Read More >>"> Samudra di Antara Kita (Delapan puluh dua - Justin) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

              Aku belum pernah segugup ini. Aku terus melihat jam tanganku. Aku memeriksa meja makan berulang kali untuk memastikan piring, mangkuk, sendok dan segalanya cukup. Aku memeriksa penghangat makanan untuk memastikan alat itu dalam keadaan menyala dan tidak rusak. Aku memeriksa dispenser Aqua untuk memastikan ada cukup air. Kakak tertuaku, Jordan, sudah datang dengan istrinya, Julia. Jacob dan Jason masih tinggal di rumah orang tuaku ini jadi mereka juga akan ikut makan. Jacob sedang tidak punya kekasih jadi dia sendirian. Jason dan Dina kelihatannya serius jadi pastinya Jason akan mengajak Dina. Aku tidak masalah dengan itu. Malahan, lebih banyak orang, lebih baik.

              “Justin, kau sudah menghitung sendok itu tiga kali. Yakinlah mereka tidak akan tiba-tiba bertambah atau berkurang dengan sendirinya,” kata Jordan. Aku tersenyum konyol.

              “Santai lah, bro. Bukankah semua rencanamu berjalan lancar?” tanya Jacob.

              “Mendapatkan sebuah perusahaan dengan harga murah dan dapat bonus gadis cantik. Pekerjaan bagus!” kata Jordan. Dengan cepat aku meminta mereka untuk diam karena aku melihat Jason berjalan ke arah kami sambil menggandeng Dina. Aku tahu apapun yang sampai ke telinga Dina akan sampai ke telinga Anna juga. Aku memandang jam tanganku lagi. Pukul tujuh kurang sepuluh menit. Anna dan keluarganya akan tiba sebentar lagi. Apakah aku harus menunggu di depan? Atau di sini saja? Lalu aku sadar bahwa keringat sudah membasahi kemejaku. Aku baru tahu menghitung sendok ternyata bisa bikin berkeringat. Aku berlari ke kamarku untuk bertukar pakaian. Saat aku keluar dari kamar, aku mendengar klakson mobil Anna. Hatiku melompat. Orang tuaku sudah sedang menyapa kedua orang tua Anna di ruang depan ketika aku tiba di sana. Aku menyapa mereka dan mengarahkan semuanya ke ruang makan.

              “Aku kangen kamu,” bisikku pada Anna. Ia tersenyum dan memutar bola matanya.

              “Kau baru ke rumahku tadi pagi,” katanya.

              “Tetap saja,” kataku. Aku menarik kursi untuknya dan duduk di sampingnya. Papanya dan papaku langsung berbicara tentang perusahaan. Kakak-kakakku langsung ikut serta. Anna berbicara pada Dina. Dan setelah makanan mulai disajikan, semuanya sudah terlihat di dalam pembahasan perusahaan itu. Lalu mamaku mengingatkan semuanya bahwa itu adalah hari Sabtu malam. Jadi topik pembicaraan diubah menjadi film, lalu tentang liburan. Di tengah makan malam si koki tamu masuk ke ruangan. Ia menceritakan sedikit tentang pengalamannya dan meminta kami berkomentar atas masakannya. Semuanya bilang masakan itu lezat. Semua kecuali diriku. Aku yakin setiap butir makanan di atas meja ini amat lezat tapi aku terlalu gugup untuk makan. Saat hidangan pencuci mulut disajikan, aku tidak dapat menunggu lagi.

              “Ehm ehm,” aku berdeham. Saat semuanya masih saja melanjutkan berbicara, aku menangambil garpuku dan memukul gelasku seperti yang kulihat di film-film. “Maaf,” kataku. Semuanya langsung diam. “Aku ingin mengatakan sesuatu,” kataku. Semuanya memandangku. Aku berdiri dan mengambil tiga langkah dari meja makan supaya semua dapat memandangku dengan lebih leluasa. “Pertama aku hanya ingin menyatakan keyakinanku bahwa pasti ada banyak sinergi yang dapat dinikmati oleh kedua perusahaan kita,” kataku.

