Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 20: MALAM BERCERITA TENTANG KITA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Di saat mereka sedang asyik dengan makanan dan obrolan yang tak tentu arah, Risma masuk ke kamar untuk bergabung. Risma tersenyum manis saat pengisi kamar kakaknya, menyadari kedatangannya. Tanpa ragu, Risma memeluk Rama dan Gema dengan sangat bahagia.

“Kemana aja kalian, kangen tahu!” seru Risma.

Tentu saja kangen, Rama dan Gema adalah dua sosok yang sangat menyenangkan baginya. Hampir empat kali dalam seminggu, mereka selalu bermain di sini selama tiga tahun ini. Bahkan tidak segan Risma menganggap mereka seperti kakak kandungnya sendiri, Rama dan Gema juga tidak segan menganggap Risma layaknya adik sendiri, bahkan keduanya memiliki panggilan sayang kepadanya yaitu ‘Aris’.

“Tahu tuh, kalo udah punya pacar agak berubah, ya kita jadi enggak nyaman takut ganggu,” balas Gema.

Ninda merasa tersindir dengan ucapan Gema, kalau dia bicara seperti itu saat di sekolah sudah dipastikan kepalan tangannya akan mengenai kepala dia. Tapi, sudahlah. Sekilas Ninda melirik ke arah Regan yang sedari kalem sendiri dengan makanannya, sangat menyebalkan!

“Heh, otak larry! Perasaan, kalian kalo main ke sini tanpa di suruh, lo nya aja yang sibuk sama GO,” bela Regan, membuat Ninda tersenyum manis.

“Udah-udah, kalian nginap di sini kan?” lerai Risma yang langsung direspons oleh mereka dengan anggukkan. Setelah itu, netra Risma beranjak ke arah Ninda. “Kak Ninda mau nginap juga, nanti tidurnya sama aku,” sambung Risma membuat Ninda celingak-celinguk heran kenapa dia bisa tahu namanya.

“Hm.” Ninda menatap Regan yang malah menampakkan senyumannya. “Bo-boleh.” Tanpa di sangka-sangka Risma beralih memeluk Ninda.

“Makasih Kak.” Kemudian Risma meraih gitar yang membeku di samping Regan, dan menyuruh Gema untuk bermain gitar.

“Lagu apa Ris?” tanya Gema seraya mengambil gitar yang disodorkan ke hadapannya.

“Lagu apa aja terserah Kakak,” balas Risma yang duduk di antara Regan dan Ninda.

Gema berpikir sejenak memikirkan lagu yang akan didendangkan untuk teman-temannya ini. Beberapa detik kemudian, Gema mulai memetik sinar gitarnya dan mulai bernyanyi.

“Eh, anjir lo bucin,” celetuk Rama.

Seketika Gema menghentikan aksinya, menatap terhadap orang yang berada di sampingnya. “Menurut Regan, jaman sekarang bucin sudah jadi hal yang normal, paham?”

Sedangkan Regan hanya tersenyum, mendengar ucapan Gema. Kalimat itu memanglah fakta, Regan selalu melihat tingkah laku orang-orang khususnya anak GHS selalu curhat masalah cinta, mantan, friendzone, LDR, atau bahkan CLBK. Jadi menurutnya, bucin di zaman sekarang sudah menjadi suatu keharusan.

Seperti inilah yang Risma sukai dari dua sosok di hadapannya, berdebat nggak jelas dan tidak berfaedah. Dengan ulah mereka seperti ini, semenjak beberapa hari ke belakang Risma rindu melihat sikap keduanya.

Detik berikutnya, Gema kembali menyanyikan lagu Jikustik yang berjudul Puisi. Waktu terus berotasi, tapi karena kebahagiaan yang terukir di wajah mereka, tiada siapa pun yang menyadari bahwa waktu tengah menunjukkan pukul lima sore. Mereka tersadar, saat cahaya yang masuk dari arah pintu balkon mulai meredup, dan perlahan hilang.

O0O

Risma merentangkan tubuhnya melepaskan rasa lelah yang masih mendekap otot-ototnya setelah acara kemarin di sekolah. Saat pintu kamar mandi berdecit, Risma bangkit dari rebahnya melihat Ninda yang tengah mengelap rambut dengan handuk. Kemudian mengambil alih kamar mandi.

Ninda menerawang kembali kamar yang di dominasi warna biru muda ini, beberapa foto kebersamaan keluarganya terpajang di dinding, membuat dirinya tertarik untuk melihat lebih dekat. Ia baru menyadari jika di kamar Regan tidak ada foto apa pun selain poster-poster beraliran musik, kenapa? Setelah itu, Ninda berjalan menuju meja belajar Risma lagi-lagi terdapat banyak foto keluarga.

