From : Sultan
To : Kinan
Ki, jam istirahat nanti aku titipkan Ambar pada kamu yah. Aku ada rapat bersama anak-anak geng motor soalnya. Jaga Ambar baik-baik yah, Ki. Yang akur. Jangan sampai dia sedih dan kecapean. Dia suka bandel soalnya. Kamu juga baik-baik yah Ki. Jangan terlalu sering sedih dan murung. Nanti hilang cantiknya. I love you, sayang. Aku sayang kamu.
Berakhirlah Kinan saat ini, menemani Ambar mengelilingi SMA Harapan. Menelusuri dan melihat-lihat ruangan demi ruangan untuk diperkenalkan kepada Ambar yang masih belum tahu apa pun seluk beluk sekolah mereka kecuali kelasnya.
"Kalau itu ruangan apa, Ki. Kenapa ada cermin gede di dalam sana?" tanya Ambar.
"Itu ruangan ekskul yang aku ikuti di sekolah ini, Mbak."
"Eskul apa, Ki?"
"Eskul dance," jawab Kinan dengan nada malu-malu dan sedikit kaku. Kinan sering tidak percaya diri mengakui bahwa dia mengikuti eskul dance selama bersekolah.
Kinan belum terlalu akrab dengan Ambar. Jadi dia tidak terlalu excited ketika mengobrol dengannya saat ini. Padahal sudah satu minggu Ambar menjadi murid baru di sekolah ini. Namun, belum ada kemajuan hubungan antara Kinan dengan mantan pacar kakak angkatnya itu.
"Oh ya? Wah.....Lo ternyata mempunyai bakat juga yah, Ki. Gue tebak, lo pasti termotivasi ikut eskul dance itu gara-gara menyukai boyband kpop kan?"
"Kok Mbak Ambar tahu?" Kinan bertanya sembari tersenyum senang.
"Sultan yang memberi tahu jika lo menyukai dunia perkpopan. Dia cerita banyak tentang lo pada gue, Ki."
Senyum Kinan pun langsung luntur mendengar hal itu. Mas Sultannya, entah sebanyak apa hal yang sudah dia ceritakan pada Ambar mengenai dirinya dan Kinan. Jika saja iya sudah sebanyak itu. Bukankah itu menandakan jika Sultan sudah sangat membuka diri pada Ambar.
Kinan kira Sultan hanya menganggap Ambar sebagai orang asing yang hanya harus dilindungi karena tanggung jawab. Namun, ternyata Kinan salah. Ambar sudah menjadi hal yang spesial bagi Sultan. Dia bukan orang asing lagi. Selama tujuh hari ini hubungan mereka pasti sudah semakin dekat sedikit demi sedikit.
Kinan takut. Kinan takut keduanya mengalami yang namanya cinta lama bersemi kembali. Entah kenapa Kinan merasa Ambar adalah ancaman yang bisa merebut Sultan darinya.
Astaga. Kinan langsung menepuk pipinya keras untuk menyadarkan dirinya saat ini. Lagi-lagi pikiran buruk yang sering menyerang Kinan itu muncul lagi. Entah kenapa Kinan sangat sulit mengendalikannya.
Kinan tidak belajar dari kesalahan. Minggu lalu saja dia banyak berpikiran buruk terhadap Sultan, namun nyatanya pikiran buruknya selalu salah. Terlebih lagi, waktunya dan Sultan selama seminggu ini banyak terebut oleh Ambar. Membuat Kinan merindukan kakak angkatnya itu. Sehingga sepertinya pikiran-pikiran buruk Kinan yang sering muncul itu adalah bentuk pelampiasan rasa rindu dia pada Sultan yang tidak tersalurkan.
Kinan terkejut karena Ambar yang sejak tadi berdiri di sampingnya tiba-tiba hilang entah kemana. Kinan pun panik dan segera mencari keberadaan Ambar. Butuh waktu lima menit sampai Kinan akhirnya menemukan Ambar yang saat ini sedang berada di lapangan utama sekolah. Seperti tadi Kinan melamun lama sehingga dia tidak sadar jika Ambar terus berjalan mengelilingi sekolah meninggalkan Kinan yang melamun.
Kinan melihat Ambar terlihat senang ketika menonton para murid marching band yang sedang melakukan latihan. Mereka berdua berjarak beberapa meter sekarang.
Kinan terkejut dan panik ketika Ambar berlari ke arah seorang mayoret dan meminjam tongkat mayoretnya. Untuk apa Ambar melakukan itu? Kinan pun tiba-tiba ingat perkataan Sultan tentang Ambar melalui sms tadi.
Pertama, Sultan meminta Kinan untuk menjaga dan memperhatikan Ambar.
