Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Selama di perjalanan mereka hening sibuk dengan pikirannya masing-masing, Naila terkejut ketika Regan tidak membawanya langsung pulang. Regan malah memasukan motornya ke sebuah halaman rumah yang luas dan rimbun akan pepohonan hias di sana. Naila turun dari boncengan dan menghadap Regan yang hanya memasang wajah datar kepadanya.

“Apa?”

“Ini rumah siapa?” tanya Ninda dengan gigi yang menggertak, karena kedinginan.

“Rumah gue, udah ayo masuk.” Regan berlalu dari hadapan Naila yang masih membeku di dekat motornya.

“Aku mau pulang,” ujarnya membuat Regan memutar tubuhnya menghadap Naila.

“Ya pulang aja, kalo lo mau mati kedinginan di luar sana.” Regan melanjutkan langkahnya, meninggalkan Naila yang semakin mengeratkan pelukan terhadap tubuhnya sendiri.

Gadis itu akhirnya masuk ke rumah Regan dengan tubuh yang sudah bergetar karena kedinginan. Pemandangan luar biasa menyambut kedatangannya, ruangan ini begitu megah dengan warna kebesaran nila. Naila memperhatikan setiap sudut ruangan ini yang tampak lenggang, dan di penuhi oleh lukisan-lukisan indah.

“Bi Surti tolong buatin air hangat untuk gadis ini dan kasih dia handuk,” seru Regan seraya menaiki tangga.

Naila celingak-celinguk bingung, harus apa di sini. Tubuhnya sedari tadi menggigil menahan dingin yang terus-menerus menusuknya. Tak lama dari itu, Bi Surti menghampirinya dan menuntunnya menuju kamar mandi.

Semenjak Naila mandi. Dengan tubuh berbalut handuk dan celana abunya, Regan memberikan pakaian miliknya untuk dipakai oleh Naila. Kaus lengan panjang, celana panjang, dan sweter abu miliknya. Setelah itu ia kembali ke kamarnya. Jangan tanyakan berapa banyak sweter yang Regan punya, tentunya cowok ini mempunyai puluhan sweter di lemarinya.

Saat Naila mengguyur tubuhnya dengan air hangat, ketukan pintu membuat dirinya terkejut. Naila membuka pintu, dan mengintip. Ternyata Bi Surti. Beliau menyodorkan sepasang pakaian kepadanya, dengan ragu Naila menerimanya.

Selesai sudah acara mandinya. Naila menghampiri Bi Surti yang tengah memasak, awalnya Bi Surti menolak agar Naila membantunya, tapi karena Naila mendesak akhirnya Bi Surti mengiyakannya.

“Namaku Naila Bi, aku satu sekolah sama Regan.” Naila tampak malu-malu.

Bi Surti hanya tersenyum, sembari menganggukkan kepalanya.

“Bi rumah ini memang seperti ini ya, sepi.” Naila berusaha mengakrabkan diri dengan Bi Surti.

“Iya, Non. Ibunya Regan sakit, dan ayahnya Regan kerja. Jadi ya seperti ini. Kalau dulu, rumah ini selalu ramai tapi karena ibu dan ayah bertengkar suasananya jadi berubah. Bibi kasihan sama Regan dan Risma, dulu mereka selalu bahagia, tapi setelah kejadian itu mereka jadi sedikit berubah.” Bi Surti bercerita tanpa ia suruh, hatinya kembali tersentuh mendengar cerita keluarga Regan.

“Eh, Bi ini udah ya?” tanya Naila sambil menggoyangkan sendoknya di dalam panci. Setelah mendapati anggukkan dari Bi Surti, Naila memadamkan apinya.

Tiba-tiba perempuan cantik dengan baju biru senada dengan celananya datang, dari raut wajahnya tampak terkejut saat mendapati Naila. Risma menghampirinya dengan tatapan heran, masih dengan ekspresi terkejutnya.

“Kakak siapa?” tanya Risma.

Naila sebenarnya bingung hendak menjawab apa, pasalnya kalau dirinya menjelma sebagai teman Regan kayaknya tidak mungkin. Laki-laki itu pasti sangat membencinya.

“Aku Naila, temannya Regan tapi tidak terlalu dekat sih,” jawab Naila ragu.

