Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya.

Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah sem...Read More >>"> REGAN (Chapter 2: GAME UNTUK REGAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Regan beserta kedua temannya berjalan menuju kantin sekolah. Rama Adipati, laki-laki pintar yang selalu menjadi bahan obrolan para guru yang mengajar di kelas IPS. Kenapa? Guru-guru sepakat bahwa Rama itu orangnya pintar, tapi Rama juga jail dan selalu datang terlambat bersama Regan dan Gema. Terkadang, para guru menduga-duga sikap Rama itu dipengaruhi oleh sikap Regan. Terakhir, Gema Mahardika. Cowok, yang memiliki penyakit menular, berupa sindrom game online, siapa yang dekat dengannya pasti akan tertarik dengan penyakitnya.

Mereka langsung duduk di bangku dekat dengan kedai nasi goreng milik Mang Asep. Semenjak mereka hadir di kantin, hampir semua pasang mata yang berada di sini menyorot ke arahnya. Toh, siapa yang enggak ngiler melihat tiga cowok populer yang selalu menjadi bahan obrolan banyak orang, terutama para cewek.

“Gan, main game kuy?” ajak Gema yang sudah siap dengan ponselnya.

“Mang Asep! Biasa nasgornya tiga!” Rama menoleh ke arah Gema. “Bisa gak ngegamenya nanti, lo kan dari tadi ngegame mulu,” ujar Rama.

Gema tidak menghiraukan laki-laki di sampingnya, malah ia terus menyebarkan virus terhadap Regan yang sedari tadi bungkam.

“Gan, ayo, kita main free fire?” Gema menatap heran ke arah Regan, yang tak seperti biasanya, melamun.

Rama mengikuti arah tatapan Regan yang terlihat fokus itu. Selanjutnya, cowok bermata coklat ini menganggukkan kepalanya, kala cewek cantik, tinggi, rambutnya terikat rapi, tiba-tiba bergabung dengan gengnya. Siapa lagi kalau bukan Bebi Sandrina, ketua ekstrakurikuler cheersleader di Ganesha High School.

“Kalo udah lihat cewek cantik, dia gak bakalan mempan dengan virus yang lo sebarkan, Ge,” ujar Rama.

Gema menoleh ke belakangnya, kemudian menghela napas pendek. “Dua orang terbebas dari virus, itu bukan masalah.” Gema berdiri menatap sekitar kantin, lalu menghirup udara dalam-dalam.

“Lo mau ngapain Ge? Dan lo, Gan, mau kemana?”

Regan beranjak dari duduknya menghampiri Bebi yang tampak asyik dengan teman-teman ekstrakurikulernya. Tanpa ragu, Regan menyenggol salah satu teman Bebi sampai dia menjadi salah tingkah dan senyum-senyum canggung bagaimana gitu.

Bebi menatap Regan biasa saja, toh ini bukanlah yang pertama Regan mendekatinya. Dan sudah dia terka bahwa cowok di hadapannya ini akan menggodanya dengan berbagai macam rangkaian kata.

“Apa?”

“Beb, mau gak nanti malam kita dinner?” tawar Regan.

“Gan, sampai kapan pun jawaban gue tetap sama. nggak akan.” Sementara itu teman-teman satu ekstrakurikulernya malah meminta Bebi untuk menerima tawaran tersebut. Namun, Bebi terlalu mencintai seseorang yang perfeksionis dalam segala hal.

“Lo tau kan, gue ini enggak suka dengan orang yang kerjaannya godain banyak cewek, selalu telat, dan mencetak rekor untuk BK. Sarkasnya, lo bukan tipe cowok yang gue inginkan, lo tidak lebih dari benda-benda yang sering dipungut oleh Pak Wira.”

Regan menautkan salah satu ujung bibirnya. “Mungkin, sekarang lo bisa bandingin gue dengan sampah. Tapi,…” Regan bangkit dari duduknya. “Gue akan buktikan, bahwa gue enggak serendah itu. Dan gue pastikan, sesuatu yang ada di hati lo akan membuat lo menderita.”

