Gue dan Taqi datang ke A2T Cafebook agak kesorean. Hampir magrib. Soalnya tadi di kantor kami banyak kerjaan. Saat depan pintu kafe, gue lihat Allura lagi asyik ketawa-ketiwi sama Diani, Aruna dan Imel. Jadi penasaran mereka gibah apa ya?
Gue berjalan mendekati mereka.
"Eh, besok gue mau ketemuan sama dia nih. Gimana dong?"
"Ketemuan sama siapa?" Spontan Taqi menyahuti ucapan Allura. Seketika mereka menoleh ke arah kami.
"E … anu … ketemuan sama artis band yang bakal ngisi hiburan nikahan Aryan," ucap Allura gugup.
Gue tahu dia bohong. Namun, gue diam aja. Percuma, nggak bakal mengaku.
"Nah, berhubung dua Pak Bos sudah datang, gue izin pulang duluan ya. Soalnya di rumah lagi banyak orang, sibuk persiapin nikahan Aryan yang seminggu lagi."
Allura sibuk memasukkan dua ponselnya ke tas tangannya yang warna ungu. Cewek satu ini memang maniak warna ungu.
Sepeninggal Allura, Diani, Aruna dan Imel hendak beranjak.
"Tunggu, kalian stay di sini dulu aja. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian."
Wajah Diani, Aruna dan Imel seketika memucat. "Ada apa ya Pak Bos? Kami salah apa?" sahut Diani.
"Kalian nggak salah apa-apa kok. Kami cuma mau nanya soal Allura. Dia tadi mau ketemuan sama siapa?" Taqi mewakili pertanyaan gue.
Mereka saling berpandangan. Sepertinya biar kompak mau jawab apa. Gue langsung paham akan hal itu. "Kalian jujur aja. Atau mau saya potong gaji kalian?"
"E … jangan. Oke, kami ceritain. Tapi Pak Bos janji ya jangan ember ke Bu Bos. Ntar kami yang kena semprot," timpal Aruna.
"Jadi …"
Diani mulai menceritakan bahwa Allura sedang main @leomatchbot agar menemukan pasangan untuk dibawa ke nikahan Aryan. Nggak kapok rupanya dia cari jodoh secara random. Kurang sakit apa lagi setelah kejadian Renaldy? Sampai kapan sih Allura peka bahwa jodohnya itu sudah di depan matanya?
"Katanya Bu Bos nih, ada cowok yang menarik. Orang Jogja, kerja di perusahaan saham di Thailand. Sekarang dia lagi pulang kampung, besok ajak ketemuan sama Bu Bos," sahut Imel.
Sekarang giliran gue sama Taqi yang berpandangan.
"Allura ada bilang nggak akun sosmed cowok itu apa?" tanya gue penasaran.
"Seingat saya sih Allura bilang akun IG cowoknya itu @kowisolihin."
Gue langsung ambil HP dan cari akun yang dimaksud. Ketemu. Rata-rata feednya hanya siluet cowok di tepi pantai saat senja, terus mengajak orang ikut investasi saham. Hmmm … Indra Kenz kedua. Sudah kecium modusnya.
"Gaesss, boleh minta tolong nggak?"
"Apa Pak Bos?"
"Tolong kalian sebar akun orang ini ke grup-grup yang kalian miliki. Siapa tahu ada yang pernah jadi korbannya. Biar Allura nggak kena kibul kedua kalinya," ujar gue.
"Baru mau ngomong gitu," timpal Taqi.
Mereka gerak cepat melakukan apa yang gue minta. Gue pun melakukan hal serupa.
"Benar kata Pak Bos. Ternyata ni cowok Indra Kenz kedua. Sengaja deketin cewek-cewek secara online biar mau investasi saham di tempatnya. Adik temen saya jadi korbannya nih." Imel tiba-tiba bersuara.
"Langsung SS coba buat bukti."
"Yuk, kita ke rumah Allura buat ingetin dia. Sekalian silaturrahmi." Taqi memberikan ide lain. Namun, gue tahu niat terselubungnya.
"Bilang aja lu mau caper ke orang tuanya. Dasar."
"Hehehe." Taqi menyengir kuda.
"Berhubung udah sepi, kita tutup kafe sekarang aja kali ya. Kalian semua boleh pulang."
