Read More >>"> Story of April (Cerita di Bulan April) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Story of April
MENU
About Us  

“Jadi…kau akan menikah akhir bulan ini? Kenapa mendadak?”

Seol Hee membeberkan tanpa ekspresi setelah membaca undangan yang ia terima.

“Tidak ada yang mendadak. Waktu satu tahun sudah cukup untuk mempersiapkan semuanya. Sebelum itu pun aku sudah lebih dari siap.”

“Mmm…” Seol Hee mengangguk pelan dan kembali membaca lagi undangannya, “selamat,” ucapnya yang kemudian kembali melihat Jun Su, “mungkin aku tidak akan datang. Saya agak sibuk bulan ini. Aku harus mempersiapkan kelulusanku. Sampaikan saja salamku untuk Ayah Ibumu juga Kak Jun Ho dan Kak…”

“Kenapa?” tanya Jun Su memutus kalimatnya.

“Apanya yang kenapa?” tanya Seol Hee dengan kening berkerut.

“Kenapa tidak datang? Kenapa tidak mau datang?”

“Bukan tidak mau. Kau menikah tepat saat aku ingin mempersiapkan perpisahanku. Kalau kau katakan dari awal, mungkin aku bisa sedikit menundanya.”

Diam, Jun Su hanya mengangguk pelan dan Seol Hee hanya tersenyum sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkan Jun Su yang masih melihatnya.

“Kau bilang ingin mengenalkanku dengan pacar Chang Yi. Dia tidak ikut kemari.”

Jun Su hanya tersenyum tipis dan menyeruput tehnya.

“Dia sangat repot karena ternyata akan mempersiapkan kuliahnya. Saat pernikahan nanti pun kelihatannya tidak akan datang.”

Gadis berambut cokelat itu tampak kecewa namun, dia hanya mengangguk pelan kemudian.

“Jadi, aku tidak mungkin bertemu dengannya?”

“Haaa…Choi Yu Mi, apa alasanmu sampai begitu ingin bertemu dengannya?” tanya Jun Su dengan kening berkerut.

“Tidak. Aku hanya tidak suka kalau Kak Sae Rin menceritakan tentangnya dengan begitu bangga. Aku ingin melihatnya, apa dia secantik itu,” omel Yu Mi.

“Kalau itu salah, mending jangan bertemu.”

“Kenapa? Apa kau juga membelanya?”

“Haaa…”

“Kenapa? Kau kesal?” tantang Yu Mi.

“Dengar, sebentar lagi kita akan menikah, tidak perlu membahas aneh-aneh. Untuk apa aku membelanya tapi, tetap menikahimu?”

Diam, Yu Mi hanya melipat tangannya di atas dada dan memalingkan wajah Jun Su yang lagi-lagi hanya bisa menghela nafas.

“Kita satu kantor dan sudah mengenal masing-masing sejak awal semester. Hanya karena masalah sepele lalu kau ingin mengamuk.”

“Aku tidak suka kalau setiap bertemu, Kak Sae Rin selalu menceritakan tentangnya seakan dia wanita terbaik. Dia juga menunjukkan foto-foto mereka berdua. Bahkan mereka pernah menghabiskan waktu bersama semalaman. Kak Sae Rin juga mewarnai rambut dia,” omel Yu Mi.

“Kalau begitu jadilah gadis baik di depan Kak Sae Rin. Tarik hatinya, ajak dia berfoto bersama. Ajak dia menginap dan mintalah dia mewarnai rambutmu,” sahut Jun Su menahan kesal.

“Kalau begitu bukan karena Kak Sae Rin mau tapi, karena aku yang mengajak.”

Untuk kesekian kali, Jun Su menghela napas.

“Saya ada sedikit kerjaan lagi. Kau ingin ikut aku atau pulang sendiri?”

“Aku menunggu Joo Ra. Kau duluan saja,” sahut Yu Mi ketus.

“Baik. Nanti aku hubungi, ya,” sahut Jun Su sambil mengecup kening Yu Mi.