Kedua, Kinan harus memastikan jika ambar tidak sedih atau kecapean.
Terakhir, Ambar itu anaknya bandel.
Benar saja, poin terakhir itu terbukti saat ini. Disana, Ambar dengan tongkat mayoret yang dia pegang mulai menggerakkan diri dengan begitu lincahnya. Bermain dan bertingkah seperti seorang mayoret di tengah-tengah lapang sana. Berpanas-panasan ditengah teriknya matahari.
"Mati aku!" gumam Kinan.
Ini tidak akan berakhir baik. Kinan yakin apa yang Ambar lakukan disana pasti akan merugikan Ambar dan termasuk Kinan sendiri. Kemungkinan besar, penyakit Ambar akan kambuh karena kecapean dan Kinan akan dimarahi habis-habisan oleh Sultan karena tidak menjaga Ambar dengan baik.
Kinan meneguk ludah takut. Dia tidak mau kemungkinan-kemungkinan itu terjadi. Oleh karena itu, Kinan pun segera berlari menghampiri Ambar. Berniat menghentikan kegiatan konyol dan ceroboh yang dilakukan gadis itu.
"Mbak Ambar. Berhenti Mbak. Di sini panas. Mbak Ambar akan kecapean. Nanti Mbak Ambar sakit," Kinan mulai menegur Ambar baik-baik.
Ambar tidak menurut. Dia tersenyum pada Kinan sembari terus memutar-mutar tongkat mayoretnya. Semua murid marching band berjumlah tiga puluh orang lebih di lapang saat ini menatap kagum pada Ambar. Berbeda dengan Kinan yang memberikan tatapan khawatir dan kesal.
"Sebentar, Ki. Gue lagi senang saat ini. Di sekolah dasar dulu, gue jadi mayoret ekskul marching band, Ki. Semua orang memuji gue cantik dan mereka bilang jika gue cocok sekali menjadi mayoret. Gue disukai banyak orang gara-gara itu. Sampai gue dinyatakan sakit dan tidak bisa menjadi mayoret lagi hingga sekarang. Gue rindu menjadi mayoret, Ki. Please, jangan larang gue," balas Ambar.
"Tapi Mbak Ambar____"
"Huhu, enaknya hidup bebas seperti ini, Ki. Gue sudah lama tidak sebahagia ini. Jangan bilang-bilang Sultan ya, Ki. Dia akan marah kalau tahu gue seperti ini sekarang. Lo bisa dipercaya kan, Ki?"
Kinan frustasi. Banyak ketakutan yang dia rasakan saat ini. Jika Ambar benar-benar drop, dia akan menjadi penjahat di mata semua orang.
"Aku tidak akan mengadukan ini kepada Mas Sultan. Asal Mbak Ambar berhenti sekarang. Yuk Mbak, panas mataharinya semakin terik."
Rayuan Kinan itu tidak mempan dan tidak didengar oleh Ambar.
"Mbak Ambar. Please. Jangan bikin aku dimarahi Mas Sultan."
Lagi-lagi Ambar tetap mengacuhkan Kinan.
"Mbak Ambar_____"
"Mbak_____"
"MBAK AMBAR! BERHENTI MBAK! JANGAN SELALU MENJADI BEBAN UNTUK ORANG LAIN!"
Dunia seakan berhenti ketika Kinan berteriak barusan. Ambar mematung. Semua murid marching band menatap aneh kepada Kinan.
Kinan menutup mulutnya setelah menyadari perkataan kasar yang dia teriaki barusan pada Ambar. Terkejut dan menyesal dengan apa yang baru saja dia katakan.
Bodoh, Kinan telah melakukan hal bodoh. Dia tidak seharusnya berkata seperti itu tadi.
Kinan menjadi perhatian seantero sekolah sekarang. Teriakannya tadi begitu kencang sehingga bisa terdengar oleh siapa pun yang berada di area sekitar lapang.
Disana, Ambar yang terlihat kelelahan memberi sebuah senyuman pada Kinan. Namun ada tatapan terluka di matanya. Jelas sekali bahwa gadis itu tersakiti sekali dengan perkataan Kinan tadi.
"Mbak Ambar. Maaf Mbak. Kinan tidak seharusnya mengatakan hal itu."
Kinan meminta maaf dengan mata yang telah berair. Dia benar-benar menyesal. Dia merasa telah menjadi penjahat.
Kinan pun telah tamat. Dia benar-benar akan menjadi penjahat di mata semua orang setelah ini. Karena yang terjadi kemudian, Ambar ambruk di tengah lapangan sana. Ambar telah kehilangan kesadarannya.
*****
Instagram : @Sourthensweett dan @andwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial