Loading...
Logo TinLit
Read Story - Different World
MENU
About Us  

“Mas gimana nih? Mell beneran hilang,” cemas Arsen yang sudah mondar-mandir sedari tadi.

Sedangkan Arhen yang sudah pusing melihat Arsen mondar-mandir hanya bisa menghela napas. Sebenarnya Arhen yakin ada sesuatu yang ia lupakan mengenai Melody. Dan ia juga yakin hal yang dilupakannya adalah alasan mengapa Melody bisa menghilang begitu saja. Dia merapalkan nama Melody berkali-kali demi mengingat hal itu. Namun, sia-sia saja. Tidak ada yang bisa diingatnya. Yang ada malah membuat kepalanya sakit.

“Mas, kita kasih tahu orang tua kita aja gimana?” tanya Arsen.

“Percuma. Mas punya firasat mereka gak bakal ngapa-ngapain walau kita kasih tahu kalau Melody hilang,” jawab Arhen.

“Terus gimana? Kita gak ada petunjuk. Gimanapun Mell tanggung jawab kita mas!”rengek Arsen frustasi.

“Kita udah janji sama orang tuanya Mell,” lanjut Arsen lirih. Mendengar hal itu, Arhen tersentak.

“Bentar, kamu ingat gak kita janjinya kapan?” tanya Arhen.

“Ingat. Satu hari sebelum orang tuanya Mell hilang 'kan?” jawab Arsen. Setelah mengucapkan hal itu, Arsen juga tersentak.

“Mas ....” Arsen menatap Arhen seakan meminta kepastian.

“Iya. Walaupun caranya berbeda,” jelas Arhen.

“Jadi apa yang harus aku lakukan?”

•••

Melody berdiri diam sambil menenteng tas yang berisi pakaian. Dia tidak diusir kok. Hanya disuruh bersekolah. Dan kini dihadapannya berdiri bangunan megah yang lebih mirip istana daripada akademi. Melody menghela napasnya. Dia benar-benar clueless tentang dunia ini. Apalagi bangunan yang disebut akademi ini.

Dia perlahan melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang yang sudah menantinya. Kemudian dia merogoh saku dan mengeluarkan kartu siswa yang didapat dari orang tuanya agar dia bisa masuk ke dalam. Dengan pasti dia menempelkan kartu siswa itu ke gerbang. Setelah itu, muncul cahaya semacam laser yang digunakan untuk mencocokkan identitas Melody dan kartu siswa yang dibawanya. Gerbang itupun terbuka.

Kemudian Melody menyeret kakinya memasuki kawasan sekolah yang begitu megah. Akan tetapi, tak berapa lama ada sebuah suara yang terdengar tepat di samping Melody. Melody pun mencari di kanan-kirinya. Namun, tak ada satu orang pun yang terlihat sedang berbicara dengannya.

“Wujud saya memang tidak terlihat, Nona Abrisal. Saya ini pendamping yang diciptakan khusus untuk anda,” jelas suara tidak dikenal itu.

“Berasa simulasi jadi orang gila,” balas Melody.

“Anda kan memang orang gila.” Melody yang tidak terima dikatai begitupun mencak-mencak.

“Heh maksudmu apa?!”

“Pendamping murid-murid di sini berwujud. Hanya saya saja yang tidak berwujud.” Melody mengerutkan dahinya tanda tidak terima.

“Apa hubungannya dengan wujudmu?!”

“Murid-murid di sini sangatlah normal pemikirannya jika dibandingkan dengan anda. Coba, lihat ini, mana ada orang yang menangisi kerupuk yang berubah jadi lembek?” jelasnya sambil memperlihatkan melalui hologram adegan di mana Melody menangis hanya karena kerupuk yang baru saja digoreng menjadi lembek karena tidak sengaja tersiram air putih yang tumpah.

“Hei, semua orang akan menyayangkan hal itu!! Kamu kali yang gila!” teriak Melody yang kembali mencak-mencak. Tapi, seakan tidak peduli, suara itu kembali meneruskan.