Diam, di antara keramaian kafe, Yu Mi tampak jengkel melihat punggung Jun Su yang kini tengah melangkah menuju pintu keluar.

                                                                                               

           Karena cerita setiap orang berbeda tiap detiknya

Saudari Choi Yu Mi , apa Anda bersedia menemani suami Anda saat sakit , sehat , bahagia , serta dukanya ?”

Suara pemimpin pernikahan membuat suasana lebih khidmat tatkala terdengar suara sambutan Yu Mi yang terdengar riang mengiyakan pertanyaan dengan kegembiraan. Dan ada rasa haru saat pertanyaan yang sama diajukan pada Jun Su.

“Ya, saya…”

“KEBERATAN! SAYA, CHA SEOL HEE KEBERATAN AKAN PERNIKAHAN INI KARENA SAYA TENGAH MENGANDUNG ANAK DARI HO JUN SU!!!”

Seakan ada petir yang menyambar seluruh keluarga serta undangan usai pintu gedung buka lebaran dan disusul teriakan Cha Seol Hee yang terdengar murka, Yu Mi hanya bisa membelalakkan kedua matanya. Dia menatap Jun Su yang ikut syok akan keadaan yang terjadi.

“Jadi, ini alasan kau tidak ingin aku bertemu dengannya?”

Bisikan amarah Yu Mi seakan menyadarkan Jun Su yang sempat terpaku menatap Seol Hee. Ada tawa serta bisik ejekan dari undangan para tamu sebelum akhirnya Jun Su menyadari semua setelah Yu Mi pergi bersama amarahnya keluar dari ruang pernikahan.

Sementara, Seol Hee hanya melirik kesal saat Yu Mi melihatnya dengan wajah memerah. Tidak satu pun dari pihak mempelai wanita yang berani menyinggung Seol Hee yang memojokkan mereka dengan murka.

“Selesaikan semuanya sekarang. Ibu tunggu penjelasanmu di rumah.”

Untuk kesekian kali Jun Su terkejut saat orangtuanya serta Jun Ho menegurnya dengan amarah yang tertahan. Hanya Sae Rin yang tampak tersenyum melihat Jun Su yang kebingungan dengan suasana mereka saat itu. Bukan pihak yang mengharapkan keluarganya juga menyukai hal ini, Chang Eun dan Chang Mi yang ikut kebingungan. Sejenak, Jun Su mendesah keras sebelum akhirnya melangkah cepat menghampiri Seol Hee yang masih berdiri menatap tajam ke arahnya.

“Ikut aku,” katanya sambil memegang erat tangan Seol Hee.

Dengan perasaan tenang Seol Hee mengikuti Jun Su sampai ke tempat parkir. Mereka naik mobil dan sedetik kemudian, Jun Su membawanya melaju ke Pantai Haeundae. Diam, tenang, hanya deburan ombak yang terdengar lama di antara mereka. Seol Hee yang tetap bertahan dengan diamnya pun dengan santai menyedot air kelapanya. Sedikitpun ia tidak pedulikan tatapan kesal Jun Su padanya.

“Aaah…nikmatnya,” ujar Seol Hee usai menghabiskan minumannya.

“Jadi, apa yang kau inginkan?” tanya Jun Su yang masih menahan kesal.

“Menikah dengan Ho Jun Su,” jawab Seol Hee santai.

Seketika, Jun Su hanya tersenyum sinis.

“Kau sengaja melakukannya.”

“Tidak. Aku memang ingin menikah dengan Ho Jun Su. Aku ingin Ho Jun Su ada di sampingku. Aku ingin Ho Jun Su hidup bersa…”

“Aku bukan Ho Chang Yi. Jangan terlalu tertekan.”

“Hei, tidak. Ini benar. Kau memang harus menikahiku, karena aku mengandung anakmu. Apa yang tidak kamu ingat?” tanya Seol Hee dengan kening berkerut.

Namun, Jun Su lagi-lagi tersenyum sinis. Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang diucapkan Seol Hee.