Sepeninggalan Regan, Bebi terdiam cukup lama. Kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Regan membuat pernapasannya sedikit tersendat. Perlahan, Bebi mulai mengontrol semuanya dan menguatkan tekad; hanya laki-laki perfeksionis yang menjadi labuhan hatinya bukan spesies manusia yang lidahnya terlatih untuk mempermainkan hati seseorang.

Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Bebi bukanlah ancaman untuk hidupnya, semuanya sudah tahu bahwa dirinya laki-laki pemilik bisa mematikan yang menyembur lewat kata-kata. Maka tidak sedikit pun hatinya tergores hanya karena kalimat sepele dari mulut Bebi, yang ada pikirannya dipenuhi dengan ramuan-ramuan untuk membuktikan ucapannya kepada perempuan cantik sang ketua cheersleader itu.

“Halo guysss! Kita mabar free fire kuy! Bentar lagi ada turnamen loh, hadiahnya banyak banget! Kuy, kita mabar!” seloroh Gema menyebarkan virus game online kepada orang-orang yang sedang menikmati waktu istirahatnya di kantin.

Regan dan Rama hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat aksi temannya itu. Tak lama dari itu, Mang Asep menyajikan tiga porsi nasi goreng di hadapan mereka. Tanpa menunggu lama, Regan dan Rama langsung menyantapnya, tidak peduli dengan Gema yang masih sibuk menyebarkan virus game online kepada orang-orang yang menikmati waktu istirahatnya. Detik berikutnya, hampir semua orang di sini bertepuk tangan dan segera mengangkat ponselnya ke hadapan wajah mereka.

Gema tertawa puas, karena aksinya berhasil. Sambil menyantap makanan kesukaannya, Gema mulai sibuk sendiri dengan ponselnya.

“Gue heran sama lo, Gan. Kenapa lo enggak nembak satu cewek, terus lo serius pacaran. Lo cakep, kaya, dan cewek yang suka sama lo banyak banget.” Rama menatap penuh arti kepada Regan.

Regan menaikkan salah satu alisnya. “Maka dari itu gue enggak mau pacaran. Kasihan sama cewek-cewek yang suka sama gue. Kalo gue punya pacar, bisa-bisa mereka enggak mau deket lagi sama gue.”

Rama terkekeh mendengar jawaban dari Regan. Otak laki-laki pemilik wajah tampan itu sudah terlalu senang membuat para cewek meleleh karena ucapannya, kecuali empat cewek; Ninda, Ana, Bebi, dan ketua ekstrakurikuler rohani islam yaitu Kezia.

“Lo parah banget ya, Gan.” Rama mengunyah sisa makanan di mulutnya. “Gue punya game buat lo—”

Game apa?” sahut Gema tanpa melihat ke arah dua temannya.

“Bagian bahas game, lo nyangkut. Tapi, game ini khusus buat lo Gan—”

“Lah, game apa itu. Gue pengen donlod juga kali. Hm, btw, game-nya online kan bukan offline?” Lagi-lagi Gema memotong ucapan Rama.

“Ini bisa offline juga online, tapi game ini khusus untuk Regan bukan lo Ge! Gamenya, gue pingin lo menangin hati cewek, dan lo ajak seriusan. Hadiahnya, semua tugas sekolah lo, jadi milik gue. Gimana? Lo berani mainin ini game?” ujar Rama dengan nada menantang.

“Lo nantang gue?” Regan berdecih, “Karena gue bukan pengecut, gue terima tantangan lo,” sambung Regan sambil memasukkan satu suapan terakhir ke mulutnya.

Ada rasa suka terhadap ucapan Rama. Karena tanpa sepengetahuannya, Regan menjadi lebih semangat untuk membuktikan ucapannya terhadap Bebi baru saja. Terlebih laki-laki paling pintar di antara mereka bertiga menawarkan hadiah menakjubkan bagi dirinya yang memiliki hobi malas-malasan.

“Tapi, lo hanya boleh milikin Ninda, Ana, sama Be—bi.” Rama menatap Regan yang tiba-tiba memalingkan wajah darinya, saat cewek berhijab dengan beberapa temannya melintas di samping mereka.

“Atau Kezia. Hanya mereka, tidak boleh yang lain.” Rama memaparkan senyum menantang kepada Regan.

