Loading...
Logo TinLit
Read Story - Palette
MENU
About Us  

“Sori, sori, gue telat.” Sedikit berlari, gadis itu menghampiri dua pemuda yang duduk sambil merokok di teras minimarket. Di meja kecil di depan mereka, dua cup kopi tampak mengebul. Jatayu Lestari, Ayu, segera menarik kursi di antara dua perokok itu kemudian menyesap kopi dari salah satu cup terdekat.

“Kopi gue...,” seru Naga sesaat setelah cup kopinya menempel di bibir Ayu. “Elo tuh, ya, udah telat, minum kopi orang sembarangan. Untung belum gue minum tadi, gimana kalau udah?”

Ayu mengernyit. “Emang kenapa kalau udah lu minum? Lu minum sambil ngeludah emangnya?”

Naga mendecak. “Serah lu, deh.”

“Lagian sejak kapan sih, Yu, lo jadi gampang telat gini?” Choky, pemuda bergigi tupai itu nyeletuk. “Setengah jam, lho. Selambat-lambatnya Naga, paling cuma lima belas menit. Itu pun jarang-jarang karena dia selalu stand by di sini dua puluh empat jam.”

“Sialan lo.” Naga menendang kursi yang diduduki Choky sambil tertawa, keduanya kemudian terkikik bersama.

“Lo mikir nggak sih, Bang, sebelum ngomong gitu? Rumah gue dari sini jauh. Kampus gue dari sini juga jauh. Sedangkan tiap hari, tempat yang gue sambangin muter aja rumah-kampus rumah-kampus. Kenapa harus selalu gue yang ngertiin kalian?”

“Ya, karena lo satu-satunya cewek di sini. Sekali-sekali aja ngertiin kita.” Setelah mengatakan itu, Naga ber-high five dengan Choky sambil terkekeh puas. Pemuda itu lalu mengacak poni gadis yang merengut di hadapannya. “Jangan marah, lo tahu kita cuma bercanda, kan?”

“Bercanda lo nggak lucu.”

“Oh, gue tahu kok. Kalau bercanda gue lucu, gue bikin grup lawak, bukan band.” Sekali lagi dua pemuda itu tos dan tertawa-tawa. Lalu Naga menjerit tertahan saat merasakan sebuah cubitan di lengan kurusnya.

Tidak lama, Ayu segera melepas cubitannya kemudian mendecak. “Lo kurus banget sih, Ga? Udah berapa hari nggak makan?”

“Sialan, lo,” umpat Naga sambil mengusap bekas cubitan Ayu di lengannya. “Lo bisa panggil Choky pakai ‘Bang’, kenapa ke gue enggak?”

Ayu terlihat menghela napas dalam. Pemuda di hadapannya tengah mengalihkan pembicaraan. “Ya, karena Bang Choky saudara gue. Elo kan bukan.”

“Tetep aja gue lebih tua dari lo.”

“Emangnya lo mau gue panggil ‘Bang’?”

Naga tertawa, lalu menyeruput kopinya. “Enggak, sih. Penasaran aja gue. Selama empat tahun kita bareng, gue nggak pernah tahu alasan lo nggak mau manggil gue ‘Abang’.”

“Lo jijik banget sih, Ga. Kalau Ayu manggil ‘Abang’, lo jadi mirip tukang palak di perempatan itu,” celetuk Choky sambil melirik tato kecil di tangan Naga.

Nope. Gue lebih ganteng dari mereka. Bagian mana dari gue yang mirip sama mereka?”

“Bagian lo suka nongkrong di teras minimarket, misalnya.”

Naga menoleh ke arah suara, lalu melihat Dara berdiri di dekat pintu masuk sambil bersedekap. Pemuda itu tersenyum memamerkan gigi-giginya. “Kan gue nemenin elo kerja, Beb.”

