“Nggak ada keluarga yang benar-benar sempurna, Erika.” Fritz pernah bilang gitu ke gue setelah hipnoterapi sesi kedua.

Justru dari situlah hipnoterapisnya lega. Itu berarti masalah kelainan seksual Fritz lebih mudah tertangani. Langkah yang harus dilakukan adalah menghapus trauma. Gay karena trauma lebih mudah disembuhkan tinimbang karena sebab lain.

“Apa motivasi kamu sembuh dari kelainan seksual ini?” tanya hipnoterapis.

“Karena saya cinta Erika. Kalau saya masih gay, bagaimana bisa saya memiliki dia seutuhnya?” balas Fritz yakin.

Gue bahagia banget dijadiin motivasi untuk sembuh oleh orang lain. Dada gue menghangat. Fritz jadiin gue sebagai dunianya. Sebagai langkah pertama, hipnoterapis itu menyuruh Fritz menulis kalimat cinta di atas kertas. Kertas itu ditempel di dinding kamarnya sebagai pengingat. Kalo dia ketrigger lagi, dia tinggal liat tulisan di dinding kamar.

Sesi penanganan nggak hanya terhenti di klinik hipnoterapi. Fritz juga keluar dari grup komunitas gay. Barang-barang kenangannya dengan Rafael dia buang. Gue sering kasih dia bahan bacaan tentang pernikahan dan novel cinta. Momen bulan suci dia manfaatin buat mendekatkan diri sama Tuhan. Dia rajin berdoa biar Tuhan membimbingnya keluar dari lorong gelap homoseksual.

Gue tau proses ini nggak gampang. Ada kemauan kuat untuk jadi hetero aja udah cukup. Mungkin gue masih perlu berjibaku dengan perasaan gue sendiri pas dia ketrigger. Yah, misalnya malam ini.

Malam kedua Magenta menginap di Zilvia Hotel. Suite room ini terbagi empat ruangan: tiga ruang tidur dan satu ruang tengah yang cukup luas. Para cowok menempati satu ruang tidur. Sedangkan dua lainnya ditempati Magenta. Gue khawatir karena Fritz sekamar sama cowok. Nggak mungkin gue ceritain keresahan ini ke Magenta. Gue nggak seberani Gabriella atau Marina untuk mengungkap kejujuran. Kalo gue curhat ke Marina, yang ada kisah gue dijadiin bahan cerita novel. Aini bakal ngomelin gue seharian, bahkan bisa-bisa Fritz kena gampar kalo sampai rahasia ini sampai ke telinganya. Curhat ke anak sultan sama aja gue minta diketawain. Kalo gue curhat ke ibu peri, yang ada gue sama Benita nangis bareng.

Alhasil gue hanya bisa diam sambil liatin para cowok lagi nonton film horor. Kalo gue perhatiin, cuma Fritz yang fokus nonton. Om Calvin sibuk sama kerjaan. Gabriel lagi jadi bapak asuh dadakan karena Yuke nempel mulu sama dia. Gue penasaran. Kok dari tadi Fritz stay cool nonton film hantu, ya? Kirain dia bakal teriak ketakutan atau meluk gue. Ih, ngarep banget lo, Erika.

“Yuke mau Hyung.”

Suara bariton Yuke berbaur dengan dialog para pemain film. Gabriel menepuk pelan punggung Yuke.

“Hyung-nya Yuke dimana?” balas cowok ganteng itu lembut.

Yuke menggeleng. Wajahnya tertunduk lesu. Gabriel merangkulnya penuh empati.

“Gabriel mau, kok, jadi temennya Yuke,” tawar Gabriel tulus.

Tetiba Om Calvin bergerak di tempat duduknya. Dia pamitan mau beresin kerjaan. Gue ketakutan. Dari gelagatnya, kayaknya Om Calvin nggak bakal nginep di sini sama para cowok. Berarti Fritz cuma ditemenin Yuke dan Gabriel. Alarm tanda bahaya berdenging di kepala gue.

Perasaan inferior masih menggerogoti, tapi bukan berarti gue bodoh. Yuke dan Gabriel itu cowok cakep di atas rata-rata. Om Calvin sama aja, sih. Tapi setidaknya, Fritz nggak berani macam-macam kalo ada pria yang hampir seumuran sama Om Dewanto. Nah, kalo dia khilaf gimana? Yuke itu seksi. Badannya atletis dengan perut six pack dengan kulit seputih susu. Pesona Gabriel bersinar setelah operasinya berhasil. Wajah putih bersihnya amat tampan. Ditambah lagi sikap simpatiknya. Duo kece ini jadi pria idaman gay. Orang seterbuka Fritz pasti nggak keberatan menjalin hubungan sama sopir bus atau pria berkebutuhan khusus.