“Hei, sudah hampir lima bulan sejak terakhir kau menginap beberapa kali di kontrakanku. Hampir setiap hari kita melakukannya karena kau selalu mengajakku minum sepulang kerja. Dan sudah dua bulan saya belum datang bulan, baru kemarin sakit saya pergi memeriksakan dan dokter itu langsung memberiku selamat. Kalau kau masih tidak percaya, lihat ini.”

Segera Seol Hee menunjukkan satu lembar hasil USG dan membuat Jun Su seketika terbelalak.

“Kau…”

“Hmm…” jawab Seol Hee sambil mengangguk pelan, “tanggung jawab. Tapi, kalau masih tidak percaya, kamu tidak boleh langsung menikahiku. Yang penting dampingi aku sampai anak ini lahir. Lalu kita tes DNA. Aku hanya butuh akta kelahiran dengan nama Ayah sah yang tercantum. Sisanya terserah kau, karena sejujurnya aku pun tidak berminat denganmu. Saya hanya ingin anak ini tahu siapa Ayahnya.”

Melihat penjelasan dengan ekspresi santai yang terlihat pada Seol Hee-nya memang membuat Jun Su merasa dilema.

“Ta, tapi, apa benar itu…kenapa kau sangat yakin?”

“Sebab aku masih suci. Aku tidak pernah tidur dengan siapapun termasuk Chang Yi. Aku hanya berciuman dengan Chang Yi. Kami tidak pernah melakukan hal aneh.”

Dan, sikap santai Seol Hee membuat Jun Su semakin bingung.

“Aku sudah jelaskan, aku hanya ingin akta dengan nama Ayah yang sah kalau terbukti ini anakmu dan dampingi aku sampai anak ini lahir. Jadi, tidak perlu menikahiku sekarang ataupun nanti. Yang penting aku mendapat akta agar anakku bisa melanjutkan hidupnya. Mau aku bilang Ayahnya sudah mati pun, dia tidak tahu kan? Saya tidak berminat. Aku hanya ingin anak ini tumbuh dengan mental yang sehat dan aku sebagai Ibu hamil bisa menjalani dengan pikiran yang waras pula. Karena saya tahu, selama kehamilan saya akan sangat membutuhkan pendampingan.”

“Orangtuamu tahu?”

“Tentu tidak. Ayah akan membunuhku kalau dia tahu dan Ibu akan bunuh diri. Mereka tidak tahu kalau aku pulang ke Busan. Saya berjuang sendiri selama mabuk karena mabuk yang tidak termakan ini.”

“Tapi, aku…”

“Cukup dampingi aku saja dulu. Urusan dengan keluargamu kau atur saja sendiri. Mau ini salahku seorang diri juga tidak apa-apa.”

“Kau ingin kembali ke Seoul dengan kereta saja?”

Pertanyaan Jun Su yang tiba-tiba membuat Seol Hee mengerutkan keningnya.

“Kau tidak ada niat membunuhku, kan? Kalau kau ada niatan tidak baik karena sakit hati tidak menikah dengan pacarmu gara-gara aku, mending aku hidup sendiri sa…”

“Haaa…sudah berteriak-teriak mengakui diri hamil di depan banyak orang. Entah mempermalukanku, keluargaku juga Yu Mi dan keluarganya, kau pun sudah dihujat habis-habisan. Teruskan dan jalani saja sekarang, selebihnya bagaimana bisa di pikir belakangan.”

Diam, akhirnya dengan bantuan Jun Su, Seol Hee berdiri dan melangkah pergi beriringan.

                                                                                                             

“Boleh minta kantung lagi?”

“BLARGH!!!”