Dara membuat gestur seperti orang muntah. “Gue bukan bebek, ya, jangan panggil gue gitu. Lagian gue lebih dewasa dari lo, dari kalian. Gue berhak kalau mau kasih nasihat. Kalian nggak malu tiap hari nongkrong di sini ngabisin duit buat rokok dan kopi, padahal nggak tiap hari kalian bisa dapetin duit itu?”

Naga menggembungkan pipinya, mengumpulkan udara di dalam mulut, kemudian membuangnya dengan bosan. Bukan sekali dua kali Dara menegur mereka seperti ini.

“Gue bilang juga apa, kan.” Ayu yang berdiri pertama kali. “Kita pindah markas aja. Ntar gue minta Papa buat bikinin studio di paviliun rumah gue.”

“Tapi rumah lo kan jauh dari sini, Yu,” protes Choky.

“Kenapa emang kalau jauh? Daripada di sini, tiap hari kena ceramah orang yang sok tua.” Ayu menatap Dara, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada gadis yang lebih tua darinya itu. Dara tidak takut dengan tatapan mengintimidasi yang diberikan Ayu padanya. Dia hanya malas dan bosan. Karenanya, gadis itu kembali melenggang masuk.

“Yu....” Naga menarik lengan Ayu dan memintanya duduk kembali. “Lo tahu gue nggak ada kendaraan buat ke sana. Masa lo tega gue tiap hari naik kendaraan umum? Jadwal manggung kita aja nggak tetap. Kadang seminggu sekali, kadang malah sampai sebulan cuma dapat job sekali doang.”

Ayu terkesiap. Sepertinya, emosi membuatnya melupakan fakta itu. Dulu mereka memutuskan untuk berkumpul di tempat itu dengan pertimbangan hanya di sana tempat yang dapat dijangkau Naga dengan cepat setiap hari. Bahkan Choky rela menyewa sebuah unit apartemen tak jauh dari tempat tinggal Naga demi menemani sahabatnya itu.

“Kayaknya kita emang udah harus ngobrolin soal masa depan Nokturnal. Gue nggak mungkin buang waktu empat tahun gue cuma buat main-main.” Naga menghela napas setelah mengucapkan kalimat panjang itu.

Naga ingat pertama kali ide bikin band itu datang dari celetukan isengnya bersama Choky. Waktu itu mereka masih menjadi mahasiswa tingkat akhir, Choky masih harus mengulang beberapa SKS mata kuliah yang tertinggal, sementara Naga sudah hampir menyelesaikan skripsinya. Di kalangan mahasiswa seni rupa, Naga memang cukup terkenal. Tidak hanya di angkatannya, Naga juga terkenal di kalangan kakak tingkat dan adik tingkat.

Oh, jangan percaya kalau Naga membual soal pengaruh wajah tampannya. Nyatanya, alih-alih populer karena tampilan yang good looking, Naga justru terkenal dengan otaknya yang brilian. Pemuda itu seperti memang terlahir untuk menjadi bintang. Proyek seni apa pun akan sukses besar jika ada campur tangan Naga atau minimal ide dari kepalanya di sana.

“Jadi lo udah siap seriusin Nokturnal?” tanya Choky. Kini mereka sudah berpindah ke apartemen Choky karena tidak ingin diusir secara halus untuk kesekian kali oleh Dara. “Lo tahu kan, alasan Nokturnal gini-gini aja dari dulu? Itu karena lo. Rasanya lucu kalau lo bilang empat tahun ini kita nggak pernah mikir masa depan, Ga. Cuma lo yang stuck di masa lalu, gue sama Ayu berusaha terus kasih dukungan buat lo.”

“Ga....” Ayu menumpukan tangannya di atas tangan Naga. Gadis itu mengabaikan kalimat panjang penuh penghakiman yang keluar dari mulut Choky. “Ada apa? Everything’s okay?”

Naga menggeleng. “Nothing was going okay. Kalian tahu sejak awal nggak ada yang bisa gue lakuin dengan bener. Bahkan cuma buat nyenengin orang tua gue aja, gue gagal.”

