Hidup itu memang keras dan tak mudah. Tetapi kita harus jauh lebih keras dan tak mudah terkalahkan. Hidup itu perjuangan.
Itulah quote tentang hidup yang Kinan baca di mading utama SMA Harapan pagi hari ini.
Terlahir yatim piatu, dan hidup di panti asuhan yang penuh kesederhanaan. Dengan segala keterbatasan yang membuat Kinan harus sering berbagi tempat tidur, pakaian, makanan, dan lain-lain. Kinan sudah sangat akrab dengan kosakata mengalah. Oleh karena itu mengalah sekali pasti bukanlah yang yang sulit bagi Kinan.
Besar tanpa orang tua, dan menghabiskan hidup di panti asuhan yang penuh kesederhanaan. Dengan segala keterbatasan yang membuat Kinan harus sering berbagi dengan anak-anak panti. Membuat Kinan sudah sangat terbiasa dengan kata mengalah. Oleh karena itu mengalah sekali pasti bukanlah yang sulit bagi Kinan.
Seperti pagi ini, Kinan berangkat sekolah seorang diri tanpa Sultan. Kakak angkat yang Kinan cintai sepenuh hati itu harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menjemput Ambar ke rumahnya menggunakan motor mogenya. Dan Sultan berangkat tanpa berpamitan sama sekali pada Kinan. Mungkin pria itu sangat terburu-buru.
Kinan pun sedang berada di kantin saat ini. Perhatian Kinan yang sedang membeli sesuatu teralihkan oleh obrolan keras gadis-gadis seangkatannya yang sedang bergosip ria.
"Kalian melihatnya tidak? Kak Sultan datang ke sekolah dengan seorang gadis. Cantik sekali loh."
"Gue melihatnya kok. Gadis itu cantik sekali kaya model."
"Siapa nama gadis itu? Dia siapanya Kak Sultan?
"Namanya Ambar. Gosipnya sih dia mantan pacar Kak Sultan. Mereka seumuran."
"Wah, apa mereka CLBK? Gue tidak menyangka selera gadis Kak Sultan setinggi itu. Gue kira tipe gadis yang diinginkan Kak Sultan itu mirip-mirip seperti Kinan. Kalian pasti tahu lah, Kak Sultan dan Kinan itu seperti perangko yang lengket setiap saat."
"Hahaha, ngaco lo! Tidak mungkin lah tipe gadis seorang Kak Sultan seperti Kinan. Lihat saja Kak Ambar mantannya tadi, cantik alami bak model. Berambut pendek sedikit pirang namun elegan. Jangan lupa juga kulit hitam manisnya. Dia mirip sekali dengan artis western yang bernama Zendaya itu."
"Sedangkan Kinan, dia sangat standar. Dia hanya terbantu oleh kulit putihnya. Jika saja dia tidak putih, mungkin Kak Sultan tidak mau memungutnya dari panti asuhan."
"Kinan lumayan cantik kok."
"Iya, tetapi tidak secantik Kak Ambar. Jika mereka disandingkan, mungkin Kinan akan terlihat seperti babunya Ambar, dan Ambar sendiri adalah tuan putri yang babu Kinan harus layani."
"Hahaha, mulutmu lo jahat sekali, tapi gue suka."
Hatinya bagaikan ditusuki ribuan jarum. Itulah yang Kinan rasakan sekarang setelah mendengar hinaan para setan lidah barusan kepada dirinya.
Mereka membandingkan Kinan dengan Ambar. Mereka bahkan terang-terangan menampar Kinan dengan kenyataan. Kinan lupa jika Ambar adalah mantan Sultan. Dia adalah gadis cantik yang dulu pernah dicintai oleh kakaknya itu. Kenyataan itu harusnya cukup membuat Kinan sadar jika tipe gadis biasa seperti dia tidak akan pernah diinginkan oleh seorang Sultan untuk dijadikan kekasihnya.
Air mata Kinan jatuh tanpa sadar. Kinan mencoba menyekanya. Namun ternyata air matanya terus keluar tidak kunjung berhenti. Malahan semakin deras. Kinan sepertinya harus pergi. Dia tidak mau orang-orang melihatnya menangis. Dia tidak mau terlihat menyedihkan di mata orang-orang.
Kinan pun memutuskan pergi menemui Sultan. Dia ingin memberikan sesuatu yang dia baru saja dia beli dari kantin untuk kakaknya itu.
Namun sepertinya cobaan hari ini belum berakhir. Di dalam kelas Sultan, Kinan melihat ada Sultan di sana sedang duduk di mejanya bersama Ambar. Mereka ternyata satu kelas, dan satu meja belajar. Sultan terlihat sedang mengajarkan sebuah materi pelajaran kepada Ambar sambil bercanda satu sama lain.
Sakit tapi tak berdarah. Meski sejak tadi malam sudah Kinan siapkan mentalnya, namun ternyata setidak rela ini Kinan melihat Sultan membagi perhatiannya kepada gadis lain dan melihatnya secara langsung.
Sultan ternyata sedang sangat sibuk bersama Ambar. Pria yang Kinan cintai itu bahkan tidak mencarinya pagi ini. Apakah itu yang disebut adil dalam membagi perhatian? Kinan juga ingin diperhatikan. Apakah kini Kinan bukan prioritas Sultan lagi?
Kinan mencubit dan menepuk-nepuk pipinya keras mencoba menyadarkan dirinya. Kinan pun mencoba menegur dirinya sendiri dalam hatinya.