I miss this moment….”

Saking tertariknya, Ninda tidak menyadari Risma sudah ada di belakangnya. Ia sangat terkejut saat menyadari Risma di belakangnya.

“Ayah kamu kerja di mana?” Ninda tidak perlu bertanya mengenai foto itu, kisah Regan saat di minimarket sudah cukup. Hanya saja, ia lupa tidak bertanya tentang bisnis ayahnya yang tega sampai meninggalkan keluarganya.

“Di Jogja, setahun yang lalu.” Risma menyampaikan handuk ke tempatnya, lalu duduk di atas kasur. Sementara Ninda meraih polaroid yang di bawahnya terdapat kalimat kerinduan yang tadi dibacanya.

“Sebelumnya, ibu dan ayah sering berkonflik mengenai bisnis, yang enggak pernah aku pahami. Yang pastinya, mereka telah dibutakan oleh takhta dan harta. Ayah pergi begitu saja, setelah berkata kasar kepada ibu, kesehatan ibu setiap minggunya semakin menurun.”

Ninda duduk di samping Risma dan berusaha menguatkannya.

“Saat ibu jatuh sakit seperti sekarang, tingkat kebencian kak Regan terhadap ayah semakin tinggi. Dan hanya kak Gema dan kak Rama, yang selalu membuat dirinya tersenyum meskipun aku tidak pernah tahu apa yang membuat mereka sangat bahagia. Bagiku melihat mereka bahagia, sudah cukup.”

“Dan saat aku mengetahui kak Regan punya pacar, aku senang setidaknya kata playboy yang selalu jadi bahan candaan kak Gema sama kak Rama terhadapnya hilang. Terima kasih Kak.” Risma memeluk Ninda dengan begitu erat.

Sekarang tanpa meminta, cerita Risma membuat Ninda langsung menyimpulkan sikap Regan sebelum berpacaran dengannya. Sepertinya sikap playboy atau badboy yang melekat dari dalam diri Regan dipengaruhi oleh keadaan keluarganya, broken home.

“Kak, berjanjilah padaku, kalau Kakak akan tetap ada buat kak Regan.” Risma menaikkan jari kelingkingnya.

Ninda tersenyum. “Aku janji.”

Semua orang memiliki masa lalu yang entah itu penuh dengan rasa suka, atau penuh dengan duka. Bagi Ninda, jika masa lalu penuh dengan kebahagiaan, tugasnya hanya mengiringi dan menambah rasa bahagia itu. Kalau pun masa lalu penuh dengan duka, Ninda akan tetap mengiringinya, membantunya membangun kebahagiaan.

“Kalau begitu, ayo kita bergabung dengan mereka,” ajak Ninda.

Ninda dan Risma melangkah beriringan menuju kamar Regan yang berada di samping kamarnya. Alangkah terkejutnya mereka, saat panorama yang pertama kali di lihat adalah dua sosok yang hanya mengenakan celana dalam saja.

“Rama! Gema! Gila lo anjir!” seru Ninda seraya menutup matanya, begitu juga dengan Risma.

Seketika itu Rama langsung berjongkok di balik ranjang, dengan wajah panik. Sementara Gema malah menutup badannya dengan kedua tangannya, tentunya wajahnya tidak kalah panik dari Rama.

“Eh Ninda, Aris, awas dulu, kita ini lagi gerah makannya begini!” ujar Gema yang langsung meraih gorden untuk menutupi tubuhnya, sedangkan Rama menutupi tubuhnya dengan selimut.

Ninda dan Risma kembali mundur seraya mengatur napasnya. “Gimana udah?” tanya Ninda.

“Belum kampret, orang si Regan mandinya lama banget!” jawab Gema dari dalam sana.

“Kak, mending kita nyiapin makanan untuk nanti,” saran Risma yang langsung diangguki Ninda.

Ninda menutup matanya saat melintas kamar Regan. Mereka berusaha membuang apa yang baru saja dilihatnya, bagaimana tidak terkejut melihat dua orang pria bertelanjang hanya mengenakan celana pendek dan agak ketat berdampingan menghadap balkon.

“Gan cepetan mandinya, kek!” samar-samar Gema berteriak.

“Iya Gan!” susul Rama.

“Bacot! Kalian kenapa?”