Seketika itu semangatnya kembali turun saat Rama menyebutkan target yang harus diincarnya. Mak Lampir dan Miss Poles? Ah! Yang benar saja!

“Kezia? Gue langsung out. Tapi, ingat saja sama hadiahnya, awas kalo lo PHP, siap aja dunia akan mengecap lo sebagai laki-laki aneh.” Balas Regan.

Rama mengerutkan dahinya, tidak mengerti dengan ucapan temannya itu. “Waktunya lima hari dari sekarang.”

Bukan hanya Regan yang tersentak karena ucapan Rama, tapi, Gema pun sama terkejutnya. Menaklukkan seorang cewek dalam waktu lima hari? Mungkin Regan akan tertawa puas jika yang harus dihadapi bukanlah Ninda, Ana atau Bebi. Mereka merupakan cewek yang tidak mudah untuk Regan takluki, masing-masing memiliki tantangan tersendiri, kalau ingin menjalin hubungan dengannya.

“Eh! Kampret! Yang benar saja! Lo gila ya! Demi emaknya spongebob yang berbentuk biskuit gud taim, lo pikir mereka itu satu spesies dengan si Evi?” Gema tengah berdiri menghadap Rama yang menatap heran ke arahnya.

“Kok e'lo yang nyolot sih, kan gue nantangin Regan bukan e'lo, bego!” ujar Rama yang tiba-tiba merasa kesal dengan Gema.

“Tenang, gue pasti bisa dapetin salah satu dari mereka.”

Otak Regan mulai memikirkan cara untuk tiga cewek yang sangat sulit ia taklukan. Ninda cewek galak juga cerewet, tadi pagi Regan sudah melakukan ke-playboyan-nya, tapi dia malah cerewet galak kepadanya. Begitu juga dengan Ana, cewek agak lebay malah menyuruhnya tidur agar dirinya baper. Terakhir, Bebi. Cewek jangkung ketua cheersleader ini, sombong luar biasa. Baru saja, Regan mendapatkan kalimat mengerikan dari mulutnya, bahkan semenjak Rama menyebutkan namanya masuk list, segera pikirannya mencoret nama itu. Jadi, harapannya hanya dua; Ninda atau Ana.

Lo mah aneh, Ram! Bikin game kek ginian!” gerutu Gema saat melihat raut wajah Regan yang tiba-tiba dingin.

“Gue lakuin ini karena gue percaya, Regan itu bisa memenangkan game ini. Oh iya, kalo lo udah jadian langsung buat akun IG-nya, terus follow akun gue,” ujar Rama, sibuk dengan nasi gorengnya.

Regan hanya menganggukkan kepalanya, semenjak ia menyetujui permainan Rama, otaknya menjadi pemikir keras. Toh, perempuan yang akan dihadapinya bukanlah perempuan, yang mudah baper sama pesonanya, yang ada dirinya kena semprotan ganas dari bibir mereka.

“Gan, mending lo batalin game aneh si Rama. Kita main Free Fire atau PUBG aja sama gue, kita pulus-pulus gituh.” Gema mulai memainkan jarinya di depan Regan.

“Sekarang yang gila itu gue apa e'lo? Kalo main kek gituan, udah pasti lo yang menang!” serobot Rama sambil bangkit dari hadapan Gema juga Regan, menuju kedai Mang Asep hendak membayar makanannya.

“Gan?”

“Lo diam aja. Yang penting gue bisa santuy tanpa memikirkan tugas sekolah, gue yakin gue bisa menangin game ini.” Regan bangkit dari duduknya, meninggalkan dua temannya di tempat istimewa ini.

“Gan, e'lo mau ke mana?” seru Gema.

“Gue mau ke kelas, mau ganti baju.” Seru Regan.

Begitu Rama duduk di sampingnya, Gema kembali berkicau dengan nada sedikit kesal. “Gara-gara lo sih, buat apa coba ngasih game kek gituan?” Gema mengalihkan kembali tatapanya ke arah ponsel.