“Bisa nggak lo berhenti insecure sama kemampuan lo sendiri?” sergah Choky. “Semua orang, bahkan dosen kita juga tahu, lo bisa lakuin apa pun yang lo mau dengan kemampuan lo.”

“Gue nggak bilang lagi ngeraguin kemampuan gue. Gue tahu gue capable. Masalahnya, gue nggak pernah siap buat gagal.” Naga menunduk, menatap tangan Ayu yang meremas jemarinya. “Kalau kali ini gue nyoba, terus gagal, gue nggak tahu bakal bisa bangkit apa enggak.”

Choky memukul kepala Naga, membuat pemuda itu mengumpat, lalu meringis sambil memegangi kepalanya. “Lo baru gagal sekali, Bego! Orang lain gagal berkali-kali dan nggak se-insecure ini. Kenapa lo nggak bisa kayak gitu?”

Naga meremas rambutnya. “Gue juga bertanya-tanya, kenapa gue nggak bisa kayak orang lain. Kenapa gue selalu mikirin hal yang bahkan belum tentu terjadi di hidup gue. Gue bahkan mikir, gimana kalau nanti gue depresi pas gagal?”

“Jadi sebenernya, apa yang lo pengin lakuin sama Nokturnal, Ga?” Ayu menengahi. “Pertengkaran kalian nggak akan nyelesaiin apa-apa. Kesibukan gue juga bukan cuma buat nengahin dua bocah kayak kalian. Gue masih harus skripsi, nugas.”

Dua pemuda itu terdiam. Ayu jarang sekali marah, kali ini pun sebenarnya dia juga tidak marah. Naga tahu. Ucapan gadis itu lebih kepada sentilan. Seharusnya Ayu bisa fokus dengan skripsinya dan wisuda tahun ini. Namun, berada di antara kakak sepupu dan sahabatnya, membuat gadis itu sedikit kewalahan. Umurnya memang paling muda, tetapi justru yang paling berpikir dewasa.

“Waktu pertama gue kenal lo dulu, lo nggak kayak gini lho, Ga.” Ayu kembali bicara. “Lo orang paling percaya diri dan optimis yang pernah gue kenal. Lo juga nggak pernah keberatan bantuin tugas-tugas gue, padahal jurusan gue sama sekali nggak berhubungan sama jurusan lo. Berkat lo, gue bisa kayak sekarang.”

Naga mengalihkan pandangan, enggan menatap gadis dengan warna rambut ber-highlight ungu muda itu. Naga ingat, pertama kali mereka bertemu, Ayu baru masuk kuliah. Gadis mungil itu mengambil jurusan seni musik di kampus yang sama dengannya dan Choky. Waktu itu, Ayu cukup terkejut dengan pengetahuan musik Naga. Tentu saja, seni musik tidak berhubungan sama sekali dengan seni rupa yang dipelajari Naga. Ayu bahkan sempat mengira Naga salah mengambil jurusan kuliah. Namun, setelah melihat kemampuan Naga di bidang seni rupa, gadis itu yakin Naga tidak salah dengan pilihannya.

“Sebenernya lo juga sadar, kan? Kegagalan lo tiga tahun lalu bukan karena kesalahan lo.” Saat melihat Naga mengangguk pelan kemudian menunduk, Ayu menumpukan tangannya lagi di atas tangan pemuda itu. “Kalau lo emang mau mikirin masa depan, berhenti nyalahin diri lo sendiri. Fokus aja sama apa yang pengin lo lakuin.”

“Jadi sekarang, kita mau apa sama Nokturnal? Selama ini, selain dari job manggung, kita dapat duit dari lagu-lagu yang Naga bikin. Tapi si kunyuk  ini nggak bisa bikin lagu kalau jauh-jauh dari muse-nya.”

Kalimat Choky berakhir dengan tendangan Naga yang mengenai paha pemuda itu. Alih-alih kesakitan, Choky justru tertawa dan mengundang Naga untuk melakukan lebih banyak kekerasan padanya.

