Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dapit Bacem and the Untold Story of MU
MENU
About Us  

Ada waktu dua hari menjelang grand final. Tim Marunda United melakukan latihan ringan di lapangan Marunda bersama Bang Toyib. Coach Pieters tak bisa setiap hari keluar panti. Namun dia janji akan mendampingi Marunda United saat grand final nanti. Lawan yang bakal dihadapi Marunda United adalah juara pool B, yaitu tim sepak bola dari sebuah Internasional School di Jakarta Pusat. Pemainnya adalah murid-murid high school dari berbagai negara, yang bersekolah di Jakarta.

Sehari menjelang grand final, David dan rekan-rekannya latihan lagi di lapangan Marunda. Saat itu David melihat ada seorang pria yang mengamati latihan timnya, dari warung bakso dekat lapangan. Usai latihan, semua pulang, termasuk Bang Toyib. David melihat orang itu naik motor membuntuti angkot yang membawanya pulang bareng Udin ke rumah kontrakan. Saat David keluar rumah lagi, untuk mandi di kamar mandi umum, dia melihat orang itu seperti sedang mengawasi rumahnya dari seberang jalan.

“Siapa tuh? Jangan-jangan … anak buahnya Arnold Zegar Zeger?” pikir David dengan hati was-was. Beres mandi dan berpakaian, David segera ke masjid untuk ikut shalat maghrib berjamaah.

Pulang dari masjid, David melihat orang itu masih mengawasi rumahnya. David merasa harus ambil tindakan, karena dia tidak suka dikuntit seperti itu. Segera dia berlari menghampiri orang itu.

“Ada apa nih Pak? Kayaknya dari tadi Bapak ngelihat ke rumah saya?”

Orang itu tersenyum. “Kamu David Bastion, kapten Marunda United? Memang saya rencana mau ke rumah kamu, setelah kamu pulang dari mesjid. Tapi kamu yang datang duluan ke saya. Kenalkan, nama saya Jayus. Panggil aja Bang Jayus.” Orang itu mengajak bersalaman. “Bisa kita ngobrol sebentar, David?”

“Ngobrol masalah apa?”

David mengira Bang Jayus adalah wartawan tabloid olah raga. Segera saja benaknya merancang-rancang jawaban apa yang bakal dia sampaikan, jika ditanya tentang perannya di tim Marunda United. Kayaknya sih, gue bakal difoto juga nih. Jadi kalau besok lusa ada berita tentang Marunda United di tabloid olah raga, bakal ada foto gue. Tapi gue kudu ganti baju. David memandang kaos oblong dan sarung yang dipakainya, sudah butut. Dia memikirkan koleksi pakaiannya yang pantas dikenakan saat difoto buat tabloid. Kayaknya mending gue pake baju bola aja, bajunya tim Persija ….

“David, kita makan bakso dulu yuk? Abang traktir makan bakso di warung itu.” Bang Jayus menuding warung bakso dekat rumah kontrakan David.

“Dalam rangka apa nih Bang?” tanya David.

“Dalam rangka kita kenalan. Masak sih, sekadar ditraktir bakso, kamu nggak mau? Abang mah kagak ada maksud apa-apa, tulus pengin nraktir. Atau kamu pengin makanan yang lain? Mau sate? Atau pecel lele? Bebek goreng?”

“Oke Bang, saya makan bakso saja.”

Mereka berdua masuk ke warung bakso, duduk bersebelahan. Setelah masing-masing menghadapi semangkok bakso dan sebotol teh dingin, obrolan dimulai lagi.

Bang Jayus bicara pelan, “Begini David, besok kalian bakal bertanding dengan tim dari International School. Nah, ada beberapa orang tua yang ingin ikut nonton.”

“Oh iya, Bang, grand final itu pada hari Minggu, jadi diusahakan banget ortu-ortu kita bakal nonton.” jawab David, “Pak Haji Kodier, yang punya kontrakan di situ, juga bakal nonton. Beliau itu kan, pendiri Marunda United. Kalau ibu saya sih, kagak nonton, karena mau jualan. Tapi gak apa-apa. Saya tetap semangat.”

