Loading...
Logo TinLit
Read Story - SORRY
MENU
About Us  

POV ALUNA

“Gue mau jadi pacar lo!”

Ucapan itu tidak sembarangan kuucapkan pada Kale. Aku sudah siap segala konsekuensinya bila dia menolak. Dan pada dasarnya dia harus menerimaku. Sia-sia dong semalam suntuk memikirkan tindakan gila ini, tapi akhirnya ditolak. Enak saja!

Kale menengok ke kanan dan ke kiri, berjaga-jaga kalau ada yang mendengar suara lantangku. Aku pun melakukan hal serupa dengannya, tapi tatapanku harus kembali fokus ke arahnya karena dia melepaskan cengkramanku. Bagiku ini sudah pertanda dia akan menolakku.

“Maksud lo apa, sih?” tanyanya. “Lo salah makan? Atau lo ngigau ya, Na?” 

Aku mengusap peluh di keningku. Nyatanya cewek lebih dulu mengungkapkan cinta begini, ya. Keringat dingin membasahi telapak tanganku. Semoga jantungku kuat untuk menerima gejolak perasaan ini. 

Kale mengernyit bingung. Karena tidak biasanya cewek berambut pendek ini terdiam seribu bahasa. “Una, are you okay?”

Aku masih enggan bicara. Perasaanku bingung harus melontarkan apa lagi padanya. Ah, aku benci!

Mungkin di mata Kale sekarang aku itu aneh. Ya aneh karena kurang lebih selama lima tahun ini aku tidak pernah berperilaku memalukan seperti ini. Ng..., lalu bagaimana ya dengan persahabatan kami setelah ini? Uhh.

“Lo ke mana aja dua hari ini?” tanyanya lagi.

Kuhela napas. Tidak mungkin kan kalau aku mengatakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Kale. Perang perasaan ini tambh kacau kalau begitu. Belum lagi sikap dua cowok di kelas. Gema dan Javier maksudku. Mereka pun sama sekali tahu kondisiku saat ini.

Senyumku terulas selebar mungkin. “Gue enggak ke mana-mana, kok.”

“Enggak usah bohong deh. Kemarin gue ke rumah lo, tapi rumah lo kosong.”

Mataku membulat. “Eh, kapan?”

“Pulang sekolah.”

“Ih, bolos les lo ya?” Kugoyang-goyangkan telunjuk tangan kananku di depan wajah Kale. “Gue bilangin Tante Kyra, lho!”

Kale menepis tanganku dari hadapannya. “Enggak penting gue mau les atau enggak. Toh, enggak ada yang peduli sama gue.”

“Lho, kok gitu ngomongnya? Gue peduli kok sama lo.”

“Itu beda, Na.” Kale memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seraya bersandar pada tumpukkan kursi di gudang sekolah. “Ah, udahlah. Enggak usah ngurusin gue. Sekarang bilang sama gue, lo kenapa?”

Kuhela napas lagi, dan ikut bersandar ditumpukan kursi. “Gue mau jadi pacar lo, Le.”

“Kalo gue enggak mau?”

Aku berdiri menghadapnya. “Please, Le. Kabulin permintaan gue ini.”

“Kenapa? Kan lo sendiri yang bilang kalo lo pengen bebas. Lo juga tahu kan gue sukanya sama Venya.”

“Iya, gue tahu. Tapi selama belum janur kuning melengkung, gue masih punya peluang buat bikin lo jatuh cinta sama gue, kan?”

Decakan kecil lolos dari mulutnya. “Na, lo sakit ya?” Ditempelkan punggung telapak tangannya ke keningku. “Kok lo jadi aneh gini, sih?”

Aku menggeleng cepat. “Gue enggak sakit. Gue sehat seperti yang lo lihat sekarang. Iya, kan?”

Kale menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya dia yakin ada yang tidak beres denganku. “Enggak,” dia menggeleng, “lo aneh banget, Na.”

Asal tahu saja, debaran jantungku sekarang bekerja dua kali lipat. Dan itu adalah hal yang dipantang oleh dokter kemarin. Mama juga bilang, sih. Tapi bukannya istirahat agar kondisi jantungku pulih, aku malah berbuat kekonyolan seperti ini.

