Pandangan mataku lurus depan laptop menghitung keuangan A2T Cafebook.
"Wah, Allura, Adrish, keuntungan A2T Cafebook dua kali lipat dibanding bulan lalu loh."
Hening. Ketika aku menoleh. Adrish dan Allura sibuk menatap layar ponsel masing-masing. Yang membuatku heran Allura senyum-senyum sendiri.
Aku menggebrak meja. "Oiii … kalian dengerin aku nggak sih?"
Adrish melirikku. "Denger kok. Terus gue harus gimana? Jingkrak-jingkrak kayak bocil dibeliin mainan?"
Aku mengelus dada. Berbicara sama Adrish memang harus sabar. Aku kembali melirik Allura. Dia masih stay sama layar ponselnya dan senyum-senyum sendiri.
"Allura, kowe ngopo toh senyum-senyum dewe?" Aku coba intip layarnya, dengan sigap Allura mengangkat ponselnya.
"Apaan sih. Kepo banget deh."
"Paling dia sibuk cari jodoh random di Telegram atau aplikasi kencan. Saking minimnya sirkel dia," sindir Adrish.
Cowok satu ini mulutnya lemes nauzubillah. Allura kok tahan ya dulu jadian sama dia sampai 2.5 tahun?
"Dih, sotoy. Kali ini cowoknya real berkualitas dunia nyata. No kaleng-kaleng kayak kemarin."
Aku dan Adrish seketika melepas apa yang kami pegang. Lalu, beralih pandangan ke Allura. "Hah? Siapa tuh cowoknya? Kok nggak dikenalin ke kami?"
"Mau tau aja apa mau tau banget?" tanyanya seraya menjulurkan lidah.
Allura melepas ponselnya seraya olah raga jari.
"Diani, Imel, Aruna, Ira!" teriak Allura memanggil karyawannya.
Mereka tergopoh menghampiri kami.
"Ada apa ya, Bu Bos? Mau bagi-bagi THR lebih awal?" tanya Imel.
"THR, Mbahmu. Aku nanya aja, besok kan Minggu kalian udah pada acara belum?"
Diani dan yang lainnya tampak berpikir dulu.
"Nggak sih. Napa Bu Bos? Mau ngajak piknik lagi?" Kali ini Ira, si pendiam yang bertanya.
"Yup, bener banget. Aku mau ngajak piknik kalian. Nggak jauh sih, Taman Puri Mataram Yogyakarta aja."
Alis sebelah kananku terangkat. Seorang Allura yang super perhitungan dalam hal mengeluarkan uang untuk nggak perlu, tiba-tiba mengajak karyawannya piknik. Tumben banget. Aku curiga ada udang di balik bakwan.
"Sekalian makan siang di sana. Aku juga ingin kenalin seseorang yang spesial."
Nah, kan dugaanku benar. Pasti dia mau memperkenalkan gebetan barunya. Pertanyaannya, siapkah hatiku bertemu dengan cowok itu?
***
Allura, Adrish beserta seluruh karyawan sudah berdiri di gerbang masuk Taman Puri Mataram.
"Kamu ke mana aja sih? Lama banget. Kami keburu keringetan," omel Allura. Wajahnya memerah. Kulitnya emang sensitif kalau kena matahari, apalagi lagi keringetan.
"Sori, tadi aku berak dulu pas mau berangkat," ujarku bohong. Padahal tadi sengaja lama-lamain karena mempersiapkan hati bertemu gebetan Allura.
Sedikit informasi, Puri Mataram adalah objek wisata baru yang ada di Kabupaten Sleman. Memadukan wisata alam dengan budaya khas Jawa yang begitu serasi. Bahkan, kesan tradisionalnya begitu hidup, menyuguhkan wisata budaya Jawa yang sesungguhnya.
Puri Mataram Sleman berdekatan dengan lokasi wisata lain di Sleman. Namun, objek wisata ini tentu saja sangat berbeda dengan yang lainnya. Sehingga tidak terjadi perselisihan antar objek wisata lain.
Allura membayar tiket masuk untuk kami semua. Per orang Rp30.000,- karena weekend.
Kami semua masuk ke Taman Puri Mataram. Begitu memasuki objek wisata, kami akan melihat joglo yang merupakan restoran. Selain itu, ada juga kolam buatan, dan ragam wahana permainan air.
Seorang cowok tiba-tiba menghampiri Allura.
"Hai, udah lama nunggu? Maaf kami lama banget masuknya."
"Nggak kok, aku juga baru datang."
Mereka cipika-cipiki. Aku mengelus dada. Ada nyeri, tapi bukan sendi. Melainkan hati. Jadi ini cowok yang mau dikenalin Allura ke kami?
Aku perhatikan dari ujung kaki ke ujung kepala. Penampilannya stylish, bodinya tinggi, putih, badan tegap, wajah oriental, mata sipit, rahang tegas, agak sedikit chubbi dan berkacamata.
"Kayaknya dia Cindo deh," bisik Adrish di telingaku.
Aku mengangguk.
"Oh iya, hampir lupa. Kenalin ini Syahril Pratama. Pacar baruku."
Aku melotot. Mereka sudah jadian? Cepat amat!
"Halo, semua. Saya Syahril Pratama salam kenal semua." Mata Syahril beralih ke arahku dan Adrish. "Dua mas ini pasti mantan sekaligus bodyguard Allura ya? Allura sering cerita soal kalian. Makasih loh, kalian udah jagain jodoh saya. Moga kalian merestui hubungan kami," ucapnya percaya diri.
"Ciyeeee … Bu Bos diem-diem punya pacar baru. Nggak muna, lebih cakep emang dari dua Pak Bos," celetuk Imel.
Diani menyikut Imel. Mungkin takut ucapannya menyinggung kami. Padahal emang iya.
Adrish terlihat memasang wajah masam. Jelas sekali dia tidak menyukai cowok di depan kami ini.
"Hmmm … pede banget lu. Langkahi dulu mayat kami. Lagian lu kerja apa? Kenal Allura di mana coba? Apa yang bakal lu kasih buat bahagiain Allura?" tanya Adrish bertubi-tubi.
"Mulai deh interogasi," ujar Allura tampak nggak suka.
"Saya kerja general manager percetakan dan penerbitan mayor label di Yogyakarta. Kami kenal saat nikahan Aryan."
Aku menelan ludah. Boleh juga cowok baru Allura ini. Berarti nggak ragu kali keaslian identitasnya.
Aku menarik Adrish menjauh dari mereka. "Gimana menurutmu cowok baru Allura? Cowok ikhlas melepas Allura sama dia?"
"Nggak sepenuhnya ikhlas emang. Dari penampilan, dia meyakinkan banget. Apalagi bosnya Aryan kan? Kalau Allura bahagia sama cowok itu kita bisa apa?"
Adrish aja sudah berkata demikian. Aku juga bisa apa selain pasrah melihat wanita kucintai sejak 1998 bahagia dengan pria lain.
Kami kembali mendekat ke mereka. "Setelah kami diskusi, kami restui deh kalian berdua. Tapi awas ya kalau kowe bikin nangis Allura!"
"Tenang, saya akan bikin Allura bahagia terus bersama saya."
"Eh, kalian mau makan atau muter-muter Taman Puri dulu?" tanya Allura.
"Muter-muter aja deh dulu. Kalau pas mau pulang dan lapar-laparnya, baru makan."
Allura melirik jam tangannya. "Bener juga sih. Baru jam sepuluh."
Akhirnya kami berjalan masuk ke Taman Puri Mataram. Lebih masuk, kami akan melihat hamparan persawahan hijau, ada kebun binatang, taman kaktus, taman bunga. Bau padi akan menyambut kedatangan kami. Di sini terdapat jembatan bambu panjang yang dapat dilewati.
Mereka berjalan seraya sibuk foto-foto. Secara tempatnya instagramable banget. Nggak berlaku buatku dan Adrish. Pikiran kami sibuk tertuju ke Allura dan Syahril.
***
Tibalah hari menakutkan. Melihat Allura bersanding di pelaminan bersama pria lain.
Aku titipkan dia.
Lanjutkan perjuanganku untuknya
Bahagiakan dia
Duh, lagu Tri Suaka menggema di gedung resepsi ini. Siapa sih yang request lagu ini? Pas banget sama suasana hatiku. Sakit tak berdarah.
Aku, Adrish dan seluruh karyawan antri mau salaman dengan Allura. Mungkin terakhir kalinya kami bersentuhan tangan dengan Allura.
Sekarang sampai giliranku dan Adrish. "Syahril, jaga Allura ya. Awas aja kalau sampai Allura nangis gara-gara lu, tak jadiin ayam geprek!" ancam Adrish.
Ancamannya mewakili ucapanku. Aku sudah nggak bisa berkata-kata lagi.
"Tenang aja mas-mas semua. Saya akan menjaga dan mencintai Allura sepenuh hati," jawab Syahril.
Saat bersalaman dengan Allura. Jantungku masih berdegup kencang. Namun, terasa perih juga.
"Maaf ya, aku nyakitin kalian. Aku doakan kalian cepet nyusul kami. Kita masih tetap partner bisnis A2T Cafebook kan?"
"Ya, jelas dong. Moso kafe bubar gara-gara yang satu nikah duluan? Lagian kan dulu aku pernah bilang, aku akan bahagia ketika kamu telah menemukan jodoh yang tepat," ujarku dalam hati menangis.
Setelah empat kali gagal. Allura menemukan cinta sejatinya. Lantas aku kapan? Wes, tunggu aja kisahku selanjutnya.
Sukses, Mbak Arini
Comment on chapter Chapter 1 (Kinari Allura)