              “Ingat ini Sabtu malam,” kata mamaku dari ujung mejanya. Semua tertawa kecil.

              “Oh ya, benar. Dan karena itu, aku punya hal lain yang harus kukatakan. Ehm... Anna, tolong temani aku di sini,” kataku. Anna mengangkat alisnya seolah bertanya apa yang akan kulakukan. Aku mendekatinya dan menariknya berdiri dari kursinya. Setelah ia sudah berdiri di sampingku, aku melanjutkan monologueku. Hatiku berdegup begitu kencang sampai aku dapat mendengarnya. Inilah saatnya. “Aku tahu semua dari kalian tahu ... bagaimana perasaanku terhadap ... Anna. Jadi hari ini, dengan disaksikan kedua keluarga kami, aku akan bertanya sesuatu pada Anna,” kataku. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku celanaku dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan kecil. Anna terlihat begitu bingung. Aku tahu dia tidak menyangka aku akan melakukan ini. Aku membuka kotak perhiasanku supaya cincinnya terlihat dan berlutut dengan satu kaki. “Anna, aku yakin kau sudah lama tahu bagaimana perasaanku padamu. Apakah .. kau bersedia menikah denganku?” tanyaku. Kebingungan pada wajahnya berubah menjadi panik. Aku tahu dia tidak siap untuk ini ditanya seperti ini di depan banyak orang. Dan aku juga tahu bahwa jika aku bertanya padanya seorang diri, kemungkinan besar ia akan menjawab tidak. Dengan bertanya di depan banyak saksi seperti ini, aku yakin dia tidak akan berani bilang tidak. Dia memang tidak bilang tidak. Tapi ia hanya diam. Ia tidak bilang iya, juga. Jadi aku menunggu. Dan aku mulai berkeringat. Apakah aku telah salah membuat strategi? Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku berdoa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
Po(Fyuh)Ler
786      412     2     
Romance
Janita dan Omar selalu berangan-angan untuk jadi populer. Segala hal telah mereka lakukan untuk bisa mencapainya. Lalu mereka bertemu dengan Anthony, si populer yang biasa saja. Bertiga mereka membuat grup detektif yang justru berujung kemalangan. Populer sudah lagi tidak penting. Yang harus dipertanyakan adalah, apakah persahabatan mereka akan tetap bertahan?
Call Me if U Dare
3469      1167     1     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Bilang Pada Lou, Aku Ingin Dia Mati
892      480     4     
Horror
Lou harus mati. Pokoknya Lou harus mati. Kalo bisa secepatnya!! Aku benci Lou Gara-gara Lou, aku dikucilkan Gara-gara Lou, aku dianggap sampah Gara-gara Lou, aku gagal Gara-gara Lou, aku depression Gara-gara Lou, aku nyaris bunuh diri Semua gara-gara Lou. Dan... Doaku cuma satu: Aku Ingin Lou mati dengan cara mengenaskan; kelindas truk, dibacok orang, terkena peluru nyasar, ketimp...
Lily
1184      554     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
Bukan Bidadari Impian
71      57     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
4675      1718     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
Behind The Scene
1170      484     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
DELUSION
4025      1403     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Little Spoiler
874      540     0     
Romance
hanya dengan tatapannya saja, dia tahu apa yang kupikirkan. tanpa kubicarakan dia tahu apa yang kuinginkan. yah, bukankah itu yang namanya "sahabat", katanya. dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku, rahasianya, cinta pertamanya, masalah pribadinya bahkan ukuran kaos kakinya sekalipun. dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku yang menyembunyikan sesuatu dariny...
Arloji Antik
334      201     2     
Short Story
"Kalau langit bisa dikalahkan pasti aku akan ditugaskan untuk mengalahkannya" Tubuh ini hanya raga yang haus akan pengertian tentang perasaan kehidupan. Apa itu bahagia, sedih, lucu. yang aku ingat hanya dentingan jam dan malam yang gelap.