Seakan kehabisan tenaga, Jun Su hanya bisa menghela nafas berat lelah membantu Seol Hee yang terus muntah tanpa henti sejak kereta mulai jalan. Hampir satu jam baru ketenangan ia dapatkan setelah Seol Hee berhasil meminum obat mualnya dengan baik. Dilihatnya Seol Hee terpejam di hadapannya dengan bersender di dinding kaca kereta. Dia tampak sangat lelah dan sebulir air mata membuat Jun Su tersentak sampai pindah duduk ke sisi Seol Hee. Ada rasa iba yang menyeruak dari batinnya sampai ia menyenderkan kepala Seol Hee ke pundaknya.

“Istirahatlah. Nanti kalau sampai aku bangunkan.”

Tidak ada jawaban dari Seol Hee dan samar-samar terdengar dia terisak pelan usai memeluk erat lengan Jun Su yang kini hanya bisa memandangi langit-langit gerbong.

“Hei, sudah sampai.”

Sesaat Jun Su tampak linglung, dia terlihat berantakan dengan dasi yang hanya terjuntai di leher dan kancing kemeja yang setengah terbuka. Dia membuka mata perlahan dan sosok Seol Hee berada tepat di depan wajahnya hingga membuatnya sempat terbelalak.

“Apa yang kau lakukan?” omel Seol Hee, “kau bilang, akan membangunkanku tapi, malah kau yang tertidur pulas.”

“Kau tahu sudah berapa hari aku tidak cukup istirahat dan kau datang mengacau hari i…”

Hanya helaan napas keras saat dia menyaksikan Seol Hee berjalan lebih dulu keluar dari kereta dan meninggalkannya tanpa mendengarkan dia sampai akhir.

“Pakai ini. Aku sudah menghubungi Chi San dan harusnya dia…”

"Itu."

Untuk kesekian kali, Seol Hee membuat Jun Su memutus kalimatnya usai dia memasangkan jasnya ke pundak Seol Hee. Dia menoleh ke arah menunjukkan Seol Hee sebelum sempat menekan nomor Chi San di ponselnya. Tampak Chi San melambai riang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Aku akan pulang dengan Ba ​​Ram. Dia sudah menungguku di kafe seberang jadi, kamu bisa berkendara dengan nyaman,” jelas Chi San sambil menyerahkan kunci mobil.

“Terima kasih, ya. Pulang dan istirahat dengan nyaman. Besok aku hubungi,” ujar Jun Su penuh rasa hormat.

“Ehehe, iya, Kak. Aku duluan, ya. Hati-hati di jalan.”

Diam, kini, mereka telah melaju dalam gelap malam penuh bintang dan cahaya terang lampu jalan.

“Kalau mau tidur lagi, tidur saja. Kau sudah bekerja terlalu keras hari ini,” tegur Jun Su saat melihat Seol Hee melamun keluar jendela.

“Kau benar-benar akan mendampingiku? Apa nanti kau akan membunuhku saat tidur?” tanya data Seol Hee.

“Berhentilah berfantasi pembohong seperti itu. Kau terlalu banyak menonton acara kriminal.”

“Kita tidak pernah sangat akrab. Tapi, sekarang aku tiba-tiba mengandung anakmu. Maaf, mungkin kau merasa tertekan dan tidak percaya dengan ucapanku. Tapi, aku tidak pernah sekalipun tidur dengan pria la…”

“Apa salahnya kalau memang benar itu anakku? Saya sudah cukup mapan untuk memiliki anak dan bisa memperbesarnya juga membiayai istriku sendiri.”

Sejenak, Seol Hee melirik Jun Su yang sempat tersenyum padanya sebelum kembali melamun dan Jun Su pun fokus lagi pada jalanan di depannya.

“Bagaimana dengan keluargamu?” tanya Seol Hee.

“Tidak ada ekspresi marah yang kutangkap. Bahkan Kak Sae Rin mampu tersenyum lebar. Saya bisa mengatasi mereka semua. Tidak perlu terlalu memikirkan hal lain. Fokus saja pada kesehatanmu.”

KRUK! KRUK!

Sontak, kening Jun Su berkerut.

“Aku lapar,” ucap Seol Hee lemah.

Ada senyum geli yang Jun Su sembunyikan dan membuatnya langsung menepikan mobil di salah satu restoran.

“Ayo, turun. Kita makan dulu.”

“Tidak,” jawab Seol Hee sambil menggeleng pelan, “aku ingin makan daging sapi di rumah saja. Dengan selada dan kimchi [1] lalu sebutir bawang putih segar.”

Lagi, Jun Su tersenyum dan kembali menjalankan mobilnya menuju sebuah supermarket.

“Mandilah dahulu. Aku akan menyiapkan makanannya.”

Seol Hee tersenyum riang dan langsung menjalankan perintah Jun Su. Sekejap dan singkat semuanya telah tertata rapi di meja makan. Bunyi desis daging yang dipotong dan sudah dipotong kecil. Bau kimchi segar yang telah di panggang dengan sempurna membuat Seol Hee yang baru keluar dari kamar mandi semakin tersenyum riang dan langsung duduk di hadapan Jun Su.

“Makan ini,” ujar Jun Su usai membungkus sepotong daging bersama kimchi dan potongan bawang putih.

Dengan senang Seol Hee menerima suapannya dan membuat Jun Su ikut senang melihatnya.

"Suka?"

“Mmm…terima kasih,” sahut Seol Hee usai mengunyah habis makanannya.

Terkadang Tuhan memiliki cerita sendiri hanya untuk membuat makhluk kesayangan - Nya tersenyum esok hari

                                                                                                             

“Kau masih akan tetap bekerja?” tanya Jun Su usai menguyah habis makanannya.

“Iya. Paling tidak tiga bulan lagi genap satu tahun saya menjadi magang . Setelah itu saya menjadi karyawan tetap dan bisa langsung ambil cuti. Setidaknya selama tiga bulan,” jelas Seol Hee.

“Berarti umur kehamilanmu sudah enam bulan setelah lulus magang ?”

"Iya."

“Apa rumah sakit tidak akan menuntutmu karena baru bekerja beberapa bulan sudah mengajukan cuti?”

“Hei, kan, aku sudah bilang, satu tahun sudah aku magang . Setelah itu saya akan langsung mendapat kontrak lima tahun termasuk keringan cuti setelah melahirkan.”

“Jadi, kapan rencana kau akan mengambil cuti? Apa tidak lelah selama ini? Kalau ada yang membuatmu letih dan mempersulitmu, katakan padaku. Aku akan menghajarnya

“Setidaknya profesiku tidak membuatku harus berlari ke sana kemari. Saya hanya perlu menyiapkan obat sesuai resep. Dan kalau ada hal yang tidak bisa dilakukan setidaknya ada Kak Kim Sung Hyun yang siap membantu.”

Hampir saja, Jun Su hampir menyemburkan minumannya usai mendengar nama yang disebutkan Seol Hee dengan begitu bangga.

“Pria yang selalu bersamamu sejak kau magang di sini?”

“Hmm,” sahut Seol Hee sambil mengunyah makanannya, “kenapa?” tanyanya kemudian.

“Tidak. Apa dia orang baik?” tanya Junsu.

“Kalau dia tidak baik, aku tidak akan berteman dengannya.”

“Apa kalian sangat dekat?”

“Mmm, dibilang dekat, iya. Dibilang akrab, mungkin tidak terlalu.”

“Dia menyukaimu?”

“Entah. Dia baik untuk jadi teman tapi, aku tidak tahu kalau untuk jadi pasangan. Lagipula dia bukan tipeku.”

“Bagaimana denganku?”

"Hmm? Mmm…"

Segera Seol Hee menggeleng singkat.

“Kau juga bukan tipeku. Biasa saja.”

“Tapi, kau hamil anakku dan…”

“Dan aku juga tidak butuh kau bertanggung jawab.”

Kesekian kali, sahutan Seol Hee membuat Jun Su yang telah menyeruput air putihnya hampir menyemburkannya lagi.

“Tapi, kau ingin aku mendam…”

“Kau ingin kita berdebat lagi masalah yang sama?” tanya Seol Hee datar, “jika boleh memilih, aku juga tidak ingin memiliki anak darimu. Nanti tes DNA. Saya akan buktikan kalau saya suci. Saya selesai. Aku kembali dulu.”

Terdengar Jun Su mendesah cukup keras setelah Seol Hee beranjak dari duduknya dan melangkah pergi ke pintu keluar. Dia diam melamun memandangi Seol Hee yang kini telah melangkah santai dari dalam kafe sampai dering ponsel menyadarkannya.

"Oh! Halo, dengan Ho Jun Su."

Saya tahu . Saya di kantormu sekarang ,” sahut suara data dari seberang.

Kening Jun Su berkerut sebelum kemudian kedua bola matanya terbelalak usai melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia segera lari keluar kafe dan melaju dengan mobilnya.

                                                                                                       

“Jadi, ada penjelasan tentang kejadian bulan lalu? Kau tahu, Ibu hampir masuk rumah sakit karena syok tentang kabar kehamilan Seol Hee. Aku rasanya ingin membunuhmu detik itu tapi, mengingat gadis itu Seol Hee, aku langsung mengurungkan niatku.”

Sosok dengan setelan jas merah merah jambu dengan kemeja putih santai itu tak lain adalah Ho Jun Ho, Kakak Tertua dari Ho Jun Su yang tetap tampak mencolok dengan rambut merah kecokelatannya.

“Kalau bukan Seol Hee? Apa kau benar-benar akan membunuhku? Bagaimana kalau wanita itu Choi Yu Mi?”

“Kalau dia Choi Yu Mi, aku akan langsung membunuhmu.”

“Kenapa?”

Langsung Jun Ho melempar sebuah amplop cokelat yang sempat ia letakkan di sisinya. Namun Kening Jun Su berkerut, Jun Ho diam untuk segera membukanya dan berlembar foto ia dapati di dalamnya.

“Aku yakin kau kenal orang itu? Choi Yu Mi, calon istrimu. Foto itu aku dapat dari Chi San tiga bulan sebelum kau menikah.”

Tertegun, dan ada senyum pahit yang terukir di sudut bibir Jun Su sambil mengamati selembar foto di tangannya satu per satu. Detak jantungnya berdebar kencang dan hampir air mata yang terkumpul di pelupuknya terjatuh. Namun, Jun Ho yang menyaksikan hal itu hanya mengalihkan pandangan dan tersenyum sinis.

“Ibu dan Ayah sudah lebih dulu melihat foto-foto itu. Bahkan Ibu sudah mengingatkan untuk menelusuri calonmu lebih dalam lagi tapi, apa? Kau tetap terbuai dengan permainan bodohnya dan hampir menikahinya.”

“Saya tidak terbuai. Aku…”

Jun Su meremas lembaran foto di tangannya dan membuat Jun Ho menahan senyum geli.

“Kau hanya ingin meyakinkan diri kalau Ibu yang salah tentang Yu Mi tanpa kau tahu, kalau Ibu sudah melihat foto-foto itu sebulan sebelum kalian hampir menikah.”

“Tapi, kenapa Ibu marah saat Seol Hee datang dan mengakui dirinya mengandung anakku?” tanya Jun Su yang kemudian menatap tajam Kakaknya.

“Bagaimana Ibu tidak marah kalau dia berteriak-teriak di depan seluruh keluarga dan teman-teman Ayah. Pikir pakai otak, aku pun malu. Apa kau punya jawaban dan penjelasan tentang hal ini?”

“Dia baru saja memeriksa hal yang aneh karena tidak datang bulan selama dua bulan sore hari sebelumnya. Jadi, dia ikut pesawat pagi di hari berikutnya untuk membatalkan semuanya. Waktunya benar-benar mepet.”

“Hmm,” jawab Jun Ho sambil mengangguk pelan, “jadi, kapan kalian akan menikah? Tapi, apa benar dia tidak berhubungan dengan pria lain selama di Seoul?”

Ada senyum getir di wajah Jun Su usai mendengar pertanyaan Sang Kakak.

“Mungkin aku ragu. Tapi, sejak awal dia tiba di Seoul hanya untuk bertemu Chang Yi. Sedikitpun tidak pernah aku melepas pengawasanku darinya. Saya tahu beberapa teman prianya tapi, saya yakin tidak pernah satu pun yang pernah menginap dengannya apalagi sejak kejadian Chang Yi, dia seperti menarik diri dari lingkungan sosial.”

“Kau yakin?”

“Di depan gudang saya pasang kamera pengawas tanpa dia tahu. Selama setahun dia tidak ingin bertemu denganku. Tapi, setiap hari aku selalu mengecek dengan siapa dia keluar masuk apalagi setelah Chang Yi meninggal dan dia yang aku tahu, salah satu dari orang yang benar-benar terpukul.”

Ada rasa sedih dari setiap penjelasan Jun Su yang membuat Jun Ho mengerutkan keningnya.

“Lalu? Kenapa kau menidurinya?”

Segera, Jun Su tersenyum dan setitik air mata akhirnya jatuh membasahi kedua pipinya.

“Ho Chang Yi, anak brengsek itu bahkan sampai mati pun tetap membuatku di sisinya.”

Isaknya pun tidak terbendung dan membuat Jun Ho begitu terkejut mendapati adiknya yang tidak pernah ia lihat menangis kini tampak begitu payah di depannya. Dia turun dari duduknya dan peletakan pelana pundak Jun Su yang hanya bisa tertunduk mencengkeram semakin kuat foto yang dia pegang sebelumnya.

“Kau tidak pulang selama setahun untuk merayakan tahun baru dan natal bersama kami pun karena dia?” tanya Jun Ho melemah.

“Eung,” sahut Jun Su sambil mengangguk cepat.

“Kau pun tersakiti karena kami, kan?”

“Ti, tidak. Saya tahu. Aku yang salah,” sahut Jun Su disela isaknya.

Ada rasa sakit yang ikut Jun Ho rasakan tatkala menyaksikan kesakitan yang Jun Su tahan selama ini dan membuatnya perlahan menarik Sang Adik ke dalam pelukannya.

“Maaf. Maaf untuk adikku yang selalu memaksa untuk kuat. Kau sudah melakukan hal yang benar. Menjaga amanat dengan baik dan mempertaruhkan dirimu sendiri untuk melindungi apa yang Chang Yi sayangi. Maaf, tidak menjadi Kakak yang baik untukmu. Maaf,” jelas Jun Ho sembari penepuk pelan punggung Jun Su.

 Ada masa di mana sakitnya di masa lalu itu kembali dan menyisakan air mata yang telah mengering . Ada masa di mana kesedihan di masa lalu serta bahagianya mengukir kenangan yang bahkan waktu pun tidak mampu menghapusnya . Karena itu yang Tuhan ajarkan untuk menjadi manusia , harus mengingat sedih agar kuat dan harus mengingat bahagia agar tahu rasanya air mata

                                                                                                                                             

[1] Kimci  adalah makanan tradisional Korea berupa asinan sayur hasil olahan yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The DARK SWEET
350      293     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
Mimpi Milik Shira
468      255     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Love after die
418      275     2     
Short Story
"Mati" Adalah satu kata yang sangat ditakuti oleh seluruh makhluk yang bernyawa, tak terkecuali manusia. Semua yang bernyawa,pasti akan mati... Hanya waktu saja,yang membawa kita mendekat pada kematian.. Tapi berbeda dengan dua orang ini, mereka masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Dmitri, sang malaikat kematian. Tapi hanya 40 hari... Waktu yang selalu kita anggap ...
G E V A N C I A
827      453     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Perihal Waktu
360      245     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
Mr.Cool I Love You
80      69     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Praha
256      153     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
THE HISTORY OF PIPERALES
1770      636     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Dunia Alen
3089      1051     1     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
The Second Lady?
404      286     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?