“Le, tolongin gue kali ini aja. Kasih gue kesempatan. Gue janji bakal bikin lo suka sama gue dalam waktu 30 hari.”

“Ngomong lo ngaco. Udah, ah. Gue mau ngambil tas terus cabut. Sumpek gue!”

Tapi baru beberapa langkah Kale menjauh dariku, aku memberanikan diri untuk mengatakan kalimat pernyataan perasaanku. “Gue suka sama lo, Le!” teriakku sambil memegang dadaku yang mulai terasa nyeri. Kedua mataku terpejam rapat. Sementara keringat di keningku terus mengucur. Aku sangat tidak berani melihat bagaimana ekspresi Kale saat aku berteriak tadi.

Terdengar derap langkah sepatu Kale mendekat. “Lihat mata gue, Na,” katanya. 

Aku menggeleng. “Gue takut, Le.”

“Takut kenapa?”

“Ng..., takut lo tolak.” Ya masa aku bilang kalau aku takut mati? Kan tidak mungkin.

Bukannya Kale meresponsku dengan kata-kata, omelan, atau tertawa, dia malah menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Dia mengelus hangat punggungku, membuat tangisanku pecah.

“Eh, kok jadi nangis?” Kale melepaskan dekapannya dan mengangkat daguku. Dihapusnya air mataku. “Gue enggak tahu lo kenapa, Na. Tapi kalo ini yang buat lo tenang, gue akan coba terima tawaran lo.”

Aku sesegukan. “Thanks, Le.”

“Tapi kalo dalam waktu sebulan lo enggak bisa bikin gue jatuh cinta ke lo, kita udahan ya.”

Aku mengangguk seraya mengusap air mata. “Selama 30 hari, lo bebas boleh ngapain aja kok. Termasuk jalan sama Venya. Atau mungkin pacaran sama cewek yang dijodohin sama lo itu.” Yah, itu peraturan yang keluar dari mulutku begitu saja. Yang penting Kale sudah dalam genggamanku.

Kening Kale mengerut mendengar perkataanku. Tetapi sebelum dia berpikir macam-macam, aku segera menambahi, “Tapi inget, ada gue di sini yang butuh lo.”

“Gue enggak tahu apa yang harus gue rasain dan bilang ke lo, Na. Bener-bener enggak ada persiapan sama sekali. Ngebayangin lo jadi cewek gue aja enggak pernah.” Kale menyisipkan anak rambutku ke belakang telinga. 

“Iya gue tahu, kok. Kita cuma sebatas temen, kan? Maaf kalo tiba-tiba gue ngelompatin batas itu.” Aku menghela napas. “Apa pun yang terjadi nanti, kita bakal tetep temenan.”

“Emang sejak kapan lo suka gue?”

“Ng..., kalo itu gue lupa, Le. Yang jelas gue terlanjur baper sama lo.” Aku menarik ujung seragamnya dan menatap sepatu pantofelku. “Sorry.”

Kale tertawa renyah. “Enggak salah lo juga sih, Na, buat suka sama gue.” Dia mengelus kepalaku. “Tapi kasih gue waktu buat gue belajar buat cinta beneran ya ke lo. Lo tahu sendiri kan saingan lo banyak.”

Aku memukul dadanya main-main. “Iya, lo harus kurangin jiwa kebucinan lo ke Venya.”

Kale tertawa lagi. “Siap! Tapi kalo gue enggak bisa, sorry ya.”

“Enggak apa-apa. Gue harus tetep jalanin hidup gue.” Senyumku terulas. “Jadi enggak?” 

“Apa?”

“Cabutnya.”

“Oh, iya.”

Kale hendak berbalik badan, tapi dengan cepat aku meraih lengannya. “Gue ikut!”          

SMA Extraordinary School adalah sekolah bergengsi di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Hanya para siswa yang berduit dengan kemampuan IQ di atas rata-rata yang bisa bersekolah di sini. Jadi tidak bisa sembarang orang bisa masuk ke sekolah ini.