"Horeee … makasih Pak Bos."
***
"Assalamualaikum," sapa gue dan Taqi serentak ketika sampai di rumah Allura.
Allura menatap kedatangan kami dengan ekspresi bingung. "Loh, kalian ngapain ke mari? Kan udah ketemu tadi di kafe."
"Emang nggak boleh kami main ke sini? Orang kami mau silaturrahmi sama Tante dan Aryan," sanggah gue.
"Bener tuh. Tan, lagi repot ya? Ada yang bisa kami banting eh bantu?" Taqi mencoba ngelawak, tapi malah garing.
"Nggak papa kali Allura biar tambah rame. Semua udah terkendali. Kalian tolong sebar undangan aja ke karyawan kafe ya."
Mamanya Allura menyerahkan sepuluh undangan ke kami.
"Siap, Tan."
"Oh, jadi mereka calon jodohnya Allura. Wah, langsung dua ya, Bun," ejek tantenya Allura.
"Mau jadi pelopor poliandri kali." Si Budhe nggak kalah ikut mengejek.
Gue dulu sempat dikenalin ke keluarga Allura jadi masih ingat tante dan budhenya. Walau sedikit lupa nama.
"Apaan sih Budhe. Mereka cuma mantan kok."
"Jadi jodoh juga nggak ada yang larang kok. Siapa tau ntar kayak series Mantan Tapi Menikah."
Gue senyum-senyum sendiri mendengar ledekan Tante dan Budhenya. Nggak apa-apa anggap aja doa.
Mamanya Allura datang membawakan minuman es sirup ke depan kami.
"Mari minum dulu, kan kalian jauh-jauh ke sini."
"Wah, makasih Tante. Nggak osah repot-repot lah. Kami cuma bentar kok."
"Sok jaim deh kalian. Padahal demen tuh," ucap Allura dengan nada meledek.
Duh, Allura menjatuhkan imej kami aja.
Gue jadi bingung bicara soal cowok buaya darat kenalannya itu gimana ya? Allura pasti nggak akan percaya. Dia tuh termasuk cewek suka denial. Mesti kejadian dulu baru sadar. Kayak Renaldy kemarin.
"Kin, boleh pinjem HP nggak? HP-ku abis batrenya. Mo ngabarin Mama klo pulang agak telat."
"Boleh. Nih." Allura menyerahkan Iphonenya ke Taqi.
Gue heran Taqi mau ngapain HP-nya Allura coba?
Allura menyeruput minumannya.
"Eh, aku kebelet nih. Ke toilet bentar ya."
Begitu Allura terlihat masuk toilet, Taq celingak-celinguk. Setelah dirasa aman, yang lain pada sibuk dengan HP masing-masing, ternyata dia menempelkan GPS kecil di dalam case HP Allura.
Wah, boleh juga idenya. Jadi besok kami tahu Allura ketemuan sama cowok itu di mana. Dengan ini kami nggak perlu capek ceramahin Allura panjang kali tinggi kali lebar.
Allura kembali dari toilet.
"Kin, nih udah. Makasih HP-nya." Taqi balikin Iphone Allura.
"Masama."
Gue pura-pura lihat jam tangan. "Kayaknya udah malam. Kami mohon undur diri dulu, Tan."
"Kok buru-buru amat?"
"Nggak enak cowok malam-malam ke rumah cewek."
"Nggak apa dong. Banyak Om-omnya Allura juga kok."
"Lain kali aja kami mampir ke sini lagi. Udah dicariin Mama soalnya. Pak Dosen juga pasti mau koreksi ujian mahasiswanya." Taqi merangkul gue. Boleh juga alasannya.
"Nah, benar kata Taqi."
"Bentar. Jangan pulang dulu."
Mamanya Allura masuk ke dapur. Kembali dari dapur bawa dua kantor plastik hitam.
"Nih, ada makanan buat kalian. Jadi kalau kalian laper tengah malam nggak repot Gofood." Mamanya Allura menyerahkan dua kantong plastik itu ke kami.
"Duh, repot-repot lagi si Tante."
"Nggak kok. Kebetulan makanannya masih banyak."
"Makasih, Tan."
"Ya udah, hati-hati di jalan ya. Sering-sering main ke sini."
Sukses, Mbak Arini
Comment on chapter Chapter 1 (Kinari Allura)