Loading...
Logo TinLit
Read Story - Campus Love Story
MENU
About Us  

Perkara boneka Henan yang hilang tiba-tiba tentu saja tak terlupakan di otaknya. Dia bahkan masih berusaha sekeras mungkin untuk mencari boneka itu sampai dapat. Bahkan mengharuskan dirinya yang kemarin datang ke mal dan memutarinya satu gedung penuh. Singgah ke toilet tempat dirinya gunakan hari itu. Namun, sayang seribu sayang yang Henan dapat hanya sebuah kelelahan. Penyesalannya bahkan lebih membesar perkara bukan hanya benda yang hilang, melainkan juga uangnya yang melayang.

Sekarang Henan tidak tahu, tinggal memilih menyerah atau pasrah. Sialnya, dia tidak bisa memilih di antara keduanya karena memang dua hal itu mewakilinya sekarang. Dia masih galau perkara boneka Shin-channya.

"Lo perkara boneka Shin-chan saja pakai digalauin, Hen," sahut Nanda. Anak ini sudah hampir setiap saat menemaninya. Bahkan sudah sangat hapal bagaimana modelan Henan yang galau perkara boneka Shin-chan.

"Nanti gue belikan, deh. Galau terus, padahal cuman benda mati," ujarnya lagi.

Pasalnya Nanda sudah sangat bosan dengan gerutu Henan yang beralasan sama. Buatnya geleng-geleng kepala karena maniak anak ini sudah terlalu mendarah daging. Henan sendiri yang tengah menaruh kepalanya di atas meja hanya bisa menghembus napas beratnya setiap menit.

Keduanya berada di kantin Fakultas Kedokteran; fakultas Nanda. Bukan tujuan untuk makan, Henan yang kebetulan sudah selesai dengan kelasnya hari ini berniat untuk menemui teman calon dokternya itu. Dan kebetulan Nanda tengah duduk manis di kantin fakultas berhadapan dengan laptop dan kertas-kertas yang bertumpuk. Awalnya dia mencari Jeon, kembarannya. Tapi katanya anak itu masih ada kelas yang sampai mengharuskan dirinya pulang hingga menjelang petang.

Nanda sudah pusing dengan tugasnya malah ditambah dengan gerutu bercampur curhat Henan perihal bonekanya. Dia berpikir anak ini tidak ada habis-habisnya hanya terus memikirkan benda itu. Padahal dia tahu tugas Henan lebih banyak yang perlu dipikirkan tapi anak itu malah nampak bodoh amat dengan semuanya.

"Mending lo pikir soal tugas lo deh, Hen. Lo sendiri yang menggerutu banyak tugas karena gak lo kerjakan," tegur Nanda lagi. Tapi lagi, jangankan mengangkat kepala dan menjawab, Henan hanya memberi Nanda sebuah dehaman ringan tak minat.

Nanda sudah pasrah, memijit pangkal hidungnya sebelum mengambil atensinya kepada Henan. Masih dengan posisi yang sama, mengantarkan Nanda untuk mengambil tindakan dengan memberi pukulan kecil pada kepala anak itu.

"Akh! Nanda! Sakit bodoh!" dengkusnya.

"Marah lo? Gerutunya jangan sama gue, sama tembok saja sana. Dikasih tahu tapi gak mau mendengar, yaudah," balas Nanda.

Henan cemberut sembari mengelus puncuk kepalanya sementara Nanda kembali dengan kegiatannya. Beralih menopang dagu dengan tangan kiri dan menatap Nanda lama. Membuat anak yang ditatapnya sesekali membalas dengan raut wajah yang heran.

"Kenapa lagi lo?"

"Jurusan dokter susah gak, Nan?"

Nanda berhenti sejenak untuk menatap Henan. Dengan alis berkedut dia melontarkan pertanyaan, "Hilangnya Shin-chan gak bikin lo gila, kan, Hen?" Tapi Henan malah berdecak singkat dan mengubah duduknya menjadi tegak.

"Gue pusing, Nan. Itu boneka kenapa bisa hilang, coba? Kalau benaran memang gue lupa bawa, setidaknya pasti ada orang yang lihat gue dan simpan bonekanya," jawab Henan di akhiri napas menyerah.

"Tadi bahas jurusan gue, sekarang balik lagi bahas boneka lo. Memang gak jelas lo, Hen," cibir Nanda dan kembali bekerja. Terlalu membuang waktu jika dia terus membalas celoteh anak itu.

Henan cuman bisa membuang kepalanya ke belakang. Memikirkan bagaimana bisa boneka Shin-chan yang hilang ternyata bisa membuatnya sakit kepala, tidak seperti saat dirinya memikirkan tugas.

