Anna terlalu keras kepala untuk mengakuinya. Dia memang seperti itu dan dia tidak sadar bahwa dia keras kepala. Ikan memang adalah yang terakhir tahu bahwa dirinya dikelilingi air. Orang-orang yang sudah kenal dirinya lama, termasuk diriku, sudah maklum. Tentu saja aku senang saat Anna memberitahuku bahwa ia mendaftar ke Foothill College di California, pesisir barat seperti diriku dan bukan ke North Shore College di Massachussets di pesisir timur tempat Ivan berada. Tapi tentu saja aku tidak senang atas alasan perubahan rencana ini. Yang dilakukan Ivan padanya itu benar-benar kejam. Dan sebagai seseorang yang di sekolah menengah dulu paling sering mengkampanyekan Anivan, aku tahu aku akan membawa beban rasa bersalah ini seolah ada rantai berat yang selamanya tak pernah bisa kulepas dari leherku.
Keadaan Anna semester lalu cukup parah. Jika tidak sedang mengurung dirinya berhari-hari di apartemennya sampai lupa makan dengan alasan belajar, ia akan pergi belanja selama berhari-hari ke semua mall yang ada hingga seluruh apartemennya dipenuhi tas-tas kertas dari dept store yang beberapa hari kemudian di refund lagi olehnya. Jelas sekali ia sedang melalui masa suit dan sedang menghalalkan segala cara untuk melupakan kesedihannya. Mungkin ia terus terpikir apa yang terjadi jika saja Ivan tidak mengkhianatinya seperti itu. Pastinya mereka akan berada di Boston bersama-sama, mungkin sedang bermain ice skating di Frog Pond yang terkenal itu di area Boston Common. Musim dingin ini akan menjadi musim dingin penuh salju pertama mereka. Tapi sekarang, ia malah ada di sini bersamaku di tengah-tengah musim dingin California yang tanpa salju. Yah, paling tidak semoga keberadaan seorang teman lama di sini sedikit membantu. Aku percaya cepat atau lambat, aku akan dapat membantunya merasa lebih baik, membantunya melanjutkan hidup. Dan yang sebenarnya, semester ini dia sudah menampakkan tanda-tanda move on. Walau aku tahu yang berjasa dalam hal ini bukan diriku melainkan si dosen akunting baru yang ganteng itu.
“Yah, waktu kubilang dia memang ganteng, itu aku hanya mengungkapkan pendapat,” kata Anna membela diri.
“Jadi kau tidak sedikitpun tertarik padanya?” tanyaku.
“Tentu saja tidak! Dia kan dosen! Semua juga tahu bahwa mahasiswi dilarang punya hubungan istimewa dengan dosennya,” tambahnya.
“Oh, kau memberitahuku itu, atau sedang mengingatkan dirimu sendiri?” tanyaku. Ia cemberut seolah menyesal sudah terbaca pikirannya olehku.
“Supaya kau tahu saja ya, aku tidak pernah sekalipun datang ke kantornya. Tidak seperti gadis yang kuceritakan itu, Serena, yang mendatangi kantornya setiap ada kesempatan!” katanya.
“Kenapa kau tidak pergi?”tanyaku. Aku sudah tahu jawabannya. Aku hanya ingin dia menjawabnya.
“Aku sudah mengerti semua yang diajarkannya di kelas,” jawabnya.
“Semester lalu juga kau mengerti semua materi kelas statistik tapi kau tetap mengunjungi kantor Prof DuBois. Kau juga selalu datang ke kantor dosen-dosen yang lain untuk memastikan mereka mengenalmu secara pribadi supaya kau mendapatkan nilai penuh untuk partisipasi di kelas. Malah satu-satunya dosen yang tidak pernah kaugunakan jam kantornya adalah Prof.Lee. Mengapa membedakannya? Apakah kau memang sengaja menghindar darinya?” tanyaku. Dan aku begitu bangga atas pertanyaan-pertanyanku ini mungkin seharusnya aku pindah ke jurusan hukum dan menjadi pengacara.
One of my favorite authors / writers
Comment on chapter opening page