Read More >>"> Samudra di Antara Kita (Delapan puluh sembilan - Anna) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

 

              Saat aku meninggalkan perpustakaan Woodland, sudah hampir pukul enam sore. Singapura memilik banyak perpustakaan bagus dan Woodland adalah kesukaanku. Area anak-anaknya didekor bagus dengan sebuah ‘pohon’ di tengah-tengah dan duduk di bawah pohon itu bertemankan cerita mengingatkanku pada saat-saat di mana hidup tidak serumit ini. Perlu waktu hampir satu jam dengan MRT dari stasiun Woodland untuk kembali ke City Hall. Saat aku tiba di Fairmont, hari sudah gelap. Aku membeli sebuah sandwich di stasiun dan berjalan ke hotel. Fairmont juga selalu memberikan kedamaian padaku. Saat aku kecil, setiap kali keluargaku berlibur ke Singapura, kami hampir selalu tinggal di sini. Ini satu lagi tempat yang mengingatkanku bahwa hidup bisa dan akan baik-baik saja. Aku memang sedang butuh merasakan hal itu. Aku mengeluarkan kartu kunciku dan berjalan ke lift. Pertanyaannya adalah, berapa lama aku dapat bersembunyi di sini? Mama dan papa pasti akan segera mencariku, atau bahkan mereka sudah mulai mencari. Cepat atau lambat aku pasti harus memberitahu mereka hal yang menggangguku ini. Bukannya aku tidak ingin memberi tahu mereka, justru ketakutanku adalah mereka sudah tahu atau bahkan adalah bagian dari semua ini.

              “Ding,” lift telah tiba di lantaiku. Aku berjalan keluar. Aku harus berjalan beberapa langkah dan berbelok ke sebuah koridor yang lain untuk dapat melihat pintu kamarku. Saat aku melihatnya, aku menghentikan langkahku. Ada seseorang yang duduk di lantai koridor sambil bersandar pada dinding di dekat pintuku. Dan orang itu adalah Justin.

              “Hai, Anna,” katanya. Ia lalu berdiri. Aku sempat berpikir untuk memutar tubuhku dan mulai berlari. Tapi aku tahu itu tidak berguna. Ia pasti dapat menangkapku dengan mudah. Jadi aku pun mulai berjalan lagi seolah aku tidak melihatnya di sana. Aku membuka pintu kamarku dan begitu aku masuk, aku melihat buket bunga lily besar di atas meja. Harumnya sudah memenuhi ruangan. Aku berjalan ke arah meja. “Semoga kau suka bunganya,” kata Justin sambil menutup pintu di belakangnya. Aku memang suka. Tapi tidak kukatakan karena yang telah dilakukannya tidak dapat ditebus dengan sebuket bunga lili, tidak peduli sebesar apa buketnya.

              “Aku tahu apa yang kau lakukan,” kataku.

              “Aku tidak tahu apa maksudmu,” katanya.

              “Aku tahu kenapa kau bersikeras supaya kita menikah sebelum akhir tahun,” kataku.

              “Dan... kenapa itu?” tanyanya.

              “Karena pernikahan kita adalah bagian dari jual beli perusahaan. Jika kita tidak menikah, Awan Distribusindo tidak akan membeli saham Goodlife. Kau melakukan ini untuk memastikan bahwa walaupun kalian hanya mengeluarkan uang untuk membeli 45% kepemilikan, pada akhirnya kau akan punya 100%,” kataku. Aku memandangnya dengan kemarahan bergolak di hatiku dan air mata pada ujung mataku. Apa yang akan dikatakannya? Aku begitu ingin ia mengatakan itu tidak benar. Dan aku begitu ingin dia meyakinkanku bahwa semua yang dikatakan email tanpa pengirim itu hanya sampah. Tapi ia hanya berdiri di sana memandangiku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
Wannable's Dream
36680      5495     42     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Simbiosis Mutualisme
269      172     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
DELUSION
4522      1548     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Pieces of Word
2331      817     4     
Inspirational
Hanya serangkaian kata yang terhubung karena dibunuh waktu dan kesendirian berkepanjangan. I hope you like it, guys! 😊🤗
Lily
1361      660     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
Bifurkasi Rasa
92      79     0     
Romance
Bifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara "Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...
Hidden Hearts
160      134     2     
Romance
Nara dan Zian, dua remaja dengan dunia yang berseberangan, pertama kali bertemu saat duduk di bangku SMA. Nara adalah seorang gadis pendiam yang gemar menulis cerpen, sementara Zian adalah sosok populer di sekolah yang penuh pesona. Takdir mempertemukan mereka saat kali pertama Nara menginjakan kakinya di sekolah dan saat itu pula Zian memperhatikannya. Pertemuan sederhana itu menjadi awal dari p...
Melepaskan
425      289     1     
Romance
Ajarkan aku membenci tawamu, melupakan candamu. Sebab kala aku merindu, aku tak bisa lagi melihatmu..
Nightmare
412      281     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
For One More Day
456      315     0     
Short Story
Tentang pertemuan dua orang yang telah lama berpisah, entah pertemuan itu akan menyembuhkan luka, atau malah memperdalam luka yang telah ada.