Read More >>"> Dapit Bacem and the Untold Story of MU (chapter 24. Uang Suap) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dapit Bacem and the Untold Story of MU
MENU
About Us  

Ada waktu dua hari menjelang grand final. Tim Marunda United melakukan latihan ringan di lapangan Marunda bersama Bang Toyib. Coach Pieters tak bisa setiap hari keluar panti. Namun dia janji akan mendampingi Marunda United saat grand final nanti. Lawan yang bakal dihadapi Marunda United adalah juara pool B, yaitu tim sepak bola dari sebuah Internasional School di Jakarta Pusat. Pemainnya adalah murid-murid high school dari berbagai negara, yang bersekolah di Jakarta.

Sehari menjelang grand final, David dan rekan-rekannya latihan lagi di lapangan Marunda. Saat itu David melihat ada seorang pria yang mengamati latihan timnya, dari warung bakso dekat lapangan. Usai latihan, semua pulang, termasuk Bang Toyib. David melihat orang itu naik motor membuntuti angkot yang membawanya pulang bareng Udin ke rumah kontrakan. Saat David keluar rumah lagi, untuk mandi di kamar mandi umum, dia melihat orang itu seperti sedang mengawasi rumahnya dari seberang jalan.

“Siapa tuh? Jangan-jangan … anak buahnya Arnold Zegar Zeger?” pikir David dengan hati was-was. Beres mandi dan berpakaian, David segera ke masjid untuk ikut shalat maghrib berjamaah.

Pulang dari masjid, David melihat orang itu masih mengawasi rumahnya. David merasa harus ambil tindakan, karena dia tidak suka dikuntit seperti itu. Segera dia berlari menghampiri orang itu.

“Ada apa nih Pak? Kayaknya dari tadi Bapak ngelihat ke rumah saya?”

Orang itu tersenyum. “Kamu David Bastion, kapten Marunda United? Memang saya rencana mau ke rumah kamu, setelah kamu pulang dari mesjid. Tapi kamu yang datang duluan ke saya. Kenalkan, nama saya Jayus. Panggil aja Bang Jayus.” Orang itu mengajak bersalaman. “Bisa kita ngobrol sebentar, David?”

“Ngobrol masalah apa?”

David mengira Bang Jayus adalah wartawan tabloid olah raga. Segera saja benaknya merancang-rancang jawaban apa yang bakal dia sampaikan, jika ditanya tentang perannya di tim Marunda United. Kayaknya sih, gue bakal difoto juga nih. Jadi kalau besok lusa ada berita tentang Marunda United di tabloid olah raga, bakal ada foto gue. Tapi gue kudu ganti baju. David memandang kaos oblong dan sarung yang dipakainya, sudah butut. Dia memikirkan koleksi pakaiannya yang pantas dikenakan saat difoto buat tabloid. Kayaknya mending gue pake baju bola aja, bajunya tim Persija ….

“David, kita makan bakso dulu yuk? Abang traktir makan bakso di warung itu.” Bang Jayus menuding warung bakso dekat rumah kontrakan David.

“Dalam rangka apa nih Bang?” tanya David.

“Dalam rangka kita kenalan. Masak sih, sekadar ditraktir bakso, kamu nggak mau? Abang mah kagak ada maksud apa-apa, tulus pengin nraktir. Atau kamu pengin makanan yang lain? Mau sate? Atau pecel lele? Bebek goreng?”

“Oke Bang, saya makan bakso saja.”

Mereka berdua masuk ke warung bakso, duduk bersebelahan. Setelah masing-masing menghadapi semangkok bakso dan sebotol teh dingin, obrolan dimulai lagi.

Bang Jayus bicara pelan, “Begini David, besok kalian bakal bertanding dengan tim dari International School. Nah, ada beberapa orang tua yang ingin ikut nonton.”

“Oh iya, Bang, grand final itu pada hari Minggu, jadi diusahakan banget ortu-ortu kita bakal nonton.” jawab David, “Pak Haji Kodier, yang punya kontrakan di situ, juga bakal nonton. Beliau itu kan, pendiri Marunda United. Kalau ibu saya sih, kagak nonton, karena mau jualan. Tapi gak apa-apa. Saya tetap semangat.”

