Read More >>"> Girl Power (Be Strong) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Girl Power
MENU
About Us  

Sebuah gedung yang terletak di Distrik Yongsan, Seoul, berlantai 10. Tampak megah dan kokoh. Gedung itu dikelilingi taman indah yang membuatnya tampak terasa sejuk. Terdapat sebuah ukiran indah di bagian depan atas gedung. KSJ Entertainment, begitulah ukiran tersebut jika terbaca. Sebuah gedung perusahaan industri hiburan ternama, yang kini sedang meroket karena memiliki beberapa grup yang sedang berada di puncak kepopuleran. Girls Power dan Gold Lion. Dua grup yang sedang naik daun dan memiliki penggemar dari berbagai belahan dunia. Mereka dikenal sebagai grup papan atas dunia K-pop saat ini. Namun, dibalik kepopuleran selalu ada hal yang tersembunyi atau bahkan disembunyikan.

"Sunmi!" Seorang wanita dengan lantang meneriaki Han Sunmi, yang sedang duduk berselonjor di lantai ruang latihan. Ia baru saja selesai latihan. Matanya sembab akibat menangis semalam. Gadis itu membisu, ia hanya mampu menatap orang yang meneriakinya, Lee Jinhee. Seorang teman satu grup yang merupakan leader dalam grup yang dinaunginya, Girls Power.

"Kalau kamu terus seperti ini! Kamu mengganggu jadwal latihan kami. Menangis saja terus sepanjang hari. Semuanya jadi kacau hanya karena satu orang. Jangan manja!"

Brak! Jinhee membanting pintu ruang latihan dengan keras, lantas pergi meninggalkan Sunmi yang sedang menahan air matanya. Lima hari yang lalu, ibu Sunmi telah tiada. Kepergian sang ibu membuatnya merasa amat kehilangan sosok cinta sejatinya. Ia tak menyangka bahwa ibunya pergi dengan begitu cepat. Bahkan, ia belum sempat mengabulkan keinginannya. Sang ibu menginginkan sebuah rumah baru. Sebuah penyesalan menyelubungi diri Sunmi.

Seorang pria yang sedang bersembunyi mendengar percakapan antara Han Sunmi dan Lee Jinhee. Bahkan, ia sempat melihat kepergian Jinhee. Ia pun berniat menghampiri Sunmi. Sebelum masuk ke ruang latihan, dari balik pintu, ia menyaksikan Sunmi sedang menangis terisak seorang diri. Pria itu bernama Kim Mingyu. Seorang anggota dari sebuah boygrup yang bernaung di bawah label perusahaan yang sama dengan Sunmi, yakni Gold Lion.

Mingyu hendak membuka pintu. Ia tidak tahan melihat Sunmi yang sedang terpuruk sendirian. Seketika, sayup-sayup terdengar suara percakapan yang datang dari arah belakang. Pria berambut hitam itu pun urung. Ia menarik tangannya dari knop pintu, lalu melangkah meninggalkan Sunmi.

"Sunmi! Kalau kamu masih belum kuat untuk latihan seharusnya kamu di rumah saja, hari ini masih hari berkabung untukmu, 'kan? Mengapa memaksakan latihan?" bisik Gain khawatir. Gadis itu merupakan teman satu grupnya.

"Tidak apa-apa, Gain. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk grup kita. Aku akan baik-baik saja, jika terus di rumah aku malah akan terus bersedih. Aku butuh pengalihan pikiran," ucap Sunmi terisak.

"Matamu sembab, kamu habis menangis, 'kan? Apa tadi Jinhee kemari? Jangan hiraukan apapun ucapan Jinhee! Dia tidak usah didengarkan! Lebih baik sekarang kamu cuci muka dan mencari udara segar! Wajahmu tampak lusuh, Sunmi! Setelah itu kita latihan lagi," Hayeon menyentuh bahu Sunmi lembut. Hayeon pun merupakan teman satu grupnya. Girls Power terdiri dari empat orang, yakni, Lee Jinhee, Han Sunmi, Kim Gain, dan Jang Hayeon. Hayeon tersenyum di hadapan Sunmi, lantas memeluknya erat sembari menepuk lembut punggungnya. Mata Gain dan Hayeon tampak memerah karena ikut merasakan kesedihan Sunmi. Mereka semua saling berpelukan.

Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan pintu sangat keras. Tampak Jinhee tengah berdiri menatap teman-temannya yang sedang berpelukan. Semua mata mengarah kepada Jinhee. Tautan mereka pun terlepas saat tahu siapa yang datang. Keadaan tiba-tiba menjadi kikuk dan suram. Jinhee berjalan menghampiri Sunmi. Ia menatap tajam. Seolah dirinya adalah harimau yang ingin menerkam mangsanya.

"Sudah selesai bermain dramanya?" tanya Jinhee mengolok. Ia memamerkan senyumannya dengan lebar.

"Mulai hari ini tidak ada lagi yang membuat kekacauan! Tidak ada lagi yang mengganggu latihan! Camkan itu! Kalau tidak mau latihan lebih baik mengundurkan diri saja dari grup. Daripada membuat semuanya terhambat!" ujar Jinhee ketus.

"Jinhee! Jaga ucapanmu! Sunmi sedang bersedih, dia kehilangan ibunya. Seharusnya, kau sebagai leader membuatnya lebih kuat bukan malah membuatnya semakin terpuruk! Bagaimana jika kau yang berada di posisi Sunmi?" seru Gain marah. Ia mulai meninggikan suaranya. Jinhee pun mengabaikan ucapan Gain, kemudian menyalakan musik, lantas memulai latihan. Semua terdiam dan saling berpandangan satu sama lain. Gain dan Hayeon tampak kesal. Jinhee mendelik kepada Gain. Ia tampak tidak peduli pada ucapan Gain.

***

Keesokan harinya, anggota Girls Power tengah bersiap untuk berangkat ke suatu acara variety show. "Hari ini, jangan sampai terlambat. Acara variety show ini adalah acara yang sangat populer. Jadi, akan sangat berpengaruh untuk grup kita," ujar Park Junsu tergesa-gesa. Ia adalah seorang manajer.

"Sudah lengkap, 'kan? Kalian harus menampilkan sisi terbaik kalian di acara kali ini. Terutama kau, Sunmi. Jangan terlihat murung sedikitpun!" ujar sang manajer, lagi.

Sunmi mengangguk yakin sembari tersenyum. Ia harus bangkit dari keterpurukannya. Ia tidak ingin mengecewakan ibunya walau telah tiada. Ia yakin bahwa ibunya pasti masih dapat melihatnya meski tidak lagi di sampingnya.

"Jadi, nanti bintang tamu lainnya adalah Gold Lion. Mingyu, Sehun, Jaehyun dan Seongwoo."

"Hei, Sunmi! Bukankah kau kenal dekat dengan Gold Lion? Kau pernah jadi model Music Video mereka, bukan?" tanya Hayeon penasaran.

"Tentu saja, mereka semua baik dan beberapa ada yang jahil. Terutama Seongwoo dan Mingyu!" ujar Sunmi serius.

"Ya, mereka berdua memang terkenal tidak bisa diam. Orang-orang menyebut mereka Si 'Double Trouble'."

"Tapi, mereka berdua sangat baik walaupun 'Double Trouble'." Sunmi tampak membela karena ia cukup mengenal salah satu dari mereka, yakni Mingyu.

***

"Selamat siang para pemirsa, hari ini kami kembali lagi untuk mengisi siang hari kalian. Selamat datang di acara Run and Run! Hari ini kita kedatangan tamu spesial dari girlgroup dan boygroup kesayangan kalian! Girls Power dan Gold Lion." Sang pembawa acara memperkenalkan bintang tamu satu per satu. Dimulai dari Mingyu, Jaehyun, Sehun, Seongwoo, Sunmi, Gain, Jinhee kemudian Hayeon.

"Acara kali ini dibuat mejadi 4 tim dan berpasang-pasangan. Kalian harus menutup mata lalu memilih warna. Pasangan kalian adalah yang memiliki warna yang sama. Sudah mengerti?" ujar sang presenter menjelaskan.

"Mengerti," jawab mereka serempak.

Semuanya menutup mata masing-masing lantas memilih warna. Setelah selesai, mereka semua membuka mata, lalu saling berpandangan untuk mengetahui siapa pasangannya.

"Yes, Sunmi! Kemari!" teriak Mingyu bersemangat. Tangannya melambai sebagai tanda ajakan kepada Sunmi untuk berdiri di sampingnya. Sunmi pun bergegas mendekat kepada Mingyu. Gain dengan Sehun, Jinhee dengan Seongwoo dan Jaehyun dengan Hayeon. Setelah mendapatkan pasangan masing-masing, acara pun dimulai. Isi acaranya adalah sebuah permainan misi. Jika berhasil memenangkan permainan, maka akan mendapatkan hadiah. Jika kalah, maka akan mendapatkan hukuman.

***

Semua permainan berhubungan dengan olahraga. Entah kecepatan, kelenturan dan ketahanan tubuh. Misalnya, berlari estafet, kemudian melewati beberapa halang rintang untuk medapatkan sebuah bendera. "Kita harus menang," bisik Mingyu.

"Tapi, setahuku Jaehyun dan Seungwoo selalu menang jika lomba lari," balas Sunmi khawatir.

"Kamu pikir, aku tidak pernah menang lomba lari?" ucap Mingyu ketus.

"Memang kamu pernah menang lomba lari?" tanya Sunmi penasaran.

"Tidak pernah," ucap Mingyu sembari tersenyum selebar mungkin.

"Uh! Aku kira pernah!" seru Sunmi geram sembari memukul pelan lengan Mingyu.

"Makanya, kali ini, aku ingin menang!" seru Mingyu penuh semangat. Matanya tampak berapi-api.

"Makanya, rajinlah berolahraga seperti mereka!" Sunmi memberi nasihat.

"Kamu pikir, aku tidak pernah berolahraga? Aku ini rajin berolahraga. Mau lihat otot tangan dan perutku? Hah! Kecepatan berlariku memang tidak seperti mereka tapi kalau bertanding kekuatan adu panco, mereka selalu kalah dariku!" ujar Mingyu kesal. Ia pun membela diri.

"Tapi, sayangnya, kali ini tidak ada adu panco, Mingyu!" sanggah Sunmi.

"Tidak masalah, yang terpenting adalah kita kompak sebagai satu tim." Mingyu mengalah. Sebenarnya, Mingyu tidak suka dibanding-bandingkan.

"Betul, kalah menang sudah biasa, bukan?" ujar Sunmi ceria.

***

Permainan pun dimulai. Diawali dengan lari estafet, kemudian dilanjutkan dengan permainan halang rintang. Mingyu menatap Sunmi tanpa sadar. Gadis manis berambut hitam panjang itu tampak sangat menawan. Matanya yang bulat, bibirnya yang tipis, tampak selalu tersenyum. Riasan wajahnya pun tampak natural. Mencerminkan sosok Sunmi yang polos dan lembut. Selintas, dalam benak Mingyu, tampak bayangan Sunmi yang sedang menangis terisak sendirian di ruang latihan kemarin. Terlihat begitu kontras. Tangisannya kemarin dan senyum riangnya saat ini. Kemarin Sunmi terlihat ringkih. Gadis itu pandai menutupi hatinya yang sedang terluka. Itulah yang Mingyu pikirkan.

***

Mingyu terpana melihat pesona Sunmi yang sedang berlari menghamipirinya untuk memberi tongkat estafet. Rambutnya yang dikuncir kuda, melayang-layang di udara. Poni depannya tampak membuat Sunmi menjadi lebih imut. Tangan Sunmi menjulur menganyunkan tongkat ke arah Mingyu. "Ayo, Sunmi lebih cepat! kita bisa menang kalau kau cepat sampai!" teriak Mingyu tidak sabar. Sunmi berlari lebih cepat dibandingkan Gain, Jinhee dan Hayeon. Ia menyampaikan tongkatnya lebih dahulu daripada teman-temannya. Sehingga, membuat Mingyu bisa berlari lebih cepat dibandingkan tiga temannya yang lain. Sunmi tersenyum lebar dan menyemangati Mingyu agar berlari lebih cepat dan menjadi pemenangnya. "Ayo, Mingyu! Lebih cepat! Jaehyun sebentar lagi menyusul! Jangan sampai kita kalah!" teriak Sunmi penuh semangat. Ia terus memberi Mingyu dukungan. Setelah sampai garis finish, Mingyu melanjutkan permainan halang rintang. Ia melompat untuk melintasi kolam air yang berada sekitar 1,5 meter di bawahnya. Ia melompat untuk meraih sebuah tali tambang, agar ia dapat bergelantungan lalu tali tersebut membawanya ke sebuah halang rintang yang lain. "Aku harus menang," batin Mingyu bersemangat. 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
572      325     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4924      1391     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Jelita's Brownies
2902      1246     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Let's See!!
1492      727     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Rewrite
6481      2178     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
911      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8205      1885     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Play Me Your Love Song
3077      1258     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...