“Orang waras mana yang menghanyutkan sandalnya di laut?” Suara itu kembali memperlihatkan melalui hologram. Terlihat dengan jelas bahwa Melody sengaja menghanyutkan sandalnya di laut. Dan setelahnya Melody tertawa kecil. Kali ini Melody menunduk dan bergumam, “Bodoh kau Melody.”

“Karena anda gila, wujud saya tidak terlihat agar anda semakin gila. Itu hukuman untuk anda.”

“Ih, di mana-mana hukuman tuh, ya, biar yang dihukum gak ngelakuin hal itu lagi. Ini kok memperparah?!” Wajah Melody yang sudah kesal, makin kesal lah mendengar pernyataan dari suara yang mengaku 'pendampingnya' itu.

“Pfft ... hahaha, ya ampun wajah anda yang kesal itu lucu sekali, Nona.” Suara yang awalnya tidak berwujud kini mulai menampakan diri dalam wujud seorang manusia. Dengan tinggi sekitar 180 cm, rambut pendek  lurus berwarna emas, iris mata yang juga berwarna emas, hidung mancung, dan bibir tipis. Dan yang paling penting dia adalah seorang laki-laki.

“Hmm ... terlalu cantik,” gumam Melody.

“Siapa yang terlalu cantik Nona?” tanya orang itu sambil tersenyum. Menurut Melody, senyum orang itu terlalu menyeramkan.

“Ah tidak. Kau laki-laki kan?” tanya Melody memastikan.

“Tentu saja saya laki-laki Nona,” jawab orang itu.

“Namamu siapa?” tanya Melody mulai berniat mengintoregasi.

“Ah ... maaf kan saya Nona. Betapa tidak sopannya saya.” Terlihat orang itu sedikit panik.

“Perkenalkan nama saya Charles,” lanjutnya sambil menaruh tangan kirinya didada kanan dan sedikit membungkuk memberi hormat.

“Charles ya,” gumam Melody.

“Mungkin anda sudah tahu. Tapi, nama saya Melody. Melody Senjani Abrisal. Oh iya, panggil saja Melody,” lanjut Melody sambil mengangkat sedikit gaunnya dan membungkuk memberi hormat.

“Baik, Nona Abri – Melody. Dan anda tidak perlu tiba-tiba menjadi sopan begitu, Nona. Bersikaplah seperti tadi,” kata Charles.

“Baiklah,” sahut Melody.

“Ah iya, Charles, tinggi badanmu berapa?” tanya Melody lagi.

“180 cm, Nona,” jawab Charles. Melody mengangguk paham. Kemudian ia mengedarkan pandangannya. Dia tersadar bahwa mereka berdua ada didepan gerbang. Untung saja jalan di depan gerbang lebar. Cukuplah untuk orang-orang menjauhi mereka berdua.

“Charles apa kau tahu aku harus kemana?” tanya Melody.

“Tentu saja saya tahu Nona. Mari saya antar,” jawab Charles sambil berjalan mendahului Melody.

•••

Mereka kini berada disebuah ruangan yang biasa disebut aula. Melody mengedarkan pandangannya. Terdapat banyak murid saat ini. Aula jadi terasa sesak. Melody kurang suka keadaan seperti ini.

“Walaupun tidak suka, tahanlah sebentar, Nona,” kata Charles seakan membaca pikiran Melody. Seketika raut wajah Melody berubah. 

“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Melody.

“Raut wajah anda itu mudah dibaca. Saran saya sebaiknya anda belajar bagaimana cara agar raut wajah anda tidak mudah dibaca,” jawab Charles.

“Err ... baiklah aku mengerti,” sahut Melody dengan setengah hati. Sedangkan Charles mati-matian menahan tawa melihat raut wajah nonanya itu.

