Read More >>"> Dunia Alen (Momen Hangat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dunia Alen
MENU
About Us  

Alice merapikan barang-barangnya secepat yang ia bisa. Setelah yakin semua barangnya sudah masuk ke tas, gadis itu terburu-buru meninggalkan kelas. Salah satu teman memberitahunya kalau pagi ini Alen menabrak seseorang dan termenung lama di selasar dengan wajah yang menakutkan. Katanya di jam istirahat, Alen pergi ke UKS dan tidak kembali lagi sampai jam pelajaran terakhir. Bel pulang sudah berunyi. Alice sempat mencoba untuk datang ke UKS dan melihat keadaan Alen, tapi ia terlalu sibuk dimintai mengisi beberapa kuisioner oleh wali kelasnya. Alhasil Alice baru bisa mengunjungi UKS setelah bel pulang.

Alice mengirim pesan singkat untuk menanyakan apakah Alen masih di UKS atau gadis itu sudah pulang duluan, tapi bukan Alice namanya kalau ia bisa sabar menunggu kabar. Baginya segala hal harus selalu berlangsung cepat, tidak ada istilah menunggu dalam kamus Alice. Jadi, tanpa perlu pesan balasan dari Alen, Alice cepat-cepat meninggalkan kelas begitu bel pulang berbunyi.

“Alice, mau ke mana?” Sarah, teman satu kelasnya mendadak muncul dan menghadang jalan Alice ke UKS.

“Hari ini gue sama anak-anak mau ke Plaza. Mau ikut?”

“Kayaknya nggak deh.”

Sarah memberengut. “Kenapa?”

“Adik gue di UKS.” Alice menjawab cepat.

“Oh, Alen?” Sarah mengangguk-angguk pelan. “Dia tadi pagi kambuh lagi, kan katanya?”

“Aneh sih, lo perfect banget, tapi adik lo agak aneh gitu, ya?” Sarah menyeletuk pelan. Ia berhasil memancing emosi Alice menuju puncak.

Seperti kembang api yang disulut, Alice merasakan ledakan yang hebat. Ia maju selangkah, kemudian menatap Sarah berang.

“Jangan berani-beraninya ngatain Alen macem-macem, ya.”

Mata Sarah membulat. Gadis itu mundur beberapa langkah. “Santai...”

Alice menarik napas singkat, menenangkan dirinya sembari melangkah melewati Sarah yang tertegun seperti habis kecurian.

#

Alen sedang memejamkan mata ketika ponselnya berdenting pelan. Kepala Alen berat rasanya, tapi karena penasaran, Alen terbangun, meraih ponselnya di nakas dan cepat-cepat membuka kotak pesan dengan perasaan yang seperti biasa. Harap-harap cemas.

Bahu Alen melorot setelah membaca nama Alice di kotak masuk.

[Masih di UKS?] itu yang Alice tulis di pesan—kalau Alen tidak salah membaca karena gadis itu langsung menyimpan kembali ponselnya begitu tahu orang yang mengirim pesan bukan Galen.

Alen benar-benar ingin tahu ke mana Galen menghilang. Beberapa waktu terakhir pemuda itu terus muncul di sekitarnya, menakut-nakuti Alen dengan mengatakan hal-hal yang tak masuk akal. Lalu seperti kemunculannya yang tiba-tiba, Galen juga menghilang tiba-tiba. Padahal saat itu Alen berpikir ia dan Galen lumayan cocok untuk berteman.

Alen tidak punya teman atau orang yang bisa ia ajak bicara dengan nyaman selain Nurseu. Nurseu awalnya memang sudah lebih dari cukup bagi Alen, tapi seiring dengan bertambahnya pekerjaan Nurseu di klinik dan UKS sekolah, Nurseu jadi orang sibuk yang lumayan sulit untuk diajak bicara oleh gadis yang dianggap gila. Sementara itu, Galen muncul. Galen beberapa kali mencoba meraih Alen, bahkan selalu bicara dengan nada akrab meski Alen berpikir yang tidak-tidak. Galen lumayan menenangkan dan menyenangkan. Sayang sekali sekarang pemuda itu sedang tidak berada dalam jangkauan.

Suara pintu yang terbuka membuat Alen menoleh cepat. Di ambang pintu, Alice terengah-engah, masih memegang knop. Alice kemudian masuk lalu cepat-cepat menghampiri Alen yang sibuk menebak apa kiranya yang menyebabkan Alice datang ke UKS. Kakaknya itu tidak pernah mengunjungi UKS. Kalau pun sakit, Alice akan langsung dirujuk ke klinik oleh guru.

Hebat, kan?

“Lo nggak apa-apa?” Alice bertanya tanpa basa-basi. Alen mengangguk ragu.

“Nggak, kok.”

Entah hanya perasaan Alen atau memang benar, tapi sepertinya mata Alice menunjukkan kekhawatiran. Alen tidak pernah berpikir apalagi membayangkan bagaimana ekspresi kakaknya saat sedang khawatir. Yang sering Alen pikirkan adalah alasan mengapa Alice, kakaknya, yang Alen anggap sebagai bagian dari dirinya, justru menjadi orang pertama yang menganggap Alen punya penyakit mental.

Setiap memikirkan itu, Alen merasa kesal. Karena Alice, Alen hampir dibawa ke psikiater. Katanya untuk diperiksa apakah memang benar Alen ada gangguan jiwa atau indikasi yang mengarah pada depresi. Tentu saja Alen menolak. Seperti yang sudah dijelaskan berkali-kali dengan lelah, Alen tidak gila. Ia sehat secara fisik dan mental,

Setidaknya begitu menurut Alen.