Risma tersenyum dan menyeret Naila untuk mengikutinya, ternyata gadis ini membawanya ke kamar.

“Aku Risma, Kak. Adiknya kak Regan. Coba Kakak beresin dulu rambutnya, biar enggak acak-acakkan,” ujar Risma.

Naila tersenyum canggung. Perlahan ia mulai menyisir rambutnya yang panjang, sementara Risma terduduk menatapnya berseri.

“Rambut Kakak bagus,” puji Risma sambil menghampiri Naila. “Kak, coba pakai bedaknya.” Naila sedikit terkejut, pasalnya selama ini ia selalu berpenampilan seadanya tanpa alat make up.

“Kenapa Kak? Jangan bilang kalo Kakak belum pernah di bedak sedikit pun.” Naila masih bergeming, dan Risma malah tersenyum. “Kak, serius deh. Ya udah aku bantu.”

Tangan Risma mulai bermain-main di wajah Naila, sebagai respons ia hanya berdiam diri membiarkan Risma merias wajahnya sedemikian rupa. Bukan hanya wajah, ternyata Risma menautkan penjepit rambut di bagian kanan atas rambutnya.

“Nah, Kakak jadi tambah cantik. Kalau laki-laki lihat Kakak sekarang, pasti akan jatuh cinta dengan Kakak. Hm, tadi Kakak bilang bukan teman dekatnya Kak Regan, Kakak beda kelas sama kak Regan?”

Naila masih tidak percaya dengan wajahnya ini, tapi segera ia alihkan ke arah gadis manis yang menatapnya. “Iya, kita enggak sekelas. Dan status kakak di GHS adalah murid baru.”

Risma menganggukkan kepalanya. “Kayaknya kakak pendiam ya? Bisa kenal sama Kak Regan bagaimana? Cerita dong, hujan kayak gini enaknya cerita-cerita. Apalagi Kakak murid baru, gimana perasaannya jadi murid baru?” Risma memang bawel, tapi karena kebawelannya ia sangat menyenangkan.

“Kenal sama Kak Regan baru hari ini.” Sontak Risma terbelalak bukan main. “Ya, kita kena hukuman bareng. Tadinya aku mau naik angkutan umum, tapi Regan memaksa ya udah aku pulang bareng. Perasaan jadi murid baru senang banget, kita mempunyai teman baru, ya sama seperti MOS, pokoknya seru.”

Naila tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. Terlalu mengerikan jika menceritakan apa yang sebenarnya, apalagi ini menyangkut sikap Regan yang kasar kepadanya, saat itu. Mungkin ini akan menyakiti perasaan Risma, jadi lebih baik menyembunyikannya. Lagian sikap Regan tak seburuk yang dipikirkan, malah ia bisa di bilang baik.

Regan yang sedari tadi menguping dan mengintip mereka berdua bercerita, hatinya menggebu. Apa yang dikatakan oleh Risma fakta, Naila sangat cantik, tapi, kenapa dia harus menutupinya. Dan dia juga menjaga perasaan adiknya, dengan cara menyembunyikan yang sebenarnya terjadi. Fiks! Naila benar-benar membuat dirinya penasaran, terlalu banyak sandiwara yang Naila kerahkan.

Melihat Risma dan Naila keluar dari kamar, cekatan Regan berjalan cepat menuju kamarnya dan menutup pintu dengan hati-hati. Merasa bahwa mereka telah melewati kamarnya, Regan kembali membuka pintu dan mencari mereka. Saat matanya menerawang ke lantai dasar, tapi tidak ada, Regan kembali ke kamarnya. Namun, samar-samar telinga Regan menangkap tawa kecil, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar dan mencari tawa kecil itu.

Regan sudah yakin bahwa tawa kecil itu berasal dari kamar ibunya. Lagi-lagi ia mengintip. Naila. Gadis mistis menyeramkan dalam sekejap mata jadi menyenangkan tengah menyuapi ibunya, baru kali ini Regan melihat senyum di wajah Naila. Bukan hanya dia, ternyata ibunya, adiknya, juga Bi Surti tersenyum juga. Bagaimana bisa Naila melakukan ini?

Regan memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Hujan telah reda, semilir angin menyejukan menerpa tubuhnya dari arah balkon. Ia masih belum menyangka, kalau Naila sangat menyenangkan dan membuat keluarganya tersenyum. Regan menghela napas pendek, lantas meraih buku harian miliknya, lantas menulis sesuatu yang sangat menyenangkan.

“Aku tidak boleh kasar kepadanya,” gumamnya.

Setelah apa yang dilakukan kepada ibunya, Regan bertekad untuk tidak kasar kepada Naila. Baginya, membuat keluarganya tersenyum apalagi ibunya itu adalah surga terindah. Dan senyum Naila adalah pintu untuk melihat surga itu.

Di saat Regan termenung, tiba-tiba Risma dan Naila masuk ke kamarnya. Naila harus pulang, meskipun Risma menyarankan untuk menginap tetapi gadis itu menolaknya dengan lembut.

“Gue akan antar lo,” kata Regan.

“Aku naik ojek on—”

“Tidak, lo pulang sama gue,” ujar Regan seraya menarik tangan Naila.

Mau tidak mau akhirnya Naila pulang bersama Regan. Seperti biasa, selama di perjalanan mereka sama-sama terdiam tidak ada yang berani membuka suara sampai mereka benar-benar berhenti di persinggahan Naila.

“Makasih.” Naila berlalu, tapi sebelumnya ia mencuci wajahnya dan membuat Regan turun dari motornya.

“Kenapa di hapus?”

Tapi Naila telah mengetuk pintu, membuat Regan membeku, menyaksikan Naila masuk ke dalam rumahnya. Saat Regan hendak memasang helm, samar-samar telinganya menangkap sesuatu dari dalam rumah Naila. Karena penasaran, Regan memasuki pekarangan rumah Naila dan menguping.

Kamu darimana saja? Dan ini pakaian siapa?

Kamu jangan buat ulah ya, jangan buat malu paman!

Pasti ini baju cowok, lo udah main sama cowok. Murahan! Udah gih kerjain PR gue!

….

Hati Regan berdesir, mendengar ucapan-ucapan yang menyerang Naila. Mungkinkah ini alasan, kenapa gadis itu selalu kuat di kala kata-kata menjatuhkan dari murid GHS, dia terlihat baik-baik saja?

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seberang Cakrawala
134      120     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
Bumi yang Dihujani Rindu
8469      2475     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
Rain, Coffee, and You
548      387     3     
Short Story
“Kakak sih enak, sudah dewasa, bebas mau melakukan apa saja.” Benarkah? Alih-alih merasa bebas, Karina Juniar justru merasa dikenalkan pada tanggung jawab atas segala tindakannya. Ia juga mulai memikirkan masalah-masalah yang dulunya hanya diketahui para orangtua. Dan ketika semuanya terasa berat ia pikul sendiri, hal terkecil yang ia inginkan hanyalah seseorang yang hadir dan menanyaka...
Harsa untuk Amerta
298      238     0     
Fantasy
Sepenggal kisah tak biasa berlatar waktu tahun 2056 dari pemuda bernama Harsa sang kebahagiaan dan gadis bernama Amerta sang keabadian. Kisah yang membawamu untuk menyelam lebih dalam saat dunia telah dikuasai oleh robot manusia, keserakahan manusia, dan peristiwa lain yang perlahan melenyapkan manusia dari muka bumi. Sang keabadian yang menginginkan kebahagiaan, yang memeluk kesedihan, yan...
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
8739      2308     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
PUBER
2232      930     1     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Mencari Virgo
497      352     2     
Short Story
Tentang zodiak, tentang cinta yang hilang, tentang seseorang yang ternyata tidak bisa untuk digapai.
Akhir SMA ( Cerita, Cinta, Cita-Cita )
1941      989     1     
Romance
Akhir SMA yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran seorang cewek bernama Shevia Andriana. Di saat masa-masa terakhirnya, dia baru mendapatkan peristiwa yang dapat mengubah hidupnya. Ada banyak cerita terukir indah di ingatan. Ada satu cinta yang memenuhi hatinya. Dan tidak luput jika, cita-cita yang selama ini menjadi tujuannya..
Altitude : 2.958 AMSL
727      498     0     
Short Story
Seseorang pernah berkata padanya bahwa ketinggian adalah tempat terbaik untuk jatuh cinta. Namun, berhati-hatilah. Ketinggian juga suka bercanda.
Kebaikan Hati Naura
647      366     9     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.