Gulya kini sedang berada di apartemen barunya, melihat ke arah sekeliling dimana barang-barang masih belum tertata di tempatnya. kardus besar masih berada di pojok ruangan dan barang lainnya yang masih menumpuk di pojok lainnya.
“yah,,, liburku kini dipakai dengan beres-beres”ucap gulya menatap ke arah sekitar.”beruntug kardus besar yang terlihat di depan matanya sudah di beri nama. “baik, apa yang ku punya di sini? Lemari sudah tersedia, lemari es sudah tersedia,ada satu rak buku tersedia juga, baik setidaknya yang umumnya sudah ada.”ucap gulya mengedarkan pandangan. beralih pada beberapa barang-barang pelengkap lainnya “karpet, meja kecil. Aahhh aku harus merangkainya.dan juga mari kita lihat”ucap gadis itu yang kini mulai menghampiri beberapa barang yang lain ”peralatan tidur ada,,,gantungan baju, ahhh aku baru beli yang inti saja berarti. Baiklah mari mulai membereskan”ucap gulya dengan senang. jika di tanya mengapa susan dan tasya tidak membantu keduanya sedang ada kencan dan gulya tidak ingin menyabotase acara mereka.
Pertama gulya mulai membereskan lantai atas dimana tempat tidurnya berada. Tempat yang dipilih gulya masih sebuah office-tel dimana terdapat dua lantai. Lantai pertama adalah area tidur, Tidak terlalu lama untuk membereskan karena hanya kasur dan juga yang lainnya, tidak lupa menyimpan alat makeup juga di sana. Setelah membereskan gulya turun kebawah untuk untuk membereskan yang lainnya. selanjutnya merangkai beberapa fornitur yang harus di rangkai seperti meja kecil, dan juga rak mini.
Teeeeet,,,Ceklek,,,, suara kunci pintu apartemen setelahnya pintu yang terbuka. Gulya tidak merasa kaget karena mengetahui siapa yang datang.”eooma,,,”suara gulya melihat ke arah belakang terdapat wanita yang kini terlihat membawa beberapa barang “ ehh kau mengerjakannya sendiri?”
“iya,,bukannya eooma kesininya nanti malam?”ucap gulya menatap ajjuma na, ajjuma na tersenyum lalu menyimpan barang yang di bawanya.”tadinya ingin malam kesini tapi eooma juga sedang libur hari ini jadi lebih baik eooma datang sekarang”
“tapi belum rapih. Eooma istirahat saja dulu di atas, disana sudah rapih”
“eooma akan membantumu”
“tidak eooma. Istirahat saja dulu setelah itu eooma bisa bantu aku”ucap gulya kini mengantar ajjuma na ke lantai atas.
Dua jam berlalu kini gulya sudah membereskan setengah barang-barangnya. “baiklah tinggal pantry.”ucap gulya yang kini mulai berjalan menuju pantry “apa yang eooma bawa?”ucap gulya menatap beberapa belanjaan “oh,,, sayang sudah beres?”suara ajjuma na, gulya tersenyum menatap ajjuma na “ya,,tinggal pantry saja"
“eooma tidak mendengar suara alat penyedot debu”
“untuk sementara waktu aku hanya memakai sapu dan juga lap manual”ucap gulya. Ajjuma na melihat ke arah sekeliling “ehhh itu kardus apa?”
“ahhh itu rak buku. Aku lupa ternyata aku sudah membeli rak buku yang sedang. Aku akan merangkainya besok.”ucap gulya
Gulya pov
aku mulai membereskan tempat bumbu dan juga panci. Tidak banyak yang di beli untuk sekarang cukup barang-barang yang simpel di gunakan. Seperti wajan ukuran besar dan kecil, pan, pisau, talenan, dan panci yang bisa di sambungkan dengan listrik. Untuk bahan makanan aku membeli beberapa bumbu terlebih dahulu seperti garam,gula,penyedap rasa, cabe bubuk, wijen, saus sambal da tomat, serta kecap.”eooma, aku akan membeli beberapa bahan masakan. Apa eooma akan ikut?atau menunggu ku di sini?”ucapku setelah menata semuanya dengan baik.
