Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gi
MENU
About Us  

Aku terkejut bukan main saat tiba-tiba saja tubuh Gi menimpaku. Susah payah aku memapah tubuhnya yang berat ke bangku panjang yang ada tidak jauh dari jangkauan. Aku menatap tubuhnya yang tidak berdaya itu dengan sebal. Bagaimana tidak? Aku sudah sengaja berhemat uang, tapi hari ini mau tidak mau aku harus mengeluarkan uang secara mubazir karena harus memesan ojek online roda empat.

 

"Pokoknya, kalau kamu sadar, kamu harus bayar ongkos ojek onlinenya! Nggak mau tau," ungkapku dengan kesal kepada Gi yang masih tidak sadarkan diri. 

 

Tidak lama yang ditunggu datang, syukurlah aku tidak harus berlama-lama jadi tontonan orang yang berlalu lalang melewati tempat ini. 

 

"Dengan, Neng Namina, betul?" 

 

"Iya, betul, Pak." 

 

"Mari, silakan, Neng," ucap si bapak tukang ojek. 

 

"Pak, boleh saya minta tolong, angkat cowok ini ke dalam, Pak?" tanyaku yang jujur saja tenagaku sudah habis terkuras karena harus memapah tubuhnya. 

 

"Boleh, Neng, tentu saja," jawab si bapak ojek dengan sopan. Tanpa diminta dua kali, si bapak turun dari dalam mobil yang dikendarai, sementara aku membantu membukakan pintu untuk memasukkan tubuh Gi ke dalam mobil. 

 

"Terima kasih ya, Pak," ungkapku. 

 

"Sama-sama, Neng. Kalau begitu saya langsung antar sampai tempat tujuan ya?" tanya si bapak yang segera aku jawab lewat anggukan kepala. 

 

Saat mobil sedan berwarna hitam itu mulai melaju di jalanan yang cukup padat, aku segera mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Wenda. 

 

Anda: [Dik, Kakak sudah di jalan, pakai ojek online.]

 

Adik: [Loh, kok tumben nggak naik angkot saja, Kak? Bukannya kita harus hemat ya ...?]

 

Nah itu dia masalahnya, kita harus berhemat! Gi sialan, ngapain sih pingsan di depan aku! Mana babak belur gitu lagi? Aku kan nggak tega ninggalinnya! 

 

Anda: [Kakak bawa teman yang sedang sakit, Dik.]

 

Pesanku segera mendapatkan balasan. 

 

Adik: [Kak Babas sakit, Kak?]

 

Duh gimana menjelaskannya, ya? Aku bingung, ini pertama kali aku bawa teman laki-laki ke rumah kontrakan. Selain ke Wenda, aku juga harus minta izin kepada pemilik rumah, kan? Duh, pusing banget deh!

 

Aku memijat kepalaku yang seketika terasa nyut-nyutan. 

 

Anda: [Bukan, Dik. Ini ... teman Kak Nami, teman laki-laki ....]

 

Sekali lagi Wenda tidak membutuhkan waktu lama untuk membalas pesanku. 

 

Adik: [Anjir! Pacar? Sejak kapan Kak Nami punya pacar?😭]

 

"Anjir, si Wenda! Bisa-bisanya dia kepikiran ke sana, sih, Dik!" Segera aku mengetik pesan balasan kepada adikku.

 

Anda: [BUKAN!]

 

Terkejut aku dengan jawaban pesan dari adikku. 

 

Anda: [Dia teman di sekolah.] 

 

[Kasihan ... dia miskin, sebatang kara gitu ....] 

 

Aku saat mengarang indah alasan untuk Wenda. Adikku yang kini jadi satu-satunya keluargaku itu adalah tipe orang yang mudah tersentuh, mudah menitikkan air mata--bahkan untuk hal-hal remeh--aku sering melihat Wenda beberapa kali menangis hanya karena adegan sebuah film kartun seperti Upin Ipin dan Doraemon. 

 

Adik: [Kasihan dia, Kak.]

 

[Jadi, sekarang Kak Nami sedang antar dia pulang?]

 

Anda: [Dia kan sedang sakit, Dik. Jadi, kakak nggak tega kalau dia di rumah kontrakannya sendirian.] 

 

Sekali lagi aku mengarang indah. Bisa-bisa aku jadi novelis nih, kalau gini caranya! 

 

Adik: [Oh, iya, aku lupa!]

 

[Jadi, dia, Kakak ikut pulang ke rumah kontrakan kita?]

 

Aku menelan salivaku, entah kenapa dadaku tiba-tiba saja berdebar kencang tidak karuan. Keringat dingin bahkan muncul di permukaan kulitku. Hal-hal menyebalkan bermunculan dalam benakku.

 

"Tenang, Nami ... tenang! Aku bukan orang jahat, kok," aku berucap kepada diriku seraya mengurut dadaku perlahan. 

 

Anda: [Menurut kamu gimana, Dik?]

 

Adik: [Yasudah nggak apa-apa, Kak. Kasian dia kalau ditinggal sendiri di rumah kontrakannya, kalau sampai ditemukan mati karena nggak ada yang urus gimana, coba, Kak?]