“Gue kirim demo lagu baru kita kemarin ke Trinity, bukan buat dijual kayak biasanya, tapi buat kita nyanyiin sendiri.”

‘Perkelahian’ Naga dan Choky seketika berhenti begitu Ayu melontarkan nama sebuah label produksi musik mayor yang sudah banyak melahirkan penyanyi-penyanyi kelas A. Dua pemuda itu menatap gadis itu tak percaya.

“Lo... nggak mungkin senekat itu, kan, Yu?” Naga yang pertama kali bersuara.

Sorry, harusnya gue emang izin dulu sama kalian, sama lo.” Ayu menggigit bibirnya takut-takut. Ekspresi Naga tak terbaca. Pemuda itu merasakan jantungnya berdebar-debar. Debaran menyakitkan yang sangat jauh berbeda dengan yang sering dia rasakan saat bertemu dengan muse-nya, Dara.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • idhafebriana90

    Nggak ada notifnya

    Comment on chapter TWICE
  • vanilla_hara

    Ini kalau nge-like muncul notif gak, sih? Biar Naga tahu gitu aku datang. 🤣

    Comment on chapter TWICE
Similar Tags
RUMIT
5553      1673     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Titip Salam
3457      1359     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
4760      1741     0     
Romance
Selama delapan tahun Yashinta Sadina mengidolakan Danendra Pramudya. Laki-laki yang mampu membuat Yashinta lupa pada segudah masalah hidupnya. Sosok yang ia sukai sejak debut sebagai atlet di usia muda dan beralih menekuni dunia tarik suara sejak beberapa bulan belakangan. "Ayah sama Ibu tenang saja, Yas akan bawa dia jadi menantu di rumah ini," ucap Yashinta sambil menunjuk layar televisi ke...
Samudra di Antara Kita
28883      4149     136     
Romance
Dayton mengajar di Foothill College, California, karena setelah dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya, tidak ada lagi perusahaan di Wall Street yang mau menerimanya walaupun ia bergelar S3 bidang ekonomi dari universitas ternama. Anna kuliah di Foothill College karena tentu ia tidak bisa kuliah di universitas yang sama dengan Ivan, kekasihnya yang sudah bukan kekasihnya lagi karena pri...
Interaksi
439      305     0     
Romance
Ada manusia yang benar benar tidak hidup di bumi, sebagian dari mereka menciptakan dunia mereka sendiri. Seperti halnya Bulan dan Yolanda. Bulan, yang terlalu terobsesi dengan buku novel dan Yolanda yang terlalu fanatik pada Korea. Dua duanya saling sibuk hingga berteman panjang. Saat mereka mencapai umur 18 dan memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama, perasaan takut melanda. Dan berencana u...
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
7347      2111     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Our Different Way
4547      1729     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Bee And Friends
2718      1094     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
Dandelion
445      284     1     
Inspirational
Masa lalu yang begitu menyakitkan, membuatnya terpuruk. Sampai pada titik balik, di mana Yunda harus berjuang sendirian demi sebuah kesuksesan. Rasa malas dan trauma dari masa lalu ditepis demi sebuah ambisi yang begitu berat. Memang, tidak ada yang bisa mengelak dari masa lalu. Namun, bisa jadi masa lalu itu merupakan cambukan telak untuk diri sendiri. Tidak masalah pernah terpuruk dan tertin...
Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
6572      2345     22     
Romance
Kenangan pahit yang menimpanya sewaktu kecil membuat Daniel haus akan kasih sayang. Ia tumbuh rapuh dan terus mendambakan cinta dari orang-orang sekitar. Maka, ketika Mara—sahabat perempuannya—menyatakan perasaan cinta, tanpa pikir panjang Daniel pun menerima. Sampai suatu saat, perasaan yang "salah" hadir di antara Daniel dan Mentari, adik dari sahabatnya sendiri. Keduanya pun menjalani h...