15 menit telah berlalu.  Aula yang awalnya ramai dengan suara-suara para siswa menjadi hening. Ditengah keheningan itu terdengar suara sepatu yang menggema diseluruh ruangan. Pusat perhatian semua murid juga teralih ke pemilik sepatu itu. Semua mata yang mengikuti pergerakan pemilik sepatu itu, akhirnya berhenti ketika pemilik sepatu itu berhenti ditengah ruangan. Terlihat sosok wanita dewasa yang anggun. Dengan rambut panjang bergelombang berwarna coklat miliknya seakan menegaskan keanggunannya itu. Dan mahkota yang terpasang cantik dikepalanya itu menandakan bahwa dia adalah orang yang berkuasa di sekolah itu.

“Selamat pagi semuanya. Selamat datang di Cleon Academy. Perkenalkan nama saya Aze de Conero. Kalian bisa panggil saya Queen Aze. Saya adalah kepala sekolah di sini. Saya harap kalian betah dan selalu bersemangat saat belajar di sini. Yang perlu kalian ketahui, para pengajar bisa kalian panggil Sire dan Madam. Untuk sesama murid bisa kalian panggil Pangeran dan Putri. Peraturan ini wajib dipatuhi oleh seluruh warga Cleon Academy,” jelas Aze. Dia mengedarkan pandangannya sejenak.

“Pembagian kamar sudah tertera di mading asrama. Kalian bisa meminta kunci kamar ke bagian resepsionis. Untuk hari ini kalian bebas. Tapi, saya ingin jam tujuh malam kalian berkumpul di aula ini kembali. Dan saya berharap tidak ada yang terlambat. Sekian dari saya. Terima kasih,” lanjut Aze menutup pidatonya hari ini. Kemudian ia berjalan ke luar aula. Seketika aula kembali ramai. Kini para murid berdesakan keluar aula. Sedangkan Melody hanya berdiam diri menunggu semua murid keluar dari aula.

Setelah semua keluar dari aula, Melody segera melangkah ke luar. Namun, kegiatannya harus terhenti ketika dia mengingat sesuatu. Hal itu membuat Charles yang mengikuti Melody dengan terpaksa menabraknya.

“Ada apa, Nona?” tanya Charles.

“Charles, aku ... tidak tahu arah ke asrama,” jawab Melody sambil menolehkan kepalanya ke belakang. Charles yang merasa tertipu hanya bisa tersenyum.

“Kalau begitu biarkan saya memandu anda, Nona,” kata Charles sambil kembali berjalan mendahului Melody. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan ke asrama.

•••

Melody dan Charles kini berdiri di depan mading yang tertempel tepat di sebelah pintu masuk asrama. Mereka sedang serius mencari nama Melody.

“Melody Senjani Abrisal, Melody Senjani Abrisal. Nah, ketemu! Kamar 216!” seru Melody begitu menemukan kamarnya.

“Duduk lah di sofa dulu. Saya akan mengambil kunci kamar,” suruh Charles yang sudah beranjak dari tempatnya berdiri menuju meja resepsionis. Melody pun menuruti perkataan Charles sambil menggeret tasnya.

Ia duduk di sofa yang tak jauh darisana. Di sebelahnya ada seorang perempuan berambut lurus berwarna coklat. Perempuan itu tersenyum ketika menyadari Melody melihat ke arahnya. Melody pun balas tersenyum pada perempuan itu. Kecanggungan melanda mereka berdua. Rasa ingin mengobrol sedikit muncul dihati mereka masing-masing.

“Eum ... nama putri siapa?” tanya perempuan berambut coklat itu tiba-tiba.

“Eh anda berbicara dengan saya?” tanya Melody balik dengan ekspresi kaget. Perempuan itu tersenyum dan mengangguk membenarkan.

Dengan canggung Melody menjawab, “Nama saya Melody Senjani Abrisal. Kalau anda?”

“Nama saya Dyvania Cassa Lydonia,” balas perempuan itu.