Saat posisi kepala yang berada di belakang, matanya tanpa sengaja menangkap sosok gadis yang sangat familier. Dengan cepat dirinya lantas memperbaiki posisi duduknya dan menghadap ke belakang. Hanya untuk memperjelas kalau yang dilihatnya memang benar sesuai persepsinya.

"Cewek makan bubur pakai gula, tuh," ucapnya. Sayangnya, Nanda tidak begitu tertarik dengan urusan anak itu hingga memilih mengerjakan tugasnya dengan fokus. "Ngapain dia kemari?"

Henan mengambil posisi berdiri dan mengangkat sebelah tangannya. "WOI! LO CEWEK ANEH!!" teriaknya. Mengundang perhatian penghuni kantin seketika, bahkan pada gadis yang dipanggilnya.

"Gin, cowok kemarin, tuh. Samper gak?" tanya Sela.

"Dih? Ogah banget," tolak Gina. Dia sempat menoleh dan mendapati Henan yang senantiasa melambaikan tangannya namun memilih untuk tidak peduli dan membuang pandangannya.

Henan mendengkus yang beralih berkacak pinggang. "Sok buang muka itu anak," gumamnya. "WOI!! CEWE YANG PUNYA MOTOR-SCOOPY BIRU LAUT!! KALAU DIPANGGIL ITU MENYAHUT!!" teriaknya lagi.

Nanda di tempatnya cuman bisa geleng kepala dengan kelakuan Henan. Sedangkan Gina sekarang sudah mengumpat dalam hati. Henan membuatnya malu seketika, mana orang-orang kantin peka dan langsung melihatnya.

"Yaudah, sih, samper saja. Daripada lo kena teriak mulu sama dia," kata Sela.

"Bodoh, lah, Sel. Gak usah perdulikan dia. Naik darah gue lihatnya."

"Tapi kalau gak lo jawab dia bakal teriak terus. Tuh, orang lain sudah mulai pada liat lo sekarang."

Gina mendengkus kasar. Ada saja harinya selalu membuat kesal. Apalagi penyebab utamanya adalah Henan. Anak yang sok akrab dengannya sejak insiden makan bubur. Sampai sekarang dia masih kesal dengan kejadian itu.

Sela dan Gina bukan tanpa alasan berada di sana. Ingat Sela yang mempunyai kekasih? Pacarnya adalah seorang kakak tingkat jurusan kedokteran di kampus. Sela disuruh datang ke fakultas pacarnya untuk mengambil hoodie pesanannya. Karena takut dan malu sendirian, jadinya dia memanfaatkan Gina yang mana adalah sahabatnya untuk datang bersama. Tapi sialnya, Gina malah bertemu dengan manusia yang membuatnya jengkel di sana.

"Mana sih, cowok lo? Suruh buru biar kita cepat pergi dari sini. Kesal gue lihat itu anak," gerutu Gina.

"Iya, sabar. Sebentar lagi. Dia sudah di jalan, kok," jawab Sela. Sempat terkekeh kecil di akhir karena melihat wajah Gina yang benar-benar sudah kusut perkara diteriaki Henan.

Henan sudah duduk di tempatnya sembari berdecak. Dia kesal karena dirinya tidak direspons Gina sama sekali. Meskipun kepalanya masih mengarah pada gadis itu.

"Kenapa suka banget ganggu dia, Hen?" tanya Nanda.

"Seru saja lihat dia kesal karena gue," balas Henan. Nanda cuman memberinya tatapan sekilas dan kembali menatap layar laptop.

Akhirnya kegiatan menunggu berakhir. Datangnya pacar Sela dengan totebage ditangan membuat Gina menghela napas ringan. Segeranya urusan ini dia harap cepat selesai dan menghilang. Matanya mulai gatal melihat muka Henan diujung sana.

"Kok lama?" tanya Sela.

"Singgah sebentar tadi dipanggil teman bahas proyek," jawab pacarnya. Lelaki itu beralih menatap Gina sementara Sela yang masih sibuk menatap pesanannya. "Siapa?"

Sela mendongak begitu kekasihnya bertanya. Menatap Gina sebentar sebelum beralih kepada lelaki di depannya. "Teman indekos aku, Gina." Lelaki itu mengangguk dan Gina hanya memberi senyum simpul.

"Yaudah, makasih, ya. Uangnya aku ganti atau bagaimana?"

"Sudah, gak usah. Baliknya hati-hati." Sela memberi dehaman manis.

Sementara di tempatnya Henan sempat mememelotot begitu menatap lelaki yang menghampiri keduanya. Dia sampai bertumpu pada telapak tangannya sementara bokongnya menyentuh sisi meja. Nanda sempat terkejut karena gerakan Henan yang tiba-tiba mengundang sedikit gerakan.

