Loading...
Logo TinLit
Read Story - Samudra di Antara Kita
MENU
About Us  

              Itu seperti selon saat berjudi. Mempertaruhkan segala yang kau punya. Dan begitu aku berjalan keluar dari ruang kerja Anna, aku langsung menyesalinya. Kenapa aku harus mendesaknya ke sudut seperti itu? Kenapa aku melakukan itu? Bagaimana jika ia tidak datang nanti malam? Aku akan kehilangan segalanya. Kenapa aku tidak melakukan ini dengan cara yang lebih halus? Aku bisa saja terus mengajaknya pergi, juga bisa minta bantuan dari orang tuanya. Aku harusnya menariknya perlahan-lahan. Karena bukankah ikan akan lari bila kita menarik pancingan kita dengan terlalu tiba-tiba sebelum dia benar-benar memakan umpannya? Tapi ini semua berjalan terlalu perlahan. Yang sebenarnya, kami seperti berjalan di tempat. Dan aku tidak dapat menunggu lagi. Aku menginginkan dirinya. Tapi sekarang aku jadi berpikir... apakah ketidaksabaranku ini baik atau buruk untukku. Apa yang harus kulakukan bila nanti Anna sampai benar-benar tidak datang? Aku menggeleng untuk menghilangkan pikiran itu. Ia harus datang. Setelah semua yang kulakukan untuknya, dia tidak mungkin membiarkanku keluar dari hidupnya. Aku harus percaya itu.

              Aku memastikan aku tiba lebih awal di Kahyangan. Aku tidak ingin ia datang lebih dulu. Aku ingin bisa memandangnya saat ia berjalan ke arahku. Aku sudah menanti terlalu lama untuk ini. Si pelayan mengantarku ke meja. Tidak ada banyak pengunjung di restoran itu. Tempat itu memang sedikit mahal. Dan itu restoran lama. Kahyangan bukan pilihan populer di antara kalangan muda. Tapi itu adalah restoran favorit keluargaku. Di sana kami biasanya merayakan hari-hari istimewa seperti ulang tahun dan sejenisnya. Karena itu kupikir itu tempat yang tepat untuk kencan pertama kami. 

              Aku memberikan pesanan kami pada si pelayan dan memintanya untuk mengeluarkannya nanti karena aku masih menunggu kekasihku. Ya, aku menggunakan kata itu. Karena jika ia memang datang, itulah dia. Karena aku sudah muak dengan situasi “hanya berteman” ini. Jika ia tidak datang... makanannya tidak perlu dikeluarkan karena aku akan terlalu sakit hati untuk makan. Minumanku datang. Aku melirik ke jam tanganku. Sudah pukul tujuh lebih lima belas menit. Ia terlambat. Tapi Jakarta memang selalu macet, terutama hari Jumat malam. Atau mungkin dia terlambat karena tadi sibuk memilih baju untu dikenakan. Atau mungkin dia perlu menggelung rambutnya terlebih dahulu. Aku tersenyum. Aku tak sabar ingin menyentuh rambut lembutnya. Aku pernah melakukannya beberapa kali, saat menenangkannya waktu Amos meninggal, dan waktu ia putus dengan Dayton. Aku memandang jam tanganku lagi. Sudah jam setengah delapan. Ia benar-benar terlambat. Atau... apakah dia memang tidak akan datang? Aku tidak ingin memikirkan kemungkinan itu. Si pelayan mendekatiku untuk melihat apakah aku perlu tambah minum dan sekalian bertanya lagi apakah makanannya boleh dikeluarkan. Aku menggeleng dan memberitahunya bahwa aku akan terus menunggu. Dan aku terus menunggu. Jam delapan kurang sedikit aku begitu kuatir dia benar-benar tidak akan muncul aku mulai berkeringat. Ya, Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Apakah aku harus pulang dan menerima kekalahan? Tidak. Aku tidak bisa kehilangan dirinya. Tidak sekarang. Dan tiba-tiba aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku akan pergi ke rumahnya dan memaksanya bilang iya dan tidak akan pulang sampai ia bilang iya. Aku baru saja hendak berdiri ketika aku melihatnya. Ia berjalan mengikuti seorang pelayan ke arahku. Jantungku melompat. Aku mengedip untuk memastikan bahwa dirinya bukan hanya sebentuk halusinasiku belaka. Ia mengenakan terusan tanpa lengan berwarna biru tua. Warna tua itu begitu kontras dengan kulitnya yang putih. Ia tersenyum ragu padaku. Dan semua kekuatiranku mengalir pergi. Dan tiba-tiba tahu bagaimana rasanya saat seseorang benar-benar bahagia. Seperti ini rasanya. Aku berdiri dan menutup jarak di antara kami. Aku menariknya ke dalam pelukanku. Aku membenamkan wajahku pada rambutnya. Ya, rambutnya diombak khusus untuk malam ini.

              “Maaf aku terlambat,” katanya.

              “Tidak apa-apa. Kau datang. Hanya itu yang penting,” kataku. Aku memeluknya lebih erat dan aku begitu ingin untuk terus bisa memeluknya. Tapi aku tidak ingin menarik perhatian. Dan lagi, kami toh punya seluruh sisa hidup kami bersama-sama. Aku begitu yakin akan hal itu. Aku melepaskan dirinya dan menarik kursinya supaya ia bisa duduk. Aku memberi tanda pada pelayan supaya ia bisa mulai mengeluarkan makanan.

              “Terima kasih bunganya,” katanya. Aku tersenyum. Makanannya datang. Kahyangan adalah restoran shabu-shabu jadi kami harus memasak makanan kami sendiri. Aku mulai memasukkan sayuran mentah ke dalam panci di hadapan kami.

              “Justin,” katanya.

              “Ya?”

              “Terima kasih untuk ... Monty,” katanya. Aku meletakkan sumpitku. Ia memandangku lekat-lekat, menanti jawabanku. Pastinya dia sedang ingin tahu apakah aku ingat Monty. Tentu saja aku ingat.

              “Sama-sama,” kataku.

              “Kau ingat Monty?” tanyanya.

              “Tentu saja,” jawabku.

              “Dan kau ingat bahwa kau memberikannya padaku?” tanyanya.

              “Ya. Ingatan itu begitu jelas seolah terjadi kemarin,” kataku. Ia memandangku tak percaya. “Dan aku senang aku memberikannya padamu,” tambahku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • mprilla

    One of my favorite authors / writers

    Comment on chapter opening page
Similar Tags
Love Rain
20757      2782     4     
Romance
Selama menjadi karyawati di toko CD sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Han Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali CD yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan. ...
Kita
696      455     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
Ikhlas Berbuah Cinta
1079      767     0     
Inspirational
Nadhira As-Syifah, dengan segala kekurangan membuatnya diberlakukan berbeda di keluarganya sendiri, ayah dan ibunya yang tidak pernah ada di pihaknya, sering 'dipaksa' mengalah demi adiknya Mawar Rainy dalam hal apa saja, hal itu membuat Mawar seolah punya jalan pintas untuk merebut semuanya dari Nadhira. Nadhira sudah senantiasa bersabar, positif thinking dan selalu yakin akan ada hikmah dibal...
The Past or The Future
455      363     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Antara Depok dan Jatinangor
333      223     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin Ă— MahasiswiUI!Maria
HEARTBURN
391      287     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Dream of Being a Villainess
1393      797     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Cinta dalam Hayalan Bahagia
676      452     3     
Short Story
“Seikat bunga pada akhirnya akan kalah dengan sebuah janji suci”.
Zona Elegi
523      341     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
584      329     4     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...