“eooma akan menunggu di sini. Tak apa? Takutnya abeoji datang “ucap ajjuma na membuatku mengangguk “eooma, ada camilan di rak atas pertama. Dan ada air minum juga. Aku pergi dulu”ucapku sambil memakai jaket.
“hati-hati di jalan ya. Eooma akan memberi pesan untuk titipan tidak apa kan?”ucap ajjuma na. aku mengangguk “baiklah. Aku pergi dulu. Assalmualaikum” aku keluar dari apartemen dengan mantel hangat dan juga syal.
tujuanku menuju pasar terdekat. Aku membeli rumput laut kering, bihun, mie telor, ikan, daging ayam,gim, beberapa sayuran seperti wortel, sawi, lobak,dan juga bayam. Tak lupa bahan bahan lainnya seperti sereh, jahe, bawang putih dan bawang merah, bawang bombai,bawang daun serta seledri. “banyak juga. Apa aku juga harus beli snack dan beberapa minuman?”ucapku kini keluar dari pasar menuju mini market.
“oke hanya kopi instan, teh, minuman soda, dan juga susu. Ahhh toppoki siap saji”ucapku sambil membawa barang-barang dan langsung pergi ke kasir untuk membayarnya. Aku menatap langit yang kini sudah sedikit gelap. “engga kerasa ternyata.”ucapku “eh, salju?”aku menatap ke arah langit dan langsung kembali karena eooma menungguku.
“assalamualaiku,,, eooma maaf aku lama” ucapku sambil membuka pintu, aku terdiam melihat seseorang yang ku hindari beberapa minggu ini,kini berada di sana sedang membereskan beberapa buku milikku ke dalam rak. Aku masih mematung
“ kenapa kesini?”ucapku kaku tanpa menatapnya dan langsung berjalan menuju pantry. aku mengedarkan pandanganku untuk mencari ajjuma na. aku terus mencari hingga ke lantai dua “jika kau mencari eooma, beliau sudah pulang”ucapannya membuatku diam aku mencoba menahan tangis “lalu kenapa tidak mengantar eooma pulang?” ucapku bergetar tanpa melihat ke arahnya.
“eooma menyuruhku membantumu, ”ucapannya membuatku menatapnya “tkau bisa menolaknya”ucapku
“aku yang ingin membantumu. eooma tak pernah menyuruhku.aku hanya ingin melihatmu ” aku menatap minjae dengan air mata yang sudah terkumpul di mataku. ya,, dia minjae lelaki yang sudah dua minggu ini aku hindari. Karena kejadian malam itu. “aku akan memasakanmu makanan karena telah membantuku”ucap ku langsung berkutat dengan masakan.
“aku ingin makan malam di sini” uucapan minjae membuatku terdiam meremat alat masak. tanpa memperdulikan ucapannya aku kembali memasak.
Minjae pov
Aku menatap punggunya dengan sendu, aku kembali membantu memasangkan fornitur tanpa mengatakan apapun lagi.tak lama kami berdua selesai mengerjakan pekerjaan masing-masing. aku melihat jejak air mata gulya "maafkan aku"ucapku, gulya menatapku "kau tidak salah,,,kenapa meminta maaf"ucapnya kini liquid itu turun kembali dari mata indahnya.
“izinkan aku berbicara,kumohon"ucapku menatapnya
"baiklah. selesai makan kita bicara"ucapnya. aku mengambil sapu tangan di jaket bajuku dan mengusap air mata yang jatuh
"air mata itu akan termakan jika kau terus menangis "ucapku. kini kami saling memandang "hisk,,,,aku lapar"ucap gulya sambil menangis "makanlah"ucapku menatapnya sambil tersenyum. kami makan dengan suasan sepi.
selesai makan aku melihat punggung gulya yang mulai mencuci piring. dia menolak ketika aku mengajukan untuk mencuci piring, sambil menunggu aku kembali menatap ke arah ruangan yang cukup minimalis ini. “aku membelikan penghangat ruangan agar kau tidak kedinginan ketika musim salju seperti ini”ucapku, gulya melihat ke arahku sambil membawa masakannya dan menaruhnya di meja pentry. “itu pasti mahal”ucap gulya membuatku menggeleng “lebih mahal jika kau terkena hipotermia dan pergi ke rumah sakit”ucapku. Gulya terdiam dan kembali membalikan badanya. setelah gulya selesai cuci piring dan di selingi ibadah kini aku dan gulya berada di atas sopa yang eooma beli untuk gulya.