Gue geser-geser kaki dengan gelisah. Gabriella menyikut rusuk gue.

“Erika, lo pengen pipis, ya? Dari tadi geser-geser kaki mulu,” bisiknya.

Gue nggak jawab. Fokus perhatian gue tersedot oleh Fritz. Sampai-sampai gue nggak dengerin keluhan Marina. Dia ngeluh karena Angelina dan Paulina cerita mulu tentang Ugly Baby alias keponakannya. Marina juga bilang kalo ibunya hanya ada di dekat dia saat sang ibu sedang lelah. Kira-kira itu sepintas yang gue tangkep.

Film usai. Magenta bersiap tidur, begitu juga para cowok. Gabriel menuntun Yuke ke kamar mandi, membantunya bersih-bersih sebelum terlelap. Fritz mengekori mereka. Bulu kuduk gue meremang. Apa Fritz bakal berdiri juniornya kalo liat Gabriel dan Yuke naked?

“Erika, ayo tidur! Gue ngantuk, nih!” Aini berseru tak sabar, menarik-narik lengan baju gue.

“Lo duluan aja. Ntar gue nyusul,” tolak gue halus.

Aini mendesah dan berlalu ke kamar. Gue kembali mendaratkan pantat di sofa. Mungkin ada baiknya gue tungguin trio kwek-kwek ups, trio cowok kece di sini.

Klek

Pintu ruang tidur yang ditempati para cowok membuka. Fritz berdiri keheranan liat gue dari mulut pintu. Bergegas dia hampiri gue.

“Kenapa belum tidur, Erika?”

Dari pintu ruang tidur yang setengah terbuka, gue bisa liat Yuke dan Gabriel berganti memakai piyama. Gabriel bantu Yuke karena piyamanya kebalik.

“Gimana perasaan kamu liat mereka?” tunjuk gue ke arah dua cowok seksi di ruang tidur.

Fritz terlihat nggak nyaman. “Yah ... agak berdebar. Yuke seksi banget. Kalo Gabriel, dadanya sedikit berbulu.”

Astaga, gue mau pingsan. Ini nggak bisa dibiarin. Gue tarik tangan Fritz begitu keras sampai dia terduduk di sebelah gue.

“Fritz, temenin aku tidur di sini,” rajuk gue manja.

“Loh, kamu tidur aja sama Magenta. Kenapa malah pengen tidur di sofa?”

“Enggak, aku maunya di sini!”

Oke, silakan bilang sikap gue nyebelin. Tapi gue lakuin ini demi keutuhan cinta. Dia harus terbiasa sama gue.

Fritz akhirnya mengalah. Dia pamit sebentar ke kamar buat ambil kantong tidur. Saat itulah gue pakai kesempatan untuk melepaskan gaun panjang gue. Hingga akhirnya gue hanya pakai lingerie bertali spagetti sewarna pasir. Sekeluarnya dari kamar, Fritz terbeliak liat penampilan gue berubah total. Pasti sekarang gue kayak cewek yang udah putus urat malunya.

“Erika ....”

Gue tersenyum sensual. “Kenapa? Kaget, ya, liat aku?”

Gugup Fritz menelan saliva. Keringat dingin membanyak di dahinya. Dia mengambil jarak dengan gue seolah gue pembawa virus.

“Kenapa, Fritz? Memangnya cuma Gabriel dan Yuke aja yang bisa seksi di mata kamu?”

“Erika, tolong hentikan. Pakai lagi bajunya.” Fritz memohon, wajahnya memucat. Dia berjengit saat gue memutus jarak di antara kami.

Sengaja gue tempelin kulit mulus gue dengan kulitnya. Tangan gue melingkari pinggangnya. Fritz gemetar hebat saat kami bersentuhan. Kantong tidur di tangannya merebah ke lantai.

Apa saja yang membuatmu bahagia

Telah ku lakukan untukmu

Demi mengharapkan cintamu

Kini ku bagai menanti

Datangnya pelangi

Jarak kami telah sempurna terputus. Gue bersiap membuka lingerie. Secepat kilat Fritz menahan tangan gue.

“Cukup, Erika!” tegasnya.

“Apa pun, Fritz. Apa pun aku lakukan untuk mendapatkan cintamu,” balas gue sedih. Segala gerakannya untuk mencegah gue melepas pakaian dan getar tubuhnya adalah pertanda dia masih takut sama perempuan.