“Gue cuma kasihan aja sama dia, secara tidak langsung sikapnya itu telah menyakiti masa depannya. Sekaya apa pun dia, seganteng apa pun dia, lama kelamaan orang bakal ogah sama dia, kalau sikap dia kayak gitu terus.” Rama bangkit dari bangkunya, dan merogoh saku celananya.

“Emang masa depan si Regan di makan singa gitu? Atau di sunat lagi?”

Rama memutar bola matanya, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Gema. Ia menurunkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke arah telinga Gema.

“Biasanya kalo orang yang pikirannya ngaco kayak e'lo, masa depannya suram,” bisik Rama, seraya beranjak menyusul Regan ke kelas.

Regan telah membuka kancing bajunya semenjak langkah pertama menginjak keramik ruang kelas. Apa yang dilakukannya, berhasil menyita beberapa pasang mata kecuali dua cewek yang tiba-tiba menyibukkan diri dengan ponselnya. Regan tidak peduli, segera ia menyandarkan tubuhnya di kursi guru, membiarkan tubuh berisinya menjadi tontonan teman cewek sekelasnya.

Evi dan yang lainnya—kecuali Ana dan Ninda—membeberkan senyum melihat tubuh Regan. Evi menopang dagu dengan kedua tangannya, bibirnya tiada henti bergerak saling melumasi agar tidak mendadak kemarau melihat cowok ganteng, yang ia lihat layaknya menonton film drama dari Negeri Ginseng.

Ana yang duduk di samping Evi memutar bola matanya, melihat dia tergila-gila oleh pesona seorang playboy.

“Dasar tukang pamer! Gue berani bertaruh, tubuh Pak Jaya lebih bagus dari dia!” ujar Ana.

Mendengar hal itu, Regan menyunggingkan senyum seraya menggelengkan kepalanya.

“Bodo amat, yang penting mata gue sejuk lihat pemandangan di hadapan gue, everest aja kalah dingin sama dia. Regantengku, unceh ... unceh!” balas Evi lebay.

Regan menghampiri bangku Ana, perlahan senyum manis mulai terlukis di bibirnya. Evi yang duduk di samping Ana, seketika heboh sendiri melihat Regan dengan dada bidang menghampiri bangkunya.

“Oh my god! heboh Evi.

“Halo Ana? Gue pastiin ini bahu sama dada gue, bakal bikin lo nyaman, saat bersama gue. Mau gak lo jadi pacar gue?” ujar Regan seraya menatap penuh ke arah Ana.

Seketika cewek yang berada di kelas heboh meminta Ana untuk mengiyakan, tapi ada juga yang berteriak mempromosikan dirinya sendiri, salah satunya Evi. Sementara itu, Ninda yang sedari tadi bungkam, memilih fokus terhadap ponselnya, tiba-tiba membulatkan matanya.

“Udahlah An, terima aja!” sahut Ninda sambil tertawa kecil.

Ana menarik salah satu ujung bibirnya. “Asal lo tau, gue enggak akan pernah mau jadi pacar lo, Gan! Dan ingat ya—”

“Kalo gue udah serius dengan pacar gue nanti, lo jangan cemburu. Dasar Miss Poles!” pungkas Regan sambil berjalan menuju Ninda yang seketika membuang muka dari Regan.

“Pacar yang mana?”

“Nih di hadapan gue.” Regan membalas cepat.

“Untung hati gue udah diimunisasi pake anti playboy. Awas, loh Nin sekarang giliran lo.”

“Jangan dengerin Miss Poles, kalo wajahnya udah berminyak kayak usus setengah matang milik Bi Dara, suka iri gitu.”

Saat itu pula Ana terbelalak dan berontak mencari cermin mini miliknya, setelah mendapatkannya Ana mulai menggoyangkan kepalanya kiri-kanan. Sedangkan, yang lainnya mengulum tawa mendengar ucapan Regan yang melebihi ibu-ibu kompleks saat arisan.

“Sialan lo, Gan!” ketus Ana, menyadari ucapan Regan hanya omong kosong.

“Halo Ninda?” Regan telah mengepung Ninda dengan tangannya. Yang ditanya membatu, hanya fokus terhadap ponselnya. “Mau gak lo ja—”

“EH! BUSYET!” Gema berteriak histeris ketika matanya menangkap Regan yang telanjang dada tengah mengepung Ninda. Sedangkan Rama, hanya mampu membuka mulutnya lebar-lebar melihat ulah Regan.

“Gan! Lo parah! Lo parah! Ini sekolah woy! Gila! Ini gara-gara lo Ram, dia jadi separah ini!” Rama masih speechless.

“Eh, Anjir! Maksud lo apaan? Gue hanya deketin dia!” serang Regan. Ia sudah tahu arah pembicaraan Gema yang terbilang berlebihan dalam mengartikan suatu tindakan.

“Deketin sih deketin, enggak usah pake acara buka baju segala. Ketempelan setan baru tau lo!” ujar Gema masih dengan nada tidak percaya.

“Serah lo deh, gue males dengerin lo!” Regan mendudukkan tubuhnya di samping Ninda.

Ana melipat tangan di depan dadanya. Namun, ia juga dibuat terkejut oleh Evi yang tiba-tiba berdiri.

“Heh! Lo gak usah marahin Regantengku, dia cuma mau ngobrol sama Ninda, mending kalian cepetan ganti baju gih! Jangan ngancurin pemandangan indah ini!” bela Evi sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah Regan.

“Vi, makasih udah belain. Tapi sorry ya, kegantenganku hanya untuk Ninda. Ya, kan beib?” Regan merangkul tubuh Ninda. Yang dirangkul terkejut dan mulai memberontak kesal, lalu dia pergi dari kelas seraya memungut seragam olahraganya, meninggalkan huru-hara yang terjadi di kelasnya.

Evi memberenggut kesal, lantas mendelik. "Ish!"

Tiba di toilet, Ninda melempar pelan seragam olahraganya ke samping wastafel. Ditatapnya bayangan wajahnya di cermin, memerhatikan laju napasnya yang sedikit tersendat akibat dari ulah laki-laki playboy itu. Asal kalian tahu, Ninda masih terkejut sampai saat ini, mengingat Regan merangkulnya. Dan yang lebih pelik, saat Regan mengungkapkan perasaannya kepada Ana, darahnya berdesir lebih cepat dari biasanya. Apa jangan-jangan rasa yang dianggap telah musnah dari hatinya, bereinkarnasi dengan wujud yang lebih sempurna dari sebelumnya? Tidak mungkin!

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
U&I - Our World
329      222     1     
Short Story
Pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu indah, manis, dan memuaskan. Kedua. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu menyakitkan, penuh dengan pengorbanan, serta hampa. Ketiga. Bagi sebagian orang, kisah cinta itu adalah suatu khayalan. Lalu. Apa kegunaan sang Penyihir dalam kisah cinta?
PELANGI SETELAH HUJAN
419      293     2     
Short Story
Cinta adalah Perbuatan
Dearest Friend Nirluka
59      54     0     
Mystery
Kasus bullying di masa lalu yang disembunyikan oleh Akademi menyebabkan seorang siswi bernama Nirluka menghilang dari peradaban, menyeret Manik serta Abigail yang kini harus berhadapan dengan seluruh masa lalu Nirluka. Bersama, mereka harus melewati musim panas yang tak berkesudahan di Akademi dengan mengalahkan seluruh sisa-sisa kehidupan milik Nirluka. Menghadapi untaian tanya yang bahkan ol...
Heya! That Stalker Boy
507      299     2     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy
Snow
2449      810     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Pesona Hujan
885      467     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
27th Woman's Syndrome
9661      1807     18     
Romance
Aku sempat ragu untuk menuliskannya, Aku tidak sadar menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Orang ketiga? Aku bahkan tidak tahu aku orang ke berapa di hidupnya. Aku 27 tahun, tapi aku terjebak dalam jiwaku yang 17 tahun. Aku 27 tahun, dan aku tidak sadar waktuku telah lama berlalu Aku 27 tahun, dan aku single... Single? Aku 27 tahun dan aku baru tahu kalau single itu menakutkan
HEARTBURN
328      235     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Nina and The Rivanos
8466      1903     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
The Ruling Class 1.0%
1161      474     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?