“maaf aku lancang. aku membuatkan coklat panas untuk kita” ucapku, aku melihat gulya yang duduk di pinggir sopa. aku tersenyum menyimpan gelas yang berisi coklat panas. aku duduk di pinggir sopa lainnya dan menghadap ke arahnya.
“apa yang ingin kau bicarakan?” ucapnya menghadap ke depan
“bisakah lihat ke mari. Aku mohon”ucapku memohon padanya, aku melihat tangan gulya yang mengerat . Aku menunggunya sampai ia siap menatapku, tak lama aku melihatnya bergerah mengarah padaku. tatapan sedih dan jejak air mata masih ada di sana
“aku, meminta maaf ”ucapkumenunduk “kenapa kau meminta maaf. sudah ku bilang jangan meminta maaf. aku hisk,,,aku kekanakan”ucapnya, aku mencoba tidak menyela pembicaraannya. Aku melihat air mata gulya turun “jangan menangis heum,,,”ucapku sambil mengambil kembali sarung tangan dan menghapus air matanya.
“aku juga menyukaimu, aku sangat menyukaimu. aku bukan tidak menjawab pernyataanmu. aku,,, aku merasa kaget jika mengetahui selama ini ,,,,, kau juga mencintaiku” aku melihat gulya yang kini semakin terisak
"aku,,, apa apa yang harus aku lakukan?"ucapnya terengah menahan tangis, aku menatapnya " apa perasaanmu sudah berubah?"tanyaku melihat tangisannya. "aku,,,terimakasih"ucapnya menatapku dengan snyuman di bibirnya meski air mata semakin turun dari netra indah itu.
"aku berjanji akan bersamamu sampai maut memisahkan kita" ucapku, aku menatap gulya yang kini menatapku dengan teduh
“ bisakah jangan berjanji?cukup buktikan”ucapan gulya membuatku semakin tersenyum, aku mengeluarkan kotak kalung dari jaketku
“cincin bukan hal yang cocok untuk sekarang bukan?. mau berjanji menjaga kalung ini? Aku akan kembali dan menukarnya dengan cincin yang indah ”ucapku, aku menatap gulya yang tersenyum meski ada jejak air mata. aku kembali mengusap air matanya dengan sapu tangan. gulya mengangguk
“aku _”
Aku menghentikan ucapan gulya dan maju untuk memakaikannya kalung. Aku melihat gulya yang terdiam.”sudah cocok. Biar kau sendiri yang merapihkannya”ucapku sambil kembali duduk di pinggir sopa dan kembali menatapnya. “sudah malam. Istirahat. Mungkin aku tidak bisa menemui mu untuk kedepannya karena jadwal yang sibuk. belajarlah agar cepat lulus oke”ucapku dan bangun dari duduk.
Aku memakai mantelku dan menatap sekali lagi ke arahnya yang kini memandangku dengan diam.”aku pergi,, assalamualaikum”ucapku, aku menuju pintu keluar dan sudah memegang kenop pintu, namun terurung dengan suara gadisku
“tunggu,,, di luar salju sangat lebat. Pakailah syal ini”ucap gulya, aku menatap gulya dan menundukan kepalaku
“pakai kan”ucapku. Gulya terdiam “aku,,aku merajutnya sendiri.”ucap gulya, membuatku tersenyum “di sini ada namamu” lanjutnya setelah memasangkan syal itu padaku.
“terimakasih. Ini hangat” gulya mengangguk “hati-hati di jalan. Jangan mengemudi terlalu cepat”ucapnya dan berlalu. Aku masih tersenyum sambil memegang syal yang sudah terpasang di leherku.
“istirahatlah” ucapku. Lalu keluar dari apartemennya.
Kini aku sudah berada di perusahaan untuk melanjutkan latihan, hingga suara handphone ku berdering tanda pesan masuk.
Aku akan membuktikan jika perasaanku padamu akan sama
hingga kau kembali untuk mengambil kalung ini
senyumanku semakin mengembang ketika membaca teks kecil darinya.