Di malam hari yang sepi

Ku sadari yang telah ku lakukan

Membuat hatimu terpenjara

Dan tak kuasa ku membukanya

Walau seluruh dayaku ingin bersamamu

“Kamu udah dapetin cinta aku, Erika. Nggak perlu lagi kamu lakuin ini.” Fritz berkata putus asa. Entah putus asa dalam berpura-pura atau karena susah banget yakinin gue.

Lingerie itu hampir merosot. Tali bra hitam yang gue pakai siap copot.

“Pakai lagi, Erika. Tolong ... kalau kamu cinta aku, jangan kayak gini. Jangan gila.”

“Gila?” ulang gue, tertawa getir.

“Kamu yang bikin aku gila, Fritz Wongsonegara!”

Kunci hatimu patah tak terganti

Cinta tak harus memiliki

Tak harus menyakiti

Cintaku tak harus mati

Oh cinta

Tak harus bersama (Vidi Aldiano ft Prilly Latuconsina-Ketulusan Cintaku Pelangi di Malam Hari).

Gue mendekatkan wajah ke wajah Fritz. Dia berusaha menjauh.

“Ayo, Fritz. Ayo kita lakukan itu. Bayangin aku ini Yuke atau Gabriel,” bisik gue dengan suara bergetar.

“No!”

Tenaga gue nggak ada apa-apanya dibanding dia. Gue terpental saat Fritz dorong tubuh gue.

“Maaf,” sesalnya, membantu gue berdiri.

“Tapi inilah caraku mencintai kamu.”

Gue mendengus. “Dengan menolakku barusan?”

“Bukan, bukan menolak. Aku jaga kamu, termasuk jaga kamu dari diriku sendiri.”

Perlahan gue pungut gaun yang berserakan. Gue pakai dengan perasaan nggak keruan. Tatapan gue bersirobok dengan Fritz. Dan ... percaya atau tidak, gue liat pancaran ketulusan di sana. Gue percaya dia nggak bermaksud nyakitin gue. Fritz nggak mau sentuh gue sekarang demi menjaga gue.

“Erika,” kata Fritz lembut.

“Aku memang nggak normal, tapi aku masih punya perasaan. Biar bagaimana pun, aku tetap seorang laki-laki. Bisa aja aku lepas kendali. Sebelum hal itu terjadi, lebih baik aku jaga kamu, termasuk jaga kamu dari diriku sendiri.”

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gilan(G)ia
466      244     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.
KEPINGAN KATA
389      256     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
Mencari Cinta Suamiku
556      287     2     
Romance
“Mari berhenti melihat punggung orang lain. Semua yang harus kamu lakukan itu adalah berbalik. Kalau kamu berbalik, aku ada disini.” Setelah aku bersaing dengan masa lalumu yang raganya jelas-jelas sudah dipeluk bumi, sekarang sainganku adalah penyembuhmu yang ternyata bukan aku. Lantas tahta apa yang tersisa untukku dihatimu?.
Teater
20267      2863     3     
Romance
"Disembunyikan atau tidak cinta itu akan tetap ada." Aku mengenalnya sebagai seseorang yang PERNAH aku cintai dan ada juga yang perlahan aku kenal sebagai seseorang yang mencintaiku. Mencintai dan dicintai. ~ L U T H F I T A ? Plagiat adalah sebuah kejahatan.
Love Al Nerd || hiatus
108      84     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
5781      2208     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...
Di Paksa Nikah
662      352     0     
Romance
Jafis. Sang Putra Mahkota royal family Leonando. Paras tampan nan rupawan. Pebisnis muda terkemuka. Incaran emak-emak sosialita untuk menjadi menantunya. Hingga jutaan kaum hawa mendambakannya untuk menjadi pendamping hidup. Mereka akan menggoda saat ada kesempatan. Sayangnya. Sang putra mahkota berdarah dingin. Mulut bak belati. Setiap ada keinginan harus segera dituruti. Tak bisa tunggu at...
Luka atau bahagia?
3585      1140     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
Chapter Dua – Puluh
2830      1298     3     
Romance
Ini bukan aku! Seorang "aku" tidak pernah tunduk pada emosi. Lagipula, apa - apaan sensasi berdebar dan perut bergejolak ini. Semuanya sangat mengganggu dan sangat tidak masuk akal. Sungguh, semua ini hanya karena mata yang selalu bertemu? Lagipula, ada apa dengan otakku? Hei, aku! Tidak ada satupun kata terlontar. Hanya saling bertukar tatap dan bagaimana bisa kalian berdua mengerti harus ap...
Mistress
2145      1144     1     
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal. Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...