“David, yang abang maksud itu bukan orang tua kalian, tapi orang tua dari tim lawan kalian. Mereka itu … banyak dari kalangan elite.”

“Siapa yang elite?”

“Orang tua dari tim International School, calon lawan kalian. Orang tua mereka banyak yang berkedudukan tinggi.”

“Berkedudukan tinggi? Maksudnya … pejabat, gitu?”

“David, yang sekolah di International School itu adalah anak-anak orang kaya, dan orang penting, dari dalam dan luar negeri. To the point aja, orang tua mereka ingin anaknya menang dalam grand final besok.”

“Ya sama dong, orang tua kita juga pengin Marunda menang.”

“Bisa nggak, kamu mengalah untuk lawanmu?”

“Mengalah? Ya kagak mau lah Bang! Kalau kalah, entar saya kagak dapat hadiah ikutan coaching clinic. Padahal udah capek-capek main bola. Ditambah tekanan batin, gara-gara gambar serabi oncom di kaos tim kita. Pokoknya, tim Marunda United itu sudah berkorban lahir batin, masak kudu mengalah?!”

 “David, bakal ada imbalan yang besar untuk kalian semua, kalau kalian mau mengalah. Berapa orang tim Marunda? Duapuluh orang? Nah, kalau kamu menang, memangnya berapa duit yang bakal kamu dapat dari panitia turnamen? Nggak seberapa! Kalau kalian mau mengalah, abang bakal ngasih duit gede! Dua kali lipat dari hadiah uang yang bakal dikasih sama panitia.”

David terhenyak. “Abang mau menyuap saya?”

“Jangan dibilang menyuap dong, anggap aja kita ini saling memberi. Kamu dan tim kamu, memberi kemenangan kepada tim International School. Nanti bakal ada imbalan buat kalian semua. Tim kamu bakal dapat duit yang lebih gede ketimbang duit hadiah turnamen itu. Kalian bisa beli baju, sepatu, ransel buat sekolah, bahkan mungkin hape baru. Mungkin ada juga yang pengin mentraktir pacarnya nonton bioskop dan shopping ke mal. Nah, gimana tuh tawaran abang?”

“Bang, bukannya duit suap itu haram?”

“Ini bukan suap, ini adalah sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan. Pikirkanlah David. Bicarakanlah dengan teman-teman kamu. Abang sudah memperhatikan kamu sejak tadi sore di lapangan bola. Kamu itu punya pengaruh kuat terhadap rekan-rekanmu. Kalau kamu minta mereka untuk mengalah pada pertandingan besok, mereka pasti nurut sama kamu.”

David menyedot teh dingin. Baksonya sudah habis.

Bang Jayus bicara lagi, “Pikirkanlah David, kalian akan dapat uang dalam jumlah besar! Banyak yang bisa kalian perbuat dengan uang itu.” Lantas mereka saling bertukar nomor ponsel. Akhirnya Bang Jayus pamit setelah membayar bakso.

David kembali ke mesjid untuk shalat isya berjamaah. Kemudian dia pulang ke rumahnya sembari terus memikirkan tawaran itu. Diingat-ingatnya lagi, kenapa dirinya ikut turnamen itu? Apakah karena dirinya punya ambisi untuk jadi pemain sepak bola professional?

David memang sering main bola sejak kecil. Main bola itu dia lakukan semata karena tak punya mainan lain. Semua mainan yang dibelikan papinya, ditinggal di rumah yang dulu. Karena mamihnya mengajak pergi dengan tergesa-gesa dan seringkas mungkin barang yang dibawa. David main bola, karena hampir semua anak laki-laki di lingkungan tempat tinggalnya gemar main sepak bola. Jika mau gaul dengan mereka, ya tentu saja harus ikutan main bola. Itulah sebabnya dia main bola.

Lantas apa motivasi awalnya ikut turnamen sepak bola? Dirinya hanya mau hadiah uang. Dan uang hadiah itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan buat mamihnya. Supaya mamih bisa beli baju baru, selop, dan tas, buat kondangan.

