"Seorang Produser berinisial G dari sebuah film bertajuk 'Love Ghost' diisukan bertemu dengan seorang wanita muda di sebuah hotel. Si wanita merupakan salah satu anggota girlgrup ternama. Wanita tersebut berinisial S. Ia ditunjuk sebagai tokoh utama. Kabarnya mereka melakukan sebuah 'transaksi' yang merupakan suap untuk mendapatkan pemeran utama. Transaksi yang dimaksud masih memiliki arti yang ambigu. Apakah transaksi tersebut berupa uang atau...? Kedua pihak masih menutup mulut ...." Terdengar suara seorang pembawa acara berita gosip di sebuah televisi. Kim Seokjin yang sedang berbicara dengan klien pada ponselnya lekas mematikan televisi. Wajahnya tanpa ekspresi. Semalam, ia telah membicarakan hal tersebut dengan Sunmi. Namun, Sunmi hanya memberi penjelasan bahwa semua hal itu tidak benar. Sunmi berani bersumpah bahwa itu semua hanya kesalahpahaman dan belum terbukti kebenaranya. Ia memohon kepada Kim Seokjin agar secepatnya mengadakan konferensi pers untuk melakukan klarifikasi agar berita tidak semakin melebar.
***
"Berita itu tidak benar, isu itu hanya ingin menjatuhkan nama Girls Power. Aku berjanji, kami selaku pihak manajemen akan mengatasinya dengan baik. Kami akan melakukan klarifikasi secepatnya dan bertindak tegas kepada orang yang menyebarkan berita itu. Jadi, mohon dipertimbangkan kembali kerjasamanya," ujar Park Junsu memelas. Ia sedang berbicara dengan seorang klien yang merupakan rekan bisnis yang memiliki kerjasama dengan Sunmi.
"Semua yang berkerja sama dengan Sunmi memutuskan kontrak kerja secara sepihak. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana? Saham KSJ pun ikut menurun. Semua gara-gara gadis ini. Bisa gila aku kalau begini terus." Kim Seokjin mulai meradang.
"Pak Direktur, mohon bersabar. Jangan gegabah. Sunmi hanya korban," ujar Park Junsu membela Sunmi.
"Sunmi? Korban? Kau bercanda, Park Junsu! Kau pikir hanya Sunmi yang menjadi korban. Kita semua menjadi korban hanya karena gadis itu. KSJ Entertainment menjadi korban. Camkan itu! Bukan hanya dia, tetapi kita semua! Perusahaan kita menuju kehancuran! Kepercayaan dari semua rekan bisnis mulai hilang satu per satu hanya karena satu orang."
Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu mengawali kedatangan Jinhee. Ia muncul dari balik pintu. Kim Seokjin menatap Jinhee dengan tatapan enggan. Namun, Jinhee justru tersenyum. Ia mendekat kepada Seokjin. Park Junsu menatap Jinhee heran.
"Pak Direktur, aku tahu caranya, agar KSJ Entertainment aman dari ancaman saham dan rekan kerja agar mereka mempercayai KSJ kembali."
"Apa?" tanya Kim Seokjin penasaran.
"Keluarkan Sunmi dari KSJ," bisik Jinhee tenang.
Kim Seokjin mengerutkan dahinya. Ia berpikir sejenak. Ia menatap Jinhee dengan tatapan heran. Ia kembali mencerna ucapan Jinhee. Pemilik perusahaan itu terdiam, lantas memerintahkan Park Junsu dan Jinhee untuk keluar dari ruangannya. "Pak Direktur, aku mohon pikirkan secara matang keputusanmu." Park Junsu pun menutup pintu. Kim Seokjin terus mencari cara terbaik untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Kepalanya mulai terasa pening. Ia mengurut dahinya perlahan. Suara Jinhee terus bergema dalam benaknya. "Keluarkan Sunmi dari KSJ!"
"Apakah aku harus melakukan apa yang Jinhee katakan? Tapi, terlalu sayang jika kutendang gadis itu dari KSJ. Ia memiliki banyak bakat. Namun, semua bencana ini akibat dari perbuatannya. Ah! Semoga keputusanku tidak salah langkah."
***
Keesokan harinya, Park Junsu datang menuju asrama Girls Power. "Sunmi. Pak Direktur memanggilmu! Segera ganti pakaian dan datang ke ruangannya!" Park Junsu datang tanpa aba-aba. Tanpa sapaan ataupun senyuman. Kedatangannya di pagi hari yang cerah ini sungguh tiba-tiba. Sunmi yang sedang menyantap sarapannya pun segera mengahabiskannya, lalu mengikuti apa yang Junsu perintahkan.
"Ada apa? Kenapa sepagi ini aku harus pergi ke kantor?" tanya Sunmi penasaran.
"Urusan darurat."
"Darurat? Baiklah, aku berganti pakaian dulu."
"Aku tunggu di mobil," ujar Park Junsu mencoba tenang.
Sunmi segera masuk kamar dan berganti pakaian. Ia bingung mengapa Pak Direktur sepagi ini ingin bertemu dengannya? Ia mengenakan sebuah kemeja dan rok selutut berwarna krem senada. Perasaannya mulai tidak keruan. Ia tahu, hal yang akan menjadi perbincangan. Tentu saja, tentang dirinya dengan isu yang sedang beredar kini. Park Junsu menjemput dan mengantar Sunmi menuju kantor KSJ Entertainment. Di sana, Sunmi mendapati Kim Seokjin, sang Direktur Utama yang sedang duduk tegap di kursinya.
"Selamat pagi, Pak Direktur," sapa Sunmi ramah.
Kursi pun berputar. Kim Seokjin tampak serius. Ia mengamati Sunmi dengan saksama. Pria itu bungkam, lantas memejamkan mata. Ia menyiapkan diri untuk menyampaikan ucapan yang mungkin akan menyakiti perasaan Sunmi. Sebenarnya, Sunmi merupakan salah satu artis kesayangannya. Namun, karena masalah yang menimpa kini sudah terlalu membahayakan nasib perusahaan. Dengan berat hati, Kim Seokjin pun menyampaikannya, "Han Sunmi. Kau tahu, apa alasanku memanggilmu kemari?"
Sunmi mengangguk lemah. Ia mulai merasa khawatir. Ada sesuatu tampak pada wajah sang Direktur. Ketidaksukaan. Matanya tampak terus menghindari tatapan Sunmi. "Kau pasti tahu, bukan? Apa isu yang sedang tersebar luas di media akhir-akhir ini? Nama perusahaan kita tercinta ini tercoreng dan nilai saham kita menjadi anjlok, hanya akibat satu nama. Orang-orang membicarakan hal buruk tentang kita di belakang. Nama baik KSJ hancur dalam sekejap. Semua kontrak yang kau miliki diputus secara sepihak oleh para klien. KSJ Entertainment menderita kerugian dengan jumlah yang tidak main-main. Apa pertanggung jawabanmu agar semuanya kembali seperti semula?" Kim Seokjin bicara panjang lebar. Ia mencoba untuk berbicara setenang mungkin. Namun, Sunmi tampak tertekan. Air matanya mulai mengalir dan jatuh ke lantai. Ia tidak mampu lagi menahan air matanya.
"Maafkan aku, Pak Direktur. Semua terjadi karena kesalahanku. Ah, tidak! Aku tidak melakukan kesalahan. Ini semua hanyalah kesalahpahaman. Aku mohon percaya padaku. Aku berjanji. Akan mengatasi semuanya. Berikan aku kesempatan. Aku akan meluruskan semua kesalahpahaman ini." Sunmi pun berlutut di hadapan Kim Seokjin. Pria itu terkejut pada apa yang gadis itu lakukan.
"Hanya satu jalan keluarnya. Kau keluar dari KSJ Entertaiment. KSJ akan memutus kontrak kerja denganmu. Biar pihak KSJ yang mewakili untuk melakukan klarifikasi. Aku tidak mengizinkanmu melakukan klarifikasi. Percuma saja, semua kepercayaan yang telah hilang tidak akan kembali. Semua pendapatan yang menjadi hakmu akan kutransfer. Tanda tangani surat ini, sekarang juga!" ujar Kim Seokjin tegas. Ia menaruh sebuah map dan pena di atas meja. Kim Seokjin membantu Sunmi untuk berdiri. "Maaf, Sunmi. Ini jalan satu-satunya yang paling aman untuk kita semua."