Aku pun demikian. Rela mati-matian belajar untuk bisa masuk ke sekolah lantaran janjiku dengan kedua orang tuaku yang mengharuskan bersekolah di sini. Selain diajarkan oleh para guru lulusan terbaik, juga menjanjikan untuk aku dapat mencapai cita-citaku. Memang sih aku belum terpikirkan ingin menjadi apa sekarang, tapi aku akan melakukan semua hal yang kuinginkan sebaik mungkin.

Adapun yang belum pernah kulakukan adalah bepergian jauh. Jauh dari orang tua, seperti traveling ke daerah selain wilayah Jakarta dan sekitarnya. Mungkin hal ini akan bisa diwujudkan saat Kale menyetujui permintaanku nanti.

“Lo tunggu di pintu besi belakang toilet cewek aja, Na,” kata Kale, membuatku melongo. Karena selama ini aku tidak tahu keberadaan pintu tersebut. “Biar gue yang ngambil tas lo.”

“Emang ada pintu?”

“Ada, kok.” Kale tersenyum miring dan mengelus rambutku. “Welcome to my world, Una.” [] 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

1 4 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (39)
  • fiona.love

    Hahahaa javier pasti lucu deh orangnya ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜š

    Comment on chapter 2. DUNIA KALE
  • fiona.love

    Tibaยฒ nembak dong! ๐Ÿ˜‚

    Comment on chapter 1. MISI 30 HARI
  • fiona.love

    Ada cerita baruuu ๐Ÿ˜

    Comment on chapter BUKU HARIAN UNA (BH 1)
  • athayaaazhf

    Unaaa, semoga happy ending yaaโฃ

    Comment on chapter BUKU HARIAN UNA (BH 2)
  • athayaaazhf

    Kaget tibaยฒ hamil? Siapanya kale ituu? โ˜น

    Comment on chapter 4. OMELAN KANJENG RATU
  • athayaaazhf

    Wkwkk kale diculik buat es duren ini mah ๐Ÿ˜„

    Comment on chapter 3. ES DUREN
  • athayaaazhf

    Ah, aku auto patah hati tau kale dijodohin ๐Ÿ˜ญ

    Comment on chapter 2. DUNIA KALE
  • athayaaazhf

    Huhuu untung aja si kale nerima una. Kalo gak kan nyesek bangettt ๐Ÿ˜ฉ

    Comment on chapter 1. MISI 30 HARI
  • athayaaazhf

    Wah, baru halaman pertama aja udah bikin sedih. Speeclesh aku ๐Ÿฅบ Semangat, Una โค

    Comment on chapter BUKU HARIAN UNA (BH 1)
Similar Tags
A CHANCE
1880      846     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ๐Ÿ“Œ Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
Negeri Tanpa Ayah
14666      2488     1     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Rekal Rara
12592      3675     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. โ–ชโ–ชโ–ช Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Are We Friends?
4025      1217     0     
Inspirational
Dinda hidup dengan tenang tanpa gangguan. Dia berjalan mengikuti ke mana pun arus menyeretnya. Tidak! Lebih tepatnya, dia mengikuti ke mana pun Ryo, sahabat karibnya, membawanya. Namun, ketenangan itu terusik ketika Levi, seseorang yang tidak dia kenal sama sekali hadir dan berkata akan membuat Dinda mengingat Levi sampai ke titik paling kecil. Bukan hanya Levi membuat Dinda bingung, cowok it...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
6700      1968     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Aku Biru dan Kamu Abu
793      470     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Gi
1153      668     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Gantung
780      497     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...
Buku Harian Ayyana
26162      5073     6     
Romance
Di hari pertama masuk sekolah, Ayyana udah di buat kesel sama cowok ketus di angkatannya. Bawaannya, suka pengen murang-maring terus sama cowok itu! Tapi untung aja, kehadiran si kakak ketua OSIS bikin Ayyana betah dan adem tiap kali dibuat kesel. Setelah masa orientasi selesai, kekesalan Ayyana bertambah lagi, saat mengetahui satu rahasia perihal cowok nyebelin itu. Apalagi cowok itu ngintilin...
I'm not the main character afterall!
1339      697     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...