 

Hah? Kok Wenda sampai kepikiran ke sana sih? Ampun deh nih bocah? 

 

Aku menepuk jidatku sambil lalu. Menatap Gi yang berada di jok belakang. Entah kenapa aku merasa kasihan padanya. Tapi di sisi lain aku tidak tahu harus mengantarnya kemana? 

 

Sudahlah. Toh ini aku sedang berbuat baik, kok. Nanti aku tinggal cari alasan untuk ibu pemilik rumah kontrakan, agar Gi bisa tinggal di rumah sampai dia sadar. Setelah itu aku akan langsung mengusirnya. 

 

"Neng, maaf, ketawanya serem, Neng," celetuk bapak tukang ojek yang berada tepat di sampingku. 

 

Aku segera membungkam mulutku, menghentikan tawaku yang melengking. Banyak orang bilang tawaku mirip Mbak Kunkun, termasuk si bapak supir ini. "Maaf, Pak," ucapku. 

 

Perhatianku teralihkan saat ponsel miliku berbunyi tanda pesan masuk, dari Wenda. 

 

Adik: [Nggak apa-apa kok, Kak. Lagian kan kita berniat baik, mau nolong orang. Nanti kita tinggal bilang aja dia saudara kita, ke Ibu Neneng.] 

 

Senyumku muncul membaca pesan jawaban dari Wenda. Aku senang karena dia sepemikiran denganku. 

 

Anda: [Terima kasih, adikku, Sayang ❤️.] 

 

Segera aku menelepon Bu Neneng, pemilik rumah kontrakan. Aku memberinya kabar sekaligus meminta izinnya kalau hari ini saudara laki-lakiku menginap. Syukurlah Bu Neneng memberikan izin. Beres sudah perkara izin. 

 

Mobil sedan yang aku pesan berhenti di SMP tempat Wenda sudah menunggu. Dia memilih duduk di jok depan, sementara aku duduk bersebelahan dengan Gi. 

 

Selama perjalanan itu, Wenda tidak banyak bicara. Dia sibuk membaca komik Detektif Conan. Tidak lama, setelah meliuk-liuk di jalanan yang cukup padat, mobil kembali berhenti di rumah kontrakan kami. Aku membayar jasa ojek tidak lupa juga aku mengucapkan terima kasih karena sudah merepotkan bapak ojeknya, membantuku memapah Gi sampai ke ruang depan. 

 

"Kak, teman Kakak kenapa, kok wajahnya buru-buru, bonyok gitu?" tanya Wenda. 

 

Aku mengangkat bahuku sambil lalu. "Mandi sana, Dik. Kakak mau buatkan makanan dulu." 

 

Wenda mengacungkan kedua ibu jarinya. 

 

Tidak lama, setelah aku selesai masak nasi goreng petai, segera aku menuju kamar mandi membersihkan diri. Aku tidak tahu sejak kapan Gi siuman, aku cukup terkejut saat mendapatinya sudah berada di meja makan bersama Wenda menikmati nasi goreng petai buatanku. 

 

"Kamu yang masak?" tanya dia setelah menyelesaikan suapan terakhirnya. 

 

"Iya, kenapa?" 

 

"Enak," ucap Gi, sembari menyimpan piring yang bersih tanpa sisa. 

 

"Tentu saja enak. Eh, tapi itu nggak gratis loh, ya!" 

 

"Tenang, nanti aku bayar, kamu itung saja semua biaya hidup aku selama aku tinggal di sini," ucapnya dengan wajah sombong yang menyebalkan. 

 

"Makanku sudah selesai, aku ke kamar dulu ya, Kak." Suara Wenda menginterupsi ketegangan yang tercipta di antara aku dan Gi. 

 

"Iya, Sayang! Jangan lupa kerjakan PR kamu ya, Dik," cicitku saat Wenda melenggang menjauh menuju kamarnya. 

 

"Iya, Kak!" seru Wenda setelah beberapa langkah. 

 

"Kamu nggak bisa tinggal di sini lama-lama, aku nggak nyaman kalau ada cowok di sini, risih!" ungkapku. 

 

"Tadi, aku lihat masih ada kamar kosong di belakang. Daripada jadi gudang, lebih baik difungsikan jadi kamar tamu, aku akan bayar sesuai uang sewa yang kamu keluarkan. Gimana, Sepakat?" 

 

Jujur saja, tawaran Gi membuatku nyaris menitikkan air liur. Biar bagaimanapun aku butuh uang. 

 

🍀

 

 

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Mr.Cool I Love You
135      119     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Konspirasi Asa
2814      976     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
KataKu Dalam Hati Season 1
5802      1535     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
Under a Falling Star
1050      614     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
Love Al Nerd || hiatus
137      108     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
Sweet Equivalent [18+]
4788      1230     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
Let's See!!
2283      968     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Jelita's Brownies
4243      1615     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Aku Biru dan Kamu Abu
800      474     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
KEPINGAN KATA
506      323     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!