“David, yang abang maksud itu bukan orang tua kalian, tapi orang tua dari tim lawan kalian. Mereka itu … banyak dari kalangan elite.”

“Siapa yang elite?”

“Orang tua dari tim International School, calon lawan kalian. Orang tua mereka banyak yang berkedudukan tinggi.”

“Berkedudukan tinggi? Maksudnya … pejabat, gitu?”

“David, yang sekolah di International School itu adalah anak-anak orang kaya, dan orang penting, dari dalam dan luar negeri. To the point aja, orang tua mereka ingin anaknya menang dalam grand final besok.”

“Ya sama dong, orang tua kita juga pengin Marunda menang.”

“Bisa nggak, kamu mengalah untuk lawanmu?”

“Mengalah? Ya kagak mau lah Bang! Kalau kalah, entar saya kagak dapat hadiah ikutan coaching clinic. Padahal udah capek-capek main bola. Ditambah tekanan batin, gara-gara gambar serabi oncom di kaos tim kita. Pokoknya, tim Marunda United itu sudah berkorban lahir batin, masak kudu mengalah?!”

 “David, bakal ada imbalan yang besar untuk kalian semua, kalau kalian mau mengalah. Berapa orang tim Marunda? Duapuluh orang? Nah, kalau kamu menang, memangnya berapa duit yang bakal kamu dapat dari panitia turnamen? Nggak seberapa! Kalau kalian mau mengalah, abang bakal ngasih duit gede! Dua kali lipat dari hadiah uang yang bakal dikasih sama panitia.”

David terhenyak. “Abang mau menyuap saya?”

“Jangan dibilang menyuap dong, anggap aja kita ini saling memberi. Kamu dan tim kamu, memberi kemenangan kepada tim International School. Nanti bakal ada imbalan buat kalian semua. Tim kamu bakal dapat duit yang lebih gede ketimbang duit hadiah turnamen itu. Kalian bisa beli baju, sepatu, ransel buat sekolah, bahkan mungkin hape baru. Mungkin ada juga yang pengin mentraktir pacarnya nonton bioskop dan shopping ke mal. Nah, gimana tuh tawaran abang?”

“Bang, bukannya duit suap itu haram?”

“Ini bukan suap, ini adalah sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan. Pikirkanlah David. Bicarakanlah dengan teman-teman kamu. Abang sudah memperhatikan kamu sejak tadi sore di lapangan bola. Kamu itu punya pengaruh kuat terhadap rekan-rekanmu. Kalau kamu minta mereka untuk mengalah pada pertandingan besok, mereka pasti nurut sama kamu.”

David menyedot teh dingin. Baksonya sudah habis.

Bang Jayus bicara lagi, “Pikirkanlah David, kalian akan dapat uang dalam jumlah besar! Banyak yang bisa kalian perbuat dengan uang itu.” Lantas mereka saling bertukar nomor ponsel. Akhirnya Bang Jayus pamit setelah membayar bakso.

David kembali ke mesjid untuk shalat isya berjamaah. Kemudian dia pulang ke rumahnya sembari terus memikirkan tawaran itu. Diingat-ingatnya lagi, kenapa dirinya ikut turnamen itu? Apakah karena dirinya punya ambisi untuk jadi pemain sepak bola professional?

David memang sering main bola sejak kecil. Main bola itu dia lakukan semata karena tak punya mainan lain. Semua mainan yang dibelikan papinya, ditinggal di rumah yang dulu. Karena mamihnya mengajak pergi dengan tergesa-gesa dan seringkas mungkin barang yang dibawa. David main bola, karena hampir semua anak laki-laki di lingkungan tempat tinggalnya gemar main sepak bola. Jika mau gaul dengan mereka, ya tentu saja harus ikutan main bola. Itulah sebabnya dia main bola.

Lantas apa motivasi awalnya ikut turnamen sepak bola? Dirinya hanya mau hadiah uang. Dan uang hadiah itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan buat mamihnya. Supaya mamih bisa beli baju baru, selop, dan tas, buat kondangan.

Malam itu seperti biasa, Udin datang buat numpang nonton TV dan tidur. Udin mengajak bicara soal grand final besok, dia berharap ada pemandu bakat dari timnas junior yang menyaksikan. Harapannya, pemandu bakat itu bakal mengajaknya ikut seleksi pembentukan timnas junior U-19.

“Andai suatu saat nama gue tercantum di Timnas Indonesia, gue bakal bilang sama wartawan, bahwa gue, Udin Djeko, adalah anak asli Marunda.” ujar Udin.

Saat Udin sudah ngorok, David masih memikirkan semuanya, tentang tawaran uang dari Bang Jayus, tentang dirinya sendiri, mamihnya, dan rekan-rekannya.

Keesokan paginya, seperti biasa David membantu mamihnya. Beres mengantar gorengan ke warung-warung, David pamitan pada mamihnya, mau bertanding sepak bola. Dia sudah bawa ransel berisi kaos tim, dan perlengkapan lain. Dia segera menuju lapangan di dekat pasar Marunda untuk latihan fisik. Mereka akan berangkat bersama ke stadion sekitar dua jam lagi.

Ponselnya berdering, dari Bang Jayus. “David, sudah bicara dengan rekan-rekan kamu? Gimana tanggapan mereka? Mau kan?”

“Saya belum ngomong Bang.”

“Ayo dong David, bicarakan pada mereka. Sekali ini saja, kalian mengalah pada tim lawan. Nanti kalau ada turnamen lagi, kalian bisa menang.”

“Ehmmm …. Susah ngomongnya Bang.”

“Begini saja David, abang mau ke Marunda, sekarang masih di jalan. Kamu bicarakan dulu dengan semua teman kamu. Terutama para striker, bilang jangan bikin gol. Kiper juga diminta kerelaannya, jangan menangkap bola yang datang ke gawang, biarkan saja gitu. Kasih lawanmu dua gol saja.”

“Gimana kalau pelatih saya tahu soal ini?”

“Pelatih nggak perlu tau. Nanti kalau abang sudah sampai di Marunda, abang harap kamu sudah ngomong sama teman-teman kamu. Tawaran Abang naikkan, kalian akan dapat tiga kali lipat dari uang hadiah juara, kalau kalian mau mengalah. Nah, kamu hitung deh, masing-masing orang di tim kamu bisa dapat gede kan?"

"Begitu ya, Bang?"

"Nanti abang kasih kamu separo uangnya, bisa langsung kamu bagikan. Yang separo lagi, akan abang kasih setelah selesai pertandingan, dan tim lawan yang menang. Gimana David?”

“Bang, memang penting banget ya, tim lawan kudu menang?”

“Kan abang udah bilang, bapak-bapak mereka itu pengin melihat anaknya menang, jadi juara, jadi number one. Kalau kalian mau mengalah, kalian bakal dapat duit banyak. Oke kan? Sudah dulu, sebentar lagi abang sampai di Marunda.”

Percakapan selesai.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seiko
359      258     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
Jelita's Brownies
2902      1246     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
SORRY
14387      2699     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Call Kinna
3895      1564     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
Allura dan Dua Mantan
2954      944     1     
Romance
Kinari Allura, penulis serta pengusaha kafe. Di balik kesuksesan kariernya, dia selalu apes di dunia percintaan. Dua gagal. Namun, semua berubah sejak kehadiran Ayden Renaldy. Dia jatuh cinta lagi. Kali ini dia yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Ayden. Sayangnya, Ayden ternyata banyak utang di pinjol. Hubungan Allura dan Ayden ditentang abis-abisan oleh Adrish Alamar serta Taqi Alfarezi -du...
Negeri Tanpa Ayah
8608      1925     0     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
RUMIT
4124      1399     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Aku Benci Hujan
4930      1397     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Hujan Paling Jujur di Matamu
5403      1482     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...