Pembicaraan mereka berhenti. Keadaan kembali hening. Tapi, untung saja Charles menyelamatkan Melody dari keadaan tersebut. Kini Charles sudah berdiri di depan Melody. Dia menyerahkan kunci kamar pada Melody.

“Putri Lydonia, saya pamit ke kamar, ya,” pamit Melody pada Dyva. Dyva mengangguk tanda mengizinkan Melody pergi. Melody dan Charles pun pergi dari hadapan Dyva.

“Terima kasih, Charles,” ucap Melody.

“Hm? Untuk apa, Nona?” tanya Charles kebingungan.

Melody tersenyum tipis dan berkata, “Lupakan saja.” Charles pun memilih diam.

Mereka berjalan menuju tangga yang berada di sebelah kiri ruangan. Untung saja kamar Melody berada di lantai dua. Jadi tidak perlu capek jikalau naik turun tangga.

Sesampainya di kamar, Melody langsung membuka pintu. Dia mengedarkan pandangannya. Hal pertama yang ditangkap oleh matanya adalah kamar mandi. Lalu hal kedua yang ditangkap oleh matanya adalah dapur mini dengan peralatan masak yang cukup lengkap. Selanjutnya dia menangkap keberadaan kasur king size, sofa, meja rias, meja belajar, lemari buku, dan lemari pakaian yang tertata rapi. Dan hal terakhir yang membuat senyumnya melebar adalah balkon kamar yang dilengkapi kursi dan meja. Satu kata untuk kamarnya. Sempurna.

Tapi, sepertinya ada yang terlupakan. Ah iya, Charles. Berbeda dengan Melody yang sibuk mengagumi kamarnya, Charles kini sedang menyiapkan teh untuk Melody. Melody yang telah selesai mengagumi kamarnya, beranjak menuju dapur karena mendengar kebisingan darisana.

“Apa yang kamu lakukan, Charles?” tanya Melody yang kini berada di belakang Charles.

“Membuat teh untuk anda,” jawab Charles yang masih sibuk dengan teh dihadapannya.

“Tapi aku tidak meminta teh,” sahut Melody.

“Saya tahu anda kelelahan, Nona. Saya buatkan teh agar anda sedikit rileks,” kata Charles yang kini berpindah ke tengah dapur yang terdapat satu meja dan dua kursi. Melody pun mengikuti Charles.

Setelah menata meja, Charles menarik salah satu kursi dan mempersilahkan Melody duduk. Melody pun duduk di sana. Setelah itu, Charles duduk dihadapan Melody.

“Silahkan diminum tehnya, Nona,” ucap Charles. Melody dengan perlahan meminum teh buatan Charles.

Begitu masuk ke dalam mulut, terasa air teh yang manis dan hangat mengalir lembut. Badan yang awalnya tegang dan kaku jadi terasa lebih rileks. Melody tersenyum senang ketika merasakannya. Dia benar-benar bersyukur Charles membuatkannya secangkir teh.

“Kau benar, Charles. Teh membuat badanku jadi lebih rileks,” kata Melody. Terlihat jelas dia benar-benar senang saat ini. Charles yang mengetahui itu ikut tersenyum senang.

“Nona, ada rencana untuk seharian ini?” tanya Charles.

“Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?” tanya balik Melody.

“Mau ikut dengan saya?” tawar Charles.

“Boleh sih. Aku juga tidak ada rencana,” jawab Melody menyetujui tawaran Charles.

Charles kembali tersenyum. Dia berdiri dari duduknya. Kemudian berjalan ke arah Melody dan sedikit membungkuk sambil mengulurkan tangan kananya. Sedangkan tangan kirinya berada di belakang punggung.

“Mari ikut dengan saya, Nona,” ajak Charles dengan resmi.

Melody menerima uluran tangan Charles sambil berkata,
“Dengan senang hati.”