Ya Tuhan, Kinan. Kenapa kamu dramatis sekali. Kenapa kamu harus secengeng ini. Bukannya kamu sendiri yang mengizinkan Sultan menjaga dan memberi perhatian untuk Ambar kemarin. Bukankah kamu harusnya memaklumi jika terlihat begitu lengket seperti sekarang. Sultan sedang menjalankan tanggung jawab yang Bunda Diana, Bunda Tyas, dan kamu sendiri berikan padanya. Jadi, buang jauh-jauh sifat cengengmu Kinan. Jangan jadi pengecut. Terima konsekuensinya!
"Kinan, sedang apa kamu berdiri di pintu kelas. Sini masuk, sayang."
Sultan yang menyadari kehadiran Kinan pun menyuruh Kinan untuk menghampirinya.
Kinan pun tersenyum lebar dan mencoba berakting terlihat baik-baik saja. Berakting seolah tidak menangis dan tidak terjadi apa-apa. Berharap Sultan tidak bisa menebak jika baru saja dibuli secara lisan oleh beberapa gadis di kantin tadi.
Namun sepertinya aktingnya gagal total. Karena Sultan ternyata sangat peka jika tidak ada yang beres dengan Kinan.
"Kamu habis menangis, Ki?"
"Masku ini pekanya kok kebangetan yah," batin Kinan dalam hati.
"Tidak kok, Mas. Aku baru saja cuci muka," bohong Kinan.
"Ngapain kamu cuci muka pagi-pagi gini. Tidak dingin?"
Sultan sepertinya tidak menyerah. Jelas dia curiga ada yang tidak beres dengan Kinan.
"Ya terserah aku dong, Mas."
"Tidak biasanya. Kamu berbohong yah. Ada yang membuli kamu, Ki?"
"Mas kok tidak percayaan sih. Aku tidak bohong kok. Ini, aku membelikan Mas nasi kuning. Mas pasti belum sarapan, kan? Makan nih, Mas. Nanti maag mu kambuh loh." Kinan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sultan sudah sarapan kok, Ki. Tadi pagi gue buatkan sandwich untuk dia di rumah dan gue bawa ke sekolah untuk dimakan Sultan. Sandwich nya habis. Bekas wadahnya ada di tas gue," cerita Ambar yang menjadi nyamuk di di antara Sultan dan Kinan daritadi.
"Oh begitu yah. Enak sekali yah sekarang Mas Sultan sudah mempunyai dua gadis yang peduli terhadap jam makan paginya Mas Sultan. Yasudah, nasi kuning ini disimpan untuk makan siang mu nanti, Mas," usul Kinan dengan sedikit menyindir Sultan.
"Sepertinya nasi kuning yang dibeli Kinan ini enak, Tan. Nanti siang kita makan bareng yuk di jam istirahat?" ajak Ambar.
Sultan tidak mengiyakan ajakan itu. Memilih mengambil nasi bungkusnya dan menarik Kinan keluar kelas. Sultan menculik Kinan ke rooftop sekolah. Keduanya saat ini sudah duduk di kursi kayu yang ada disana.
"Mas Sultan mengapa bawa aku kesini? Bel masuk sebentar lagi berbunyi."
Sultan menyerahkan nasi kuning yang dia bawa tadi pada Kinan.
"Suapin aku nasi kuning itu, Ki. aku masih laper. Sandwich tadi tidak bikin kenyang."
Kinan yang mendengar itu langsung berbunga-bunga. Namun dia tidak mau langsung luluh. Dia ingin sedikit mengerjai Sultan.
"Tapi pasti enak kan sandwichnya. Soalnya dibuat penuh cinta oleh mantan pacar sendiri," sarkas Kinan sembari menyuapi nasi kuning pada Sultan.
"Jangan mengajak berantem, Ki. Aku sedang tidak mood."
"Masa sih mood nya sedang tidak bagus. Bukannya tadi Mas ketawa-ketawa romantis yah bersama Mbak Ambar?"
"Kamu kan tahu Ambar harus dijaga perasaannya, Ki. Dia tidak boleh sedih dan capek. Makanya aku mengajak Ambar bercanda supaya mood dia baik. Supaya dia juga tidak merasa tertekan di sekolah baru."
Mendengar pengakuan Sultan barusan, Kinan pun sadar jika dia ternyata terlalu berpikiran negatif sejak tadi. Sultan ternyata hanya sibuk menjalankan tanggung amanahnya saja. Kinan lupa jika Sultan adalah pria yang sangat bertanggung jawab akan apapun. Sekali dia diberi kepercayaan oleh orang lain, maka dia akan menjalankan dan menjaga kepercayaan itu dengan baik.
"Mas, aku tidak cantik yah?"
Kinan ingat obrolan lancang para gadis di kantin tadi mengenai dirinya. Oleh karena itu Kinan bertanya seperti itu.
Sultan mengernyit. "Kamu kenapa bisa mengeluarkan pertanyaan seperti itu? Pasti ada sesuatu yang terjadi di kantin tadi kan. Kenapa? Ada yang body shaming pada kamu yah, Ki?"
Kinan kelabakan. Sial. Kinan tidak menyangka pertanyaannya barusan akan membuat Sultan tahu ada yang tidak beres dengan dirinya. Dia sebenarnya hanya membutuhkan jawaban cantik tidaknya dia di mata Sultan. Bukan malah ingin ketahuan telah terbuli.
"Tidak kok, Mas. Mas Sultan selalu megatif ih pikirannya."
Untungnya, Sultan tidak meneruskan pembiraan tersebut. Membuat Kinan pun lega.
Namun tanpa Kinan sadari, Sultan tahu jika Kinan sedang berbohong. Oleh karena itu, dia akan mencari penyebab gadis yang dia cintai ini begitu sedih pagi ini. Siapa pun yang menyakiti Kinan akan mendapat balasan setimpal.
Tidak boleh ada yang menyakiti Kinannya. Kalaupun ada, itu harus Sultan sendiri.
*****
Instagram : @sourthenswett dan @andwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial