Kenapa aku tidak langsung menyadarinya? Jika kau baru tahu bahwa ada seorang asing yang ternyata adalah papamu, tentu saja ada orang asing lain yang ternyata adalah nenekmu, dan ada lebih banyak orang asing lain yang sebenarnya adalah tantemu, ommu, sepupumu dan lainnya. Dan kau bahkan dapat menemukan dirimu sendiri membungkuk untuk meletakkan sebuah buket bunga putih di atas makam seorang asing yang ternyata adalah kakekmu.
“Seorang pemadam kebakaran yang meninggal dalam tugas! Wow!” kata Liam yang berdiri di sisiku. Mama bilang sebenarnya hari ini Liam tidak harus ikut tapi ia tetap ingin ikut. Mungkin dia ingin menemaniku atau mungkin juga ia hanya ingin tahu. Aku mengangkat bahu. Aku tahu harusnya aku bangga karena kakekku meninggal saat menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi sangat susah membayangkan seorang kakek menaiki tangga panjang yang tersandar pada bangunan yang sedang dilahap api. Tapi tentu saja saat itu dia bukan seorang kakek-kakek. “Lihat mama!” bisik Liam. Aku menengok ke arah kanan dan melihat mama dan Dayton berjalan berdua. Aku masih belum dapat membuat diriku memanggil Dayton papa. Dan aku tidak tahu apakah suatu hari nanti aku akan dapat.
“Kenapa?” tanyaku.
“Dia kelihatan tenang-tenang saja,” kata Liam.
“Memangnya ada apa yang bisa membuatnya tidak tenang?” tanyaku.
“Kau kan tahu dulu mama tidak pernah tenang setiap kali kita ke Amerika. Sejak kita tiba beberapa hari lalu dia sudah tidak seperti itu,” katanya. Kami saling memandang dan tiba-tiba kami berdua mengerti. Mama bukan tidak suka Amerika. Dulu itu ia hanya takut tidak sengaja bertemu dengan Dayton. Saat itu Mama menengok ke arah kami dan melambai supaya kami mendekat.
“Ayo jalan ke tempat mamamu berdiri,” kata Susan. Aku bahkan tidak sadar ia sudah berdiri di belakang kami. Kukira dia masih bercakap-cakap dengan pengurus pemakaman. Aku juga masih belum bisa membuat diriku memanggil Susan dengan sebutan nenek. Dan aku belum tahu apakah suatu hari aku akan bisa. Ia menggamit lenganku dan kami berjalan ke arah mama dan Dayton. Mama baru meletakkan sebuah buket bunga putih di atas sebuah makam. Aku membaca ukiran huruf pada batu nisannya. “Ibuku. Nenek buyutmu,” jelas Susan. Aku mengangguk perlahan. Satu lagi orang asing yang ternyata adalah keluarga.
“Apakah dia juga seorang pemadam kebakaran?” tanya Liam pada Susan.
“Oh untungnya tidak,” jawab Susan sambil tertawa kecil. “Dia ibu rumah tangga biasa,” tambahnya. Lalu ia menoleh ke arahku. “Papamu mengajak mamamu ke rumah ibuku untuk acara makan malam Natal keluarga. Ibuku langsung menyukai mamamu sejak pertama kali mereka bertemu,” katanya. Aku memandang Susan sambil mencoba membayangkan mama di antara semua orang-orang asing ini. Tidak mudah. “Saat itu mungkin usianya tidak jauh dengan usiamu sekarang,” tambahnya. Itu tidak membantu. Mungkin semua anak berpikir bahwa orang tua mereka tidak punya kehidupan sebelum mereka lahir.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page