Mereka berdua pun ke luar dari kamar. Dengan menggandeng tangan Melody, Charles menggiring Melody ke luar dari area sekolah. Dengan tenang Charles menyeberang jalan dan membawa Melody ke salah satu tempat makan. Tempat makan ini bernama “Two Side”.

Tidak seperti tempat makan biasanya, kali ini mereka disuguhkan taman yang berada dibagian depan. Menurut keterangan, tempat makan ini biasanya disewa untuk pesta teh dan sejenisnya. Selain itu, dibagian belakang juga ada pantai buatan. Dua pemandangan yang berbeda inilah yang membuat Two Side terkenal.

“Nona, ingin makan apa?” tanya Charles sambil memberi buku menu. Rupanya mereka berdua sudah duduk.

“Aku pesan cheese cake saja,” jawab Melody.

“Tidak ingin pesan yang lain?” tanya Charles lagi. Melody menggeleng tanda menolak.

“Baiklah. Green tea 2, cheese cake 1 ya,” kata Charles pada pelayan.

“Ada lagi?” tanya pelayan itu. Charles menggeleng.

Green tea 2, cheese cake 1. Benar?” tanya pelayan itu memastikan.

“Benar,” jawab Charles. Pelayan itu pun pergi darisana.

“Ngomong-ngomong Charles, kenapa kamu memilih mengajakku ke sini?” tanya Melody sambil melihat ke sekitarnya.

“Karena tempat ini unik. Saya rasa, Nona, akan terkesan,” jawab Charles.

Well, aku cukup terkesan,” sahut Melody sambil tersenyum.

“Eh iya, aku tidak melihatmu mencari kamar asramamu sendiri,”celetuk Melody.

“Saya 'kan tidur dengan Nona,” kata Charles dengan santai.

“Hah?! Tidur denganku?!” Sontak pekataan Charles membuat raut wajah Melody tak tentu. Campur aduk rasanya. Bagaimanapun Charles adalah seorang laki-laki!

“Bercanda. Kamar saya berada di sebelah kamar anda. Tadi saat mencari kamar anda, saya juga mencari kamar saya,” jelas Charles.

“Lalu kenapa kamu tidak pergi ke kamarmu?” tanya Melody lagi.

“Untuk apa?” tanya Charles balik.

“Menaruh barangmu mungkin,” tebak Melody. Charles terkekeh mendengar pernyataan Melody.

“Saya ini cuma makhluk ciptaan, Nona,” kata Charles memperjelas statusnya.

“Makhluk ciptaan berwujud manusia. Itu artinya bersikaplah seperti manusia,” kata Melody acuh tak acuh. Charles menatap Melody lama. Diapun tersenyum tipis.

“Baiklah. Akan saya patuhi perintah anda,” gumam Charles. Melody yang mendengar gumaman Charles pun diam-diam meliriknya.

Dan tanpa mereka tahu, ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik mereka sedari tadi.

“Awal yang menarik.”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Into The Sky
531      341     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
Cinta untuk Yasmine
2446      1039     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Story of April
2665      942     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Gino The Magic Box
4472      1384     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
SILENT
5650      1683     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
SEMPENA
4507      1418     0     
Fantasy
Menceritakan tentang seorang anak bernama Sempena yang harus meraih harapan dengan sihir-sihir serta keajaiban. Pada akhir cerita kalian akan dikejutkan atas semua perjalanan Sempena ini
KILLOVE
4810      1458     0     
Action
Karena hutang yang menumpuk dari mendiang ayahnya dan demi kehidupan ibu dan adik perempuannya, ia rela menjadi mainan dari seorang mafia gila. 2 tahun yang telah ia lewati bagai neraka baginya, satu-satunya harapan ia untuk terus hidup adalah keluarganya. Berpikir bahwa ibu dan adiknya selamat dan menjalani hidup dengan baik dan bahagia, hanya menemukan bahwa selama ini semua penderitaannya l...
Palette
6437      2289     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
AKSARA
6788      2251     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
Dunia Alen
6245      1774     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...