"Jangan banyak gerak, Hen! Kaget, ih!" serunya tapi malah tidak dihiraukan sang pelaku sama sekali.

"Lah, Nan? Itu bukannya Bang Delio? Kakak tingkat lo, kan?" tanya Henan tanpa mengalihkan pandangannya.

Nanda ikut menatap arah maksud Henan dan dia berdeham membenarkan. "Iya. Kenapa memangnya?"

"Ada urusan apa dia sama dua cewek? Wah, parah! Bang Delio sekali dapat langsung dua?" ujarnya. Nanda menatap Henan yang masih dengan raut terkejut dengan cibirannya.

"Gue samper, ah." Dan Henan benar-benar berlalu dari tempatnya untuk menemui ketiga anak manusia itu. Meninggalkan Nanda yang masih duduk dengan manis meski dengan raut menahan kesalnya menatap kepergian Henan.

"Bang, Del!" tegurnya. Lelaki yang dimaksud menoleh dengan segera yang bersamaan dengan menghentikan gerakan hendak pergi kedua gadis di depan mereka.

"Lah? Lo ngapain di sini?" tanya Delio.

"Sudah kayak masalah banget gue di sini. Gue baik orangnya, lagi temani Nanda kerja tugas, noh," jawab Henan seraya menunjuk tempat Nanda dengan dagunya. Delio hanya mebulatkan mulutnya tanpa bersuara.

Henan beralih ke arah Sela dan Gina. "Apa nih, Bang? Sekali dapat langsung dua?"

"Sembarangan! Cuman satu," elak Delio. "Cewek gue, Selana Martania. Anak sastra," lanjutnya seraya menunjuk Sela juga dengan dagunya.

"Cewek yang kemarin, kan? Temannya cewek aneh yang makan bubur pakai gula," pukas Henan.

"Hah?" Delio mendelik menatap kekasihnya untuk meminta jawaban. Tapi Sela hanya menaikkan kedua alisnya seraya beralih menatap Gina.

Gina mendengar itu lantas menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sudah dia bilang seharusnya dia tidak ikut Sela kemari. Membuatnya kambuh merasakan tekanan darah tinggi. Henan sendiri malah senyum-senyum tanpa dosa meskipun Gina sudah menatapnya menusuk. Seakan gadis itu akan memakannya saat juga. Tapi Henan nampak biasa saja dengan itu. Malah sempat memberinya wajah mengejek.

Gina menarik napas dalam-dalam untuk menetralkan emosinya. Beralih tersenyum paksa pada Henan. "Iya, itu gue. Ketemu lagi ya, kita. Anak setan," celetuknya.

Henan tertawa menahan pancingan emosianya. "Haha, anak setan." Merubah raut wajahnya dalam waktu singkat menjadi datar. Begitupun dengan Gina yang seraya beradaptasi. MEmbuat keduanya saling melemparkan tatapan tajam. Mendiami sepasang kekasih yang malah menatap keduanya heran.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Accidentally in Love!
451      300     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
Sahabat Selamanya
1207      736     2     
Short Story
cerpen ini bercerita tentang sebuah persahabatan yang tidak ernah ada akhirnya walaupun mereka berpisah jauh
AKSARA
6550      2224     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Can You Love Me? Please!!
4011      1213     4     
Romance
KIsah seorang Gadis bernama Mysha yang berusaha menaklukkan hati guru prifatnya yang super tampan ditambah masih muda. Namun dengan sifat dingin, cuek dan lagi tak pernah meperdulikan Mysha yang selalu melakukan hal-hal konyol demi mendapatkan cintanya. Membuat Mysha harus berusaha lebih keras.
Monologue
617      428     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
Orange Haze
519      361     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
A promise
566      364     1     
Short Story
Sara dan Lindu bersahabat. Sara sayang Raka. Lindu juga sayang Raka. Lindu pergi selamanya. Hati Sara porak poranda.
Love is Possible
167      154     0     
Romance
Pancaroka Divyan Atmajaya, cowok angkuh, tak taat aturan, suka membangkang. Hobinya membuat Alisya kesal. Cukup untuk menggambarkan sosok yang satu ini. Rayleight Daryan Atmajaya, sosok tampan yang merupakan anak tengah yang paling penurut, pintar, dan sosok kakak yang baik untuk adik kembarnya. Ryansa Alisya Atmajaya, tuan putri satu ini hidupnya sangat sempurna melebihi hidup dua kakaknya. Su...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
14971      2074     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Everest
1923      800     2     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...