Sultan mengunci pintu kamar Kinan dari dalam. Dia benar-benar marah malam ini.
Kinan yang sedang mengerjakan tugas fisika. Sembari menstreaming music video lagu boyband exo yang berjudul tempo pun harus menghentikan kegiatannya. Mengalihkan perhatiannya pada Sultan yang seperti ingin membunuh orang malam ini.
"Mas Sultan kenapa?"
"Kenapa tadi kamu tidak menolak saja sih, Ki?"
Sultan malah balik bertanya dengan nada sangat ketus.
"Menolak apa?"
Sultan memukul dahi Kinan pelan karena kesal. "Ck, otak kamu itu lambat banget ketika di ajak mengobrol serius. Kamu tadi seharusnya menolak saja ketika Tante Tyas meminta aku untuk menjaga dan memperhatikan Ambar di sekolah."
"Memangnya kenapa? Bukannya itu bagus? Mbak Ambar sedang sakit. Kita harus kerja sama menjaga dan memperhatikan dia di sekolah nanti."
"Kita?"
"Iya, kita Mas. Memangnya Mas saja nanti yang akan menjaga dan memperhatikan Mbak Ambar di sekolah? Aku juga bersedia kok. Lagian, aku dan Mbak Ambar itu sesama gadis. Kami bisa menjadi teman mengobrol yang baik."
"Bagaimana jika kamu tahu Ambar adalah mantan pacar aku, Ki. Apakah kamu akan tetap mengizinkan aku memperhatikan Ambar di sekolah nanti?"
Kinan tercenung mendengar fakta itu. Dadanya tiba-tiba menjadi sesak. Dia cemburu. Dia tiba-tiba merasa terancam.
"Jadi, Mbak Ambar itu mantan Mas Sultan. Kenapa Mas Sultan baru menceritakannya sekarang?" tanya Kinan dengan nada kecewa.
Sultan yang mendengarnya langsung berusaha menenangkan Kinan. Dia segera memeluk tubuh adik tercintanya itu. Terbesit rasa penasaran pada benak Sultan ketika mendengar nada kecewa Kinan ketika mendengar fakta Ambar adalah mantannya barusan. Namun Sultan membuang rasa penasaran itu dan memilih menenangkan Kinan.
"Kenapa? Kamu pasti tidak senang kan, Ki. Melihat aku dengan gadis tidak dikenal saja kamu langsung merajuk. Apalagi melihat aku dengan Ambar nanti yang notabenya adalah mantanku"
Sultan melepaskan pelukan mereka. Menatap Kinan serius saat ini. "Kamu bisa menolak jika mau, Ki. Aku akan bicara baik-baik sama tante Tyas. Dia pasti akan memahami alasan kita, Ki."
Kinan menggeleng. "Tidak boleh, Mas. Kita sudah terlanjur mengiyakan. Tidak akan lama kok, Mas. Cuma setahun sampai Mas Lulus dan aku naik kelas sebelas. Kita akan sama-sama kerja sama menjaga dan memperhatikan Mbak Ambar. Kasihan, Mas. Mbak Ambar sedih dan menangis saja tidak dibolehkan. Dia pasti mengalami masa yang sulit selama ini."
Sultan menatap Kinan ragu. "Kamu yakin tidak akan cemburu melihat aku memberikan perhatian kepada Ambar nanti?"
"Aku tidak cemburuan kok, Mas."
"Kita sudah satu tahun hidup bersama, Ki. Aku sudah kenal sifat dan watak kamu. Kamu itu jika cemburu, marah-marahnya sudah seperti akan kiamat. Aku tidak ingin kamu seperti itu terus nanti."
"Tapi kali ini aku yakin tidak akan cemburu terhadap Mbak Ambar kok, Mas. Walaupun dia mantan pacar Mas Sultan, tapi menurutku itu semua cuma masa lalu. Aku yakin Mbak Ambar itu gadis baik. Dia tidak mungkin akan merebut Mas Sultan dari aku."
"Lagi pun, aku dan Mas Sultan hanya Kakak Adik. Bukan sepasang kekasih. Aku tidak berhak cemburu atau bahkan mengklaim Mas Sultan sepenuhnya jadi milik aku. Suatu saat Mas Sultan nanti akan mempunyai pacar baru. Mas Sultan nanti akan menjadi milik orang lain. Aku harus belajar hidup tanpa Mas Sultan. Karena di masa depan prioritas Mas bukan aku lagi."
Sultan melepaskan pelukannya. Dia menggapai kedua pipi Kinan dan mendekatkan wajah Kinan pada wajahnya. Menyatukan dahi mereka berdua.
"Aku milik kamu, Ki. Selamanya Mas Sultan akan jadi milik kamu. Camkan itu, Ki. Selamanya. Aku akan mewujudkan itu," ucap Sultan pada Kinan dengan tatapan mata penuh keseriusan.
"Tapi, Mas_____"
"Sekali lagi Mas bertanya sama kamu, Ki. Kamu benar-benar yakin tidak akan cemburu melihat aku memberikan perhatian kepada Ambar nanti?"
"Aku yakin, Mas," jawab Kinan mantap. Butuh waktu satu menit lamanya Kinan mengatakan kalimat barusan.
Sultan pun menyerah. Bunda Tyas, Bundanya, dan sekarang Kinan. Dia sudah diberi kepercayaan oleh tiga orang perempuan untuk menjaga Ambar, mantan pacarnya. Sultan tidak punya alasan untuk tidak mau atau tidak siap. Mau tidak mau Sultan harus menjalankan tanggung jawab ini.
Sultan harus bersikap baik pada Ambar nanti. Tidak boleh menjadikan alasan masa lalu mereka untuk memperlakukan Ambar dengan buruk. Sultan harus rela bersandiwara bahwa mereka sudah berbaikan dan memulai semua dari awal kembali demi menjaga perasaan Ambar.
Walaupun sebenarnya Sultan sedikit tidak yakin. Dia takut fokusnya pada Ambar nanti memecah fokusnya pada Kinan. Namun, Sultan akan berusaha menseimbangkan perhatiannya pada Kinan dam Ambar. Jika perlu, Sultan akan membelah diri demi bisa memfokuskan perhatiannya pada keduanya nanti. Mungkin akan sedikit melelahkan, namun semua akan biasa jika sudah terbiasa.
Sultan pun menatap Kinan dengan tatapan teduh. Kinannya. Gadisnya itu benar-benar mempunyai sifat peduli tinggi pada orang lain. Sultan tidak salah telah mengangkat Kinan menjadi bagian dari keluarga Aditama. Sultan tidak akan pernah membiarkan dirinya sampai khilaf mengabaikan Kinan ketika dirinya menjaga Ambar nanti. Jika saja itu terjadi, jika saja Kinan tersakiti karenanya, Sultan akan langsung mengakhiri semuanya. Sultan tidak sudi jika dirinya sampai menyakiti Kinan.
Malam ini, detik ini, Sultan pun sadar jika dia benar-benar telah jatuh cinta pada seorang Kinan.
Namun, ini bukanlah tentang jatuh cinta seorang kakak kepada adik angkatnya. Melainkan jatuh cintanya seorang pria terhadap gadisnya.
Instagram : @sourthensweett dan @andwyansyah
itu tuh sudah jelas bgt sultan kalau kamu cinta kinan.
Comment on chapter 2. Denial