 “Beneran nggak apa-apa?” Alice bertanya sekali lagi. Suaranya mendesak.

Alen baru akan mengangguk, tapi Alice sudah lebih dulu meraba keningnya, membadingkan suhu tubuh Alen dengan suhu tubuhnya sendiri.

Selagi Alice meletakkan tangannya di kening Alen, Alen mengernyit samar. Gadis itu mengawasi kakaknya dengan perasaan kikuk. Dalam otaknya pertanyaan-pertanyaan berkeliaran menginginkan jawaban.

Kenapa Alice? Kenapa Alice tiba-tiba peduli?

Alen menelengkan kepala cukup lama untuk memberikan jawaban pada pertanyaan di benaknya. Ia mengerling Alice yang masih mengukur suhu tubuhnya dengan cara yang ketinggalan zaman. Kakaknya itu mengerutkan alis sebentar, memindahkan tangannya dari kening Alen ke keningnya sendiri, lalu mengangguk-angguk. Alen tak yakin apa sebenarnya yang membuat Alice tiba-tiba bersikap begitu. Alice tidak pernah tampak peduli sebelumnya.

“Gue nggak apa-apa.” ucap Alen seraya melepaskan tangan Alice dari keningnya.

“Ya udah kalau gitu. Yuk, balik.” Tangan Alice meraih lengan Alen. Gadis yang setahun lebih tua itu menuntun Alen meninggalkan UKS.

“Gue balik sendiri aja.” Alen menghentikan langkahnya mendadak. Alice yang otomatis ikut berhenti langsung memutar kepala dan memelotot galak.

“Alen, sekali aja jangan ngehindar bisa?” nada suara Alice terdengar kesal, tapi tidak dengan wajahnya. “Gue peduli sama lo.” Sambung Alice muram.

Alen terperangah selama beberapa detik. Gadis itu tidak tahu harus melakukan apa mendapati Alice menatapnya cukup lama, cukup lekat. Sesuatu yang aneh menelusup ke dadanya. Sejenis gelisah dan rasa bersalah.

“Gue belum bilang sama Nurseu.” Alen akhirnya bergumam pelan. Sepertinya kata-kata Alice memberikan pengaruh. Alen merasa, sekarang bukan saat yang tepat untuk bersikap abai apalagi ketus pada Alice.

“Nggak usah bilang apa-apa. Nanti biar Nurseu bingung liat lo tiba-tiba ngilang dari UKS.” Jawab Alice cepat. Muram di suaranya menghilang, berganti dengan tawa yang ringan.

Alen tak bisa tak menahan bibirnya untuk tersenyum. Rasanya sudah sangat lama sejak ia dan Alice saling bicara akrab seperti ini.

“Mau makan dulu nggak?” Alice menawarkan setelah mereka meninggalkan UKS, berjalan menuju gerbang keluar. Suasana yang nyaman perlahan-lahan memenuhi rongga dada Alen. Ia mengikuti langkah Alice, tenang dan nyaman.

“Nggak, langsung pulang aja. Gue nggak enak badan.”

“Tadi katanya nggak apa-apa?”

Alen memandang Alice cukup lama. Kakaknya memang sejak dulu seperhatian ini, kan?

“Ya, emang nggak apa-apa. Kan cuma nggak enak badan sedikit.” Tukas Alen akhirnya.

“Ya udah, kalau cuma nggak enak badan sedikit, kita makan dulu aja. Biar perut lo nggak kosong.” Balas Alice tenang. Gadis itu berjalan mendahului Alen, sementara Alen menatapi langkah demi langkah Alice di depannya.

Alice baik.

Alen tersenyum samar. Kehangatan yang menyenangkan menjalar di sekujur tubuhnya.

“Tunggu.” Ucap Alen. Cepat-cepat gadis itu menyamakan lagi langkahnya dengan Alice.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kani's World
978      434     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.
Segitiga Bermuda
3461      1198     1     
Romance
Orang-orang bilang tahta tertinggi sakit hati dalam sebuah hubungan adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika mengalaminya dengan teman sendiri maka dikenal dengan istilah Friendzone. Namun, Kinan tidak relate dengan hal itu. Karena yang dia alami saat ini adalah hubungan Kakak-Adik Zone. Kinan mencintai Sultan, Kakak angkatnya sendiri. Parah sekali bukan? Awalnya semua berjalan norm...
Cinta Pertama Bikin Dilema
2769      918     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
AKSARA
3538      1452     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Project Pemeran Pembantu
3277      1158     0     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Play Me Your Love Song
2448      1026     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Caraphernelia
542      264     0     
Romance
Ada banyak hal yang dirasakan ketika menjadi mahasiswa populer di kampus, salah satunya memiliki relasi yang banyak. Namun, dibalik semua benefit tersebut ada juga efek negatif yaitu seluruh pandangan mahasiswa terfokus kepadanya. Barra, mahasiswa sastra Indonesia yang berhasil menyematkan gelar tersebut di kehidupan kampusnya. Sebenarnya, ada rasa menyesal di hidupnya k...
NIKAH MUDA
2421      847     3     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...
Metamorf
75      57     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
The Last tears
448      248     0     
Romance
Berita kematian Rama di group whatsap alumni SMP 3 membuka semua masa lalu dari Tania. Laki- laki yang pernah di cintainya, namun laki- laki yang juga membawa derai air mata di sepanjang hidupnya.. Tania dan Rama adalah sepasang kekasih yang tidak pernah terpisahkan sejak mereka di bangku SMP. Namun kehidupan mengubahkan mereka, ketika Tania di nyatakan hamil dan Rama pindah sekolah bahkan...