Malam itu seperti biasa, Udin datang buat numpang nonton TV dan tidur. Udin mengajak bicara soal grand final besok, dia berharap ada pemandu bakat dari timnas junior yang menyaksikan. Harapannya, pemandu bakat itu bakal mengajaknya ikut seleksi pembentukan timnas junior U-19.

“Andai suatu saat nama gue tercantum di Timnas Indonesia, gue bakal bilang sama wartawan, bahwa gue, Udin Djeko, adalah anak asli Marunda.” ujar Udin.

Saat Udin sudah ngorok, David masih memikirkan semuanya, tentang tawaran uang dari Bang Jayus, tentang dirinya sendiri, mamihnya, dan rekan-rekannya.

Keesokan paginya, seperti biasa David membantu mamihnya. Beres mengantar gorengan ke warung-warung, David pamitan pada mamihnya, mau bertanding sepak bola. Dia sudah bawa ransel berisi kaos tim, dan perlengkapan lain. Dia segera menuju lapangan di dekat pasar Marunda untuk latihan fisik. Mereka akan berangkat bersama ke stadion sekitar dua jam lagi.

Ponselnya berdering, dari Bang Jayus. “David, sudah bicara dengan rekan-rekan kamu? Gimana tanggapan mereka? Mau kan?”

“Saya belum ngomong Bang.”

“Ayo dong David, bicarakan pada mereka. Sekali ini saja, kalian mengalah pada tim lawan. Nanti kalau ada turnamen lagi, kalian bisa menang.”

“Ehmmm …. Susah ngomongnya Bang.”

“Begini saja David, abang mau ke Marunda, sekarang masih di jalan. Kamu bicarakan dulu dengan semua teman kamu. Terutama para striker, bilang jangan bikin gol. Kiper juga diminta kerelaannya, jangan menangkap bola yang datang ke gawang, biarkan saja gitu. Kasih lawanmu dua gol saja.”

“Gimana kalau pelatih saya tahu soal ini?”

“Pelatih nggak perlu tau. Nanti kalau abang sudah sampai di Marunda, abang harap kamu sudah ngomong sama teman-teman kamu. Tawaran Abang naikkan, kalian akan dapat tiga kali lipat dari uang hadiah juara, kalau kalian mau mengalah. Nah, kamu hitung deh, masing-masing orang di tim kamu bisa dapat gede kan?"

"Begitu ya, Bang?"

"Nanti abang kasih kamu separo uangnya, bisa langsung kamu bagikan. Yang separo lagi, akan abang kasih setelah selesai pertandingan, dan tim lawan yang menang. Gimana David?”

“Bang, memang penting banget ya, tim lawan kudu menang?”

“Kan abang udah bilang, bapak-bapak mereka itu pengin melihat anaknya menang, jadi juara, jadi number one. Kalau kalian mau mengalah, kalian bakal dapat duit banyak. Oke kan? Sudah dulu, sebentar lagi abang sampai di Marunda.”

Percakapan selesai.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
923      481     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
A CHANCE
1925      857     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" πŸ“ŒπŸ“ŒπŸ“Œ Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
Segitiga Bermuda
6657      1822     1     
Romance
Orang-orang bilang tahta tertinggi sakit hati dalam sebuah hubungan adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Jika mengalaminya dengan teman sendiri maka dikenal dengan istilah Friendzone. Namun, Kinan tidak relate dengan hal itu. Karena yang dia alami saat ini adalah hubungan Kakak-Adik Zone. Kinan mencintai Sultan, Kakak angkatnya sendiri. Parah sekali bukan? Awalnya semua berjalan norm...
Cinta Semi
2457      1011     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Kani's World
1819      793     0     
Inspirational
Perjalanan cinta dan impian seorang perempuan dari desa yang bernama Kani. Seperti halnya kebanyakan orang alami, jatuh bangun dihadapinya. Saat kisah asmaranya harus teredam, Kani dituntut melanjutkan mimpi yang sempat diabaikannya. Akankah takdir baik menghampirinya? Entah cita-cita atau cinta.
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
140      108     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
LUKA TANPA ASA
8988      2212     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
Hello, Kapten!
1480      739     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Pacarku Arwah Gentayangan
5889      1751     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Love Al Nerd || hiatus
137      108     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta