Aku bermimpi tentang aku dan Dayton. Kami sedang melipat cucian seperti yang dulu sering kami lakukan. Dia tengah menceritakan sebuah lelucon dan aku tertawa. Ia lalu menciumku dan aku membalasnya. Aku begitu bahagia walaupun itu tipe mimpi di mana kau tahu itu hanya mimpi. Lalu aku terbangun. Tidak terlalu buruk karena yang pertama kulihat adalah wajahnya. Ia masih terlelap. Rupanya tadi kami tidur berhadap-hadapan. Entah apakah ia memimpikan mimpi yang sama. Dengan perlahan karena tidak ingin membangunkan dirinya, aku berdiri dari kursiku. Aku perlu ke toilet. Karena itulah aku terbangun. Di seberang lorong kulihat Ava dan Liam keduanya masih tidur. Aku tersenyum. Orang-orang yang kusayang ada di sini bersamaku. Tidak ada lagi hal lain yang kuinginkan.
Saat mencuci tanganlah aku melihatnya. Cintin itu pada jari manis kiriku. Aku tidak tahu kapan dan bagaimana cincin itu berada di sana. Cincin yang sama yang telah kukenakan dan telah kulepas dan kukembalikan padanya. Bagaimana bisa aku tidak langsung merasakannya saat aku terbangun tadi seolah cincin itu memang sudah bertengger di sana seumur hidupku? Pastinya Dayton yang memasangnya saat aku tidur. Aku memandang cincin itu dan tubuhku menghangat. Aku mengeringkan tanganku dan kembali ke kursiku.
Dayton masih sedang tidur. Aku duduk di sisinya, kembali ke posisi tidurku, berhadapan dengannya. Tapi aku tidak ingin kembali tidur. Dan aku tidak sabar menanti sampai dia membuka matanya. Mungkin karena semua bintang sedang dalam posisi yang benar malam itu, satu menit kemudian dia benar-benar membuka matanya. Aku tersenyum. Ia tersenyum balik. Lalu aku menciumnya. Aku berharap dia tahu bahwa ciuman ini berarti iya. Aku berharap dia tahu bahwa ciuman ini berarti aku bersedia mengenakan cincin ini lagi. Aku berharap dia tahu bahwa kali ini, ini benar-benar untuk selamanya. Dan aku berharap dia tahu bahwa ciuman ini berarti aku tidak sabar untuk memulai “selamanya” ini bersamanya.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page