Setelah melewati satu ruangan tepatnya ketika berada diambang tangga, suara mereka sudah tenggelam. Ninda dan Risma sudah berada di dapur, mereka melihat Bi Surti yang sedang memasak, sepertinya masak sayur.

“Bi Surti masak apa?” tanya Risma.

“Sayur bayam untuk ibu, dan beberapa makanan untuk kak Regan.” Bi Surti terlihat gesit dalam melakukan pekerjaan ini.

“Biar kami bantu Bi. Bibi siapkan aja makanan untuk ibu, dan sisanya kita ambil alih,” ujar Ninda dengan senyuman.

“Oh, Bi, ini Kak Ninda, pacarnya kak Regan.” Risma mengenalkannya kepada asisten rumah tangganya lengkap dengan embel-embel pacar, hal itu membuat Ninda sedikit malu.

Bi Surti menganggukan kepalanya. “Emang Non Ninda bisa masak?”

Ninda sedikit terkejut. “Kalo masak gorengan begini, kecil,” ujar Ninda seraya menyentringkan tangannya sebagai ekspresi ucapannya.

Bi Surti dan Risma tersenyum senang. Selanjutnya, Risma membuat satu gelas susu hangat untuk ibunya. Lengkap sudah menunya, Bi Surti pamit kepada mereka yang hanya direspons oleh anggukan kecil dari keduanya.

“Siniin Kak, ke piring ini.” Risma memegangi piring yang kemudian diisi gorengan oleh Ninda. “Kak, kayaknya yang ini agak gosong deh,” sambung Risma.

“Gosong dikit, nggak apa-apa, enggak bakalan ningkatin masa kejombloan si Gema sama si Rama,” balas Ninda dengan kekehan kecilnya.

“Ada-ada aja, kalau begitu gorengannya setengah matang aja, biar masa kejombloan kak Gema sama kak Rama berakhir,” tambahnya.

Semuanya telah selesai, Ninda dan Risma membawa masakan serta camilan lainnya ke kamar Regan. Ninda sempat tertahan saat berpapasan dengan kamar ibunya Risma juga Regan. Di sana, ia melihat Bi Surti sedang menyuapi beliau, dan benar saja betapa lelahnya beliau, hal itu terlihat dari ekspresi wajahnya. Ninda menghela napas pendek, kembali ia melangkah bergabung dengan yang lainnya.

“Eh, Nin, masalah yang tadi lupain saja, dan jangan berpikiran yang aneh-aneh,” sambut Gema.

“Lagian ngapain pake acara telanjang segala,” kata Ninda membuat Regan mengerutkan dahinya heran.

“Kita gerah, noh pacar lo mandinya sejam,” gerutu Gema sangat malu sekaligus kesal jika mengingat kejadian tadi.

“Jadi alasan kalian ngumpet, karena kepergok? Memalukan sekali, kalo seGHS tau, kalian viral mendadak.” Regan terkekeh diujung kalimatnya.

“Lo ngapain aja sih, mandi lama banget?” tanya Rama yang juga tampak kesal.

“Buat testimoni sekaligus tutorial sabun Garnier dan pasta gigi Close up,” jawab Regan asal membuat Ninda dan Risma tertawa geli.

“Daripada kalian berantem gak jelas, mending kita kayak tadi, makan juga nyanyi,” lerai Risma.

Rama dan Gema mendekat dan mulai menyantap makanan yang tersaji di atas karpet. Sedangkan Regan mengambil alih gitar dan mulai memetiknya. Sebuah lagu dari Peterpan berhasil mengusik tubuh dan menggerakkan mulut mereka untuk turut bernyanyi, mekipun keadaan mulut sedang mengunyah makanan.

Berjalanlah, walau habis terang

Ambil cahaya bintang tuk terangi jalanmu

Di antara beribu lainnya

Kau tetap, kau tetap, kau tetap benderang

Malam ini akan menjadi malam-malam yang sangat menyenangkan, tentunya akan memberi kenang dan membangkitkan rindu di hari nanti. Mengukir cerita, yang tidak akan pernah hilang tertelan masa. Mengukir rasa bertinta hangatnya kebersamaan, begitulah definisi pertemanan.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
U&I - Our World
329      222     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
PELANGI SETELAH HUJAN
419      293     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
Dearest Friend Nirluka
59      54     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Heya! That Stalker Boy
507      299     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Snow
2449      810     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Pesona Hujan
885      467     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
27th Woman's Syndrome
9661      1807     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
HEARTBURN
328      235     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Nina and The Rivanos
8466      1903     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
The Ruling Class 1.0%
1161      474     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?