Sunmi bangkit, kemudian berjalan dengan gontai menuju sofa. Ia duduk dengan dihadapkannya sebuah map yang berisi pemutusan kontrak kerja. "Aku mohon pertimbangkan kembali keputusanmu, Pak Direktur," kata Sunmi lirih.
"Jangan membuatku bimbang, Sunmi! Cepat tanda tangani surat itu atau aku akan melakukan hal yang lebih membuatmu tertekan!" perintah Kim Seokjin lebih tegas.
"Kau akan menyesali perbuatanmu! Aku berjanji! Aku akan lebih sukses setelah kau menendangku dari sini, Tuan Kim Seokjin!" Sunmi mengancam sang Direktur Utama dengan ocehannya.
"Baguslah kalau begitu. Semoga kau sukses setelah keluar dari KSJ. Aku tunggu kesuksesanmu," ujar Kim Seokjin meremehkan.
Sunmi pun menandatangani surat pemutusan kontrak kerja tersebut dengan pasrah. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Rasanya, ia ingin menyusul ibunya yang telah tiada. Ia menahan segala perasaannya, amarah, kesedihan dan kekecewaan. Ia bangkit, lantas beranjak pergi dari gedung KSJ Entertaiment. Kini, ia kembali menuju asrama tempat ia tinggal untuk mengepak pakaian serta barang-barangnya. Selama dalam perjalanan pulang menuju asrama. Ia menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya. Rasa penasaran yang tinggi membuat Sunmi membuka sebuah portal berita yang memberitakan tentang dirinya. Tanpa sengaja, komentar-komentar yang tertera di sana terbaca. Hatinya kian perih, seperti luka yang ditaburi garam. Komentar para netizen sangat kasar dan merendahkan harga dirinya. Air mata pun tak tertahankan. Ia menangis tanpa bersuara ketika membaca tulisan-tulisan dalam kolom komentar.
***
"Sunmi, ada apa ini? Kenapa semua barang kau masukan ke koper? Kau mau ke mana?" tanya Gain heran. Ia duduk di pinggiran kasur Sunmi.
"...." Tidak ada jawaban. Sunmi bungkam. Bahkan, tidak menoleh sedikitpun kepada Gain. Ia terus memasukan barang-barang miliknya ke koper. Gain menyadari sesuatu. Lagi-lagi mata Sunmi tampak sembab.
"Sunmi!" seru Gain. Kini suara Gain lebih keras. Ia juga menahan bahu Sunmi. Sunmi tidak tahan lagi, lantas berbalik dan memandangi Gain. Air mata terus mengaliri pipinya. Sunmi memeluk Gain erat tanpa bicara. Tiada suara terdengar. Hanya isak tangis Sunmi yang bergema di dalam kamar. Gain mengelus punggungnya lembut.
"Gain, mulai hari ini aku tidak akan bersama dengan kalian lagi. Aku harap, kalian bisa berhati-hati dengan semua orang. Jangan biarkan seseorang memfitnah kalian. Jangan mudah percaya pada orang lain."
Gain mulai berpikir ketika mendengar ucapan Sunmi, "Maksudmu apa, Sunmi?"
"Selamat tinggal, kau bisa menggunakan kamar ini sendirian sekarang."
"Sunmi! Kau ini bicara apa?" teriak Gain kebingungan.
Sunmi pun mulai mengendurkan pelukannya. Perlahan tautan mereka terlepas. Namun, Gain kembali memeluk Sunmi.
"Tidak! Kau tidak boleh pergi. Kau harus tetap tinggal di sini bersama kami."
Gain dan Sunmi pun berpelukan selama sekitar tiga puluh detik. Tanpa mereka ketahui Hayeon yang akan pergi menuju kamar mandi, secara diam-diam mengintip mereka yang sedang berpelukan dari balik pintu. Ia penasaran, mengapa mereka berpelukan?
***
"Apa? Sunmi keluar dari KSJ?" teriak Hayeon terkesiap setelah mendengar penjelasan Gain, Hayeon bergegas memeluk Sunmi erat. Ia tidak terima dengan keputusan Kim Seokjin. Hayeon berang. Ia melangkah menuju kamarnya, lalu mencari ponselnya. Setelah mendapatkan, lantas ia menghubungi sang Direktur Utama KSJ Entertaiment.
"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan."
"Sial, Pak Direktur menonaktifkan